Penerjemah: San
Proofreader: Keiyuki


Qiu Ci menemani Yu Shan ke supermarket lagi, lalu pulang ke rumah dengan mobil keluarga Yu Shan.

Karena masih ada urusan, Yu Shan tidak ikut masuk ke dalam rumah.

Chu Qing sedang sibuk di meja makan bersama Mu Yu, membuat pangsit.

Ayah Qiu sedang ada urusan kantor dan baru akan pulang sore nanti, jadi siang itu hanya mereka bertiga yang makan pangsit.

Melihat putranya pulang dengan santai, Chu Qing segera memanggilnya untuk membantu, sementara dia pergi merebus pangsit yang sudah selesai dibuat.

Qiu Ci sebenarnya tidak terlalu suka pekerjaan dapur seperti ini, tapi karena perintah ibunya, dia tetap duduk dan mulai membantu, meski sambil melirik tidak senang pada tepung yang tercecer di atas meja.

“Apa yang kamu tunggu?”

Melihat dia tidak bergerak, Chu Qing menepuknya.

Dengan malas, Qiu Ci mengambil selembar kulit pangsit dan membungkus satu, hasilnya pun tidak terlalu bagus.

Dia samar-samar mendengar suara tawa ringan. Saat menoleh, dia melihat anak laki-laki di seberangnya sedang menunduk, tenang dan fokus menyelesaikan tugasnya.

Harus diakui, hasil buatannya cukup rapi.

Qiu Ci melihat hasil pangsitnya sendiri, lalu membandingkannya dengan milik Mu Yu. Dia menaikkan alis dan mencoba menirukan cara Mu Yu.

Namun hasilnya justru lebih jelek dari yang pertama.

Dia menatapnya selama beberapa detik, lalu tiba-tiba mendongak. Orang di seberang tidak bisa menghindari tatapannya dan rasa malu tergambar jelas di wajahnya.

Anak laki-laki itu merapatkan bibirnya, lalu menatap Qiu Ci.

“Apa kamu ingin aku mengajarimu?”

Itulah pertama kalinya dia bicara terlebih dulu pada Qiu Ci.

Suaranya yang tenang terdengar sedikit gugup, seolah detak jantungnya terdengar hingga telinga. Suasana hangat membuat wajah Mu Yu terasa panas.

Qiu Ci tidak memperhatikan detail itu. Matanya justru menatap bekas luka samar di tangan Mu Yu, tertutup tipis oleh tepung, luka itu tampak seperti bekas terbakar rokok.

“Ajari aku.” Dia pun berdiri, berpindah duduk di sebelah Mu Yu agar lebih mudah melihat dengan jelas.

Kedekatan mendadak itu membuat Mu Yu kaku dan duduk tegak.

Qiu Ci sama sekali tidak menyadari kegugupan lawan duduknya. Dia mendekat untuk mengamati, aroma samar dari tubuhnya membuat pikiran Mu Yu semakin kacau.

“Tunggu, aku belum melihat dengan jelas bagian ini.”

Telapak tangan dingin itu terulur, tapi sebelum bisa sepenuhnya menggenggam tangan anak laki-laki itu——

Terdengar suara kursi terjatuh. Qiu Ci hanya melihat lawan bicaranya berdiri kaget, seperti benar-benar tidak tahan disentuh.

Saat Chu Qing keluar, yang dia lihat adalah tangan putranya menggantung di udara, Mu Yu berdiri kaku di depan meja, dan kursi tergeletak di belakangnya.

Dilihat sekilas, seolah Qiu Ci sedang menindas Mu Yu.

Karena tidak tahu apa yang terjadi, Chu Qing tidak langsung menegur anaknya, melainkan hanya memberi isyarat mata, bertanya apa yang sedang terjadi.

Qiu Ci mengangkat tangan seakan berkata bahwa dia juga tidak tahu kenapa bocah ini mendadak aneh. Mungkin terlalu sensitif, mungkin juga mengira dia akan melakukan sesuatu padanya.

Mengingat bekas luka tadi, Qiu Ci pun terlihat termenung.

Mu Yu yang akhirnya sadar, buru-buru memungut kursi dan berkata dengan wajah memerah, “Maaf, aku tadi melamun, jadi aku terkejut.”

Qiu Ci mengangguk santai, menganggap bocah ini memang penakut.

Dia meletakkan pangsit yang belum selesai di meja dan berkata pada Chu Qing, “Putramu memang tidak punya bakat, biar kalian saja yang melanjutkan.”

Memasak memang bukan hobinya, jadi menyerah di tengah jalan adalah hal yang wajar.

Mu Yu duduk bersandar di kursinya, menatap produk yang belum selesai di atas meja, dan diam-diam mengambilnya dan membuatnya menjadi produk jadi. Kombinasi berbagai keahlian tampak janggal tidak peduli bagaimana dia melihatnya.

Chu Qing yang sibuk menyelesaikan sisa kulit pangsit, tidak memperhatikan bahwa anak laki-laki di depannya sedang tersenyum tipis.

Setelah selesai makan siang, Qiu Ci memasukkan piring kotor ke dalam mesin pencuci piring, lalu naik ke atas untuk bermain gim.

Sementara itu, Chu Qing duduk di ruang tamu bersama Mu Yu, mengobrol hingga pembicaraan mereka sampai pada masa kecil Qiu Ci.

Setelah menyelesaikan dua permainan, Qiu Ci turun ke bawah untuk menghirup udara segar dan melihat Chu Qing sedang duduk di sofa dengan beberapa album foto di sampingnya.

Dia memegang satu dan menunjukkannya sambil berkata pada Mu Yu, “Ini waktu Qiu Ci berusia lima tahun. Sepanjang hari, dia hanya menganggu teman-teman TK-nya, sampai ayahnya mengejar dan memukulinya. Saat melarikan diri, dia jatuh dan kepalanya mendapat beberapa jahitan.”

Qiu Ci mengusap alisnya, samar-samar mengingat memori masa kecil saat dia dimarahi dan dipukul.

Dua orang di sofa tidak menyadari bahwa yang dibicarakan sedang berdiri di belakang. Qiu Ci langsung menyambar album foto itu, lalu mengangkat alis sambil melihat fotonya sendiri.

“Apakah ada orang yang akan membongkar sejarah kelam anaknya di mana-mana?”

Tubuh bagian atasnya ditekan ke bagian belakang sofa, sangat dekat dengan Mu Yu. Dia menekan tubuhnya ke bawah, dan ketika dia memiringkan kepalanya untuk berbicara, suaranya dapat tersampaikan dengan jelas ke telinga Mu Yu.

Mu Yu refleks menahan napas.

Qiu Ci mengambil album foto itu, berjalan ke depan, duduk di sebelah Mu Yu, meletakkan kakinya di atas meja kopi, membolak-balik album di tangannya, dan melihat foto dirinya dan Yu Shan.

Melihat wajah bulat Yu Shan yang tampak pantas untuk diganggu semasa kecilnya, dia tertawa, mengeluarkan ponselnya untuk mengambil foto, dan mengirimkannya kepada orang yang bersangkutan agar dia dapat mengingat masa kecil mereka.

“Hebat.”

Chu Qing melihat itu, lalu mengambil satu album lain dan melanjutkan obrolannya dengan Mu Yu.

Sejak masih muda, dia memang menyukai fotografi, bahkan dia memiliki beberapa album berisi foto-foto Qiu Ci seorang diri.

Mu Yu menatap foto dalam diam. Di telinga kirinya terdengar suara lembut Chu Qing, sementara di telinga kanan terdengar Qiu Ci berkata, “Kamu tidak punya hati nurani.”

Kalimat pendek ini kedengarannya penuh dengan kemesraan.

Gadis bernama Yu Shan, yang disukai oleh Qiu Ci, pasti benar-benar manis.

Mu Yu teringat pada gadis ceria dan cantik yang dia lihat tadi siang. Dia juga teringat akan sikap dan ekspresi lembut Qiu Ci saat bersama gadis itu.

Dalam lamunannya, dia merasa sedikit iri.

Pada pagi hari malam Tahun Baru Imlek, keempatnya pergi bersama ke rumah utama keluarga Qiu.

Qiu Wei adalah anak keempat dalam keluarga, dan masih memiliki satu adik.
Rumah utama dihuni oleh anak tertua dan ayahnya, sementara anak-anak lainnya tinggal terpisah dan hanya berkumpul saat hari besar.

Selain keluarga Qiu, kawasan itu juga dihuni beberapa keluarga lain. Di antara mereka, keluarga Qi adalah yang paling berpengaruh dan dihormati, banyak orang yang ingin menjalin hubungan dengan mereka.

Qiu Ci dan Qi Meng—yang dijuluki “penyihir kecil nakal keluarga Qi”—bersekolah di SMA swasta Jiangbei, di kota Jiang.

Qi Meng paling akrab dengan Yu Shan.
Saat keluarga Qiu tiba, yang lain sudah lama berkumpul.

Sebagai orang luar, keberadaan Mu Yu terasa sangat tidak pada tempatnya.

Sebelum berangkat, Chu Qing sudah berulang kali mengingatkan putranya agar selalu membawa Mu Yu ke mana pun dia pergi.

Di tempat ini, setiap orang punya trik kecilnya sendiri, dan mereka bisa dengan mudah jatuh ke dalam perangkap jika tidak berhati-hati. Sulit untuk menjamin bahwa seseorang tidak akan menggunakan Mu Yu untuk tujuan mereka, jadi Chu Qing hanya bisa meminta putranya untuk lebih memperhatikannya.

Qiu Ci tidak begitu akrab dengan sepupu-sepupu dari pihak keluarga ayahnya, jadi sebelum makan malam, dia hanya berdiam di kamar.

Dia berbaring di tempat tidur sambil bermain gim. Setelah satu permainan selesai, dia menoleh pada anak laki-laki yang duduk terlalu diam di sebelahnya.

Kalau saja dia belum pernah mendengar Mu Yu bicara, Qiu Ci mungkin mengira dia bisu.

Karena berpikir bahwa mereka mungkin akan sering bersama ke depannya, Qiu Ci berniat membuat aturan.

“Mu Yu.”

Anak laki-laki yang telah lama diabaikan itu berkata, “Hah?”

Nada sederhana itu terdengar anehnya lucu.

Qiu Ci terdiam sejenak, dan saat dia kembali sadar, dia melihat mata Mu Yu yang jernih menatapnya dengan bingung. Semakin dilihat, semakin terlihat penurut.

Kalimat peringatan yang semula sudah dia siapkan, begitu sampai di bibirnya malah berubah, “Terlalu membosankan. Ayo keluar jalan-jalan.”

Semakin jauh keduanya berjalan, mereka tidak lagi mendengar suara anak-anak kecil yang sedang bermain.

Keduanya diam, suasana hening dan dingin terasa makin canggung.

Qiu Ci mulai menyesal. Dia lebih baik tetap di kamar dan bermain gim.

Entah sudah berjalan sampai mana, sebuah mobil pelan-pelan berhenti di depan mereka. Saat Qiu Ci mendekat, kaca mobil diturunkan.

Seorang gadis berponi kuda mengintip keluar dan berkata dengan suara jernih, “Tuan Kecil Qiu, kenapa kamu malah berlari keluar untuk terkena angin dingin alih-alih tinggal di rumah selama Tahun Baru?”

Gadis itu tersenyum manis, wajahnya lembut, suaranya terdengar manis tapi tidak manja.

Dia adalah Qi Meng, “penyihir kecil nakal” keluarga Qi, dan juga calon pewaris keluarga yang ditunjuk oleh mendiang kakeknya.

Banyak yang mengira pewaris keluarga Qi adalah kakak laki-laki Qi Meng. Tapi saat surat wasiat dibuka, semua orang terkejut.

Ketika mendengar itu, Qiu Ci juga mengira Qi Meng hanya dijadikan tameng oleh kakeknya, dan kendali keluarga tetap akan jatuh ke tangan kakaknya, Qi Yu.

Bagaimana mungkin warisan sebesar itu diberikan kepada gadis muda yang hanya tahu bermain?

“Tuan Qiu, kita akan pergi ke tempat latihan menembak, apakah kamu mau ikut?”

Qiu Ci melirik ke arah Mu Yu di sampingnya, awalnya ingin menolak. Tapi Qi Meng langsung menambahkan, “Yu Shan juga akan ikut.”

Akhirnya Qiu Ci naik ke mobil. Melihat Mu Yu masih berdiri di luar, dia mendesaknya, “Masuk.”

Kenapa kamu berdiri di sana seperti orang bodoh? Dia tidak mungkin meninggalkan orang itu sendirian.

Itulah kali pertama Qi Meng bertemu Mu Yu. Dari balik Qiu Ci, dia bertanya,
“Kakak, namaku Qi Meng, siapa namamu?”

Sopir di depan, yang adalah kakak Qi Meng, mendengar pertanyaan itu, melihat adiknya melalui kaca spion. Tatapannya tampak sedikit dingin.

Pria yang duduk di kursi penumpang depan tak bisa menahan tawa kecil saat melihat kejadian itu. Ketika orang di sampingnya menoleh, dia segera berpura-pura polos dan memalingkan pandangan ke luar jendela.

Ditatap terang-terangan oleh Qi Meng, Mu Yu merasa canggung dan tanpa sadar melirik ke arah Qiu Ci yang berada di sampingnya.

Menyadari kecanggungannya, Qiu Ci pun berkata, “Mu Yu, anak dari teman ibuku. Jangan sembarangan menggoda orang, atau Xu Qingning akan marah padamu.”

Xu Qingning adalah pengikut setia Qi Meng. Saat Qi Meng pindah dari Kota Jiang dulu, dia juga bersikeras untuk ikut pindah sekolah. Begitu Qi Meng kembali ke Jiang, dia pun kembali bersamanya.

Entah apa yang dipikirkannya, Qi Meng akhirnya berhenti memperhatikan Mu Yu.

Mobil perlahan berhenti, dan pria yang mengemudi memberi tahu, “Kita sudah sampai.”

Mu Yu turun bersama Qiu Ci, namun saat melihat dua orang di belakang mereka belum menyusul, dia refleks menoleh. Matanya membelalak sedikit.

Dia melihat sepertinya mereka… baru saja berciuman?!

“Apa yang kamu lihat?” Suara menggoda gadis itu terdengar dari belakang.

Mu Yu merapatkan bibir. Tatapannya jatuh pada gadis muda di hadapannya, yang sama sekali tidak terlihat terkejut oleh apa yang baru saja terjadi di kejauhan.

Mungkin karena ekspresi Mu Yu yang terlalu lucu, Qi Meng pun tertawa, “Jangan bilang kamu tidak tahu, kalau sesama laki-laki juga bisa jatuh cinta?”

Kamu tidak tahu? Bukankah pernikahan sesama jenis sudah legal selama beberapa tahun ini?

Mu Yu tidak mengatakan apa-apa, tapi Qi Meng tidak keberatan dan menjelaskan, “Yang lebih tinggi adalah saudara laki-lakiku, dan yang satu lagi adalah bayi1Sugar baby. saudara laki-lakiku. Mereka sangat saling mencintai, mereka menikah sejak masih di perguruan tinggi.”

“Qi Meng, apa yang kamu lakukan!”

Tiba-tiba terdengar suara laki-laki dari kejauhan, nada marahnya sangat kentara. Wajah Qi Meng pun langsung berubah.

Begitu Xu Qingning muncul, Qi Meng buru-buru kabur.

Setelah Qi Meng melarikan diri, Mu Yu kembali menatap kedua pria yang sudah pergi ke arah lain.

Dia berbalik, menatap sekelompok remaja pria dan wanita tak jauh dari sana.

Sekilas saja, dia langsung melihat Qiu Ci sedang berbicara dengan gadis bernama Yu Shan, seakan benar-benar melupakan keberadaannya.

Dadanya terasa sedikit sesak. Dia tidak menyukai perasaan ini.


KONTRIBUTOR

Keiyuki17

tunamayoo

San

Leave a Reply