Penerjemah: Rusma
Proofreader: Keiyuki


[-: Terlalu sulit dibujuk, bodoh, sangat merepotkan, tidak perlu membicarakannya.]


Celana hitam itu sudah tidak bisa dipakai lagi. Chen Jingshen membawakannya celana pendeknya sendiri. Yu Fan menarik-narik ikat pinggangnya yang longgar, ingin menutupi kepala Chen Jingshen dengan celana itu.

Chen Jingshen sedang mandi di kamar mandi, jadi ia belum bisa menutupi tubuhnya. Yu Fan setengah berbaring di tempat tidur Chen Jingshen, menyilangkan kaki, menyandarkan kepalanya di bantal yang baru saja dia letakkan, posturnya santai seperti baru saja menaklukkan gunung.

Dia duduk di sana, jiwanya tenang seolah telah berada di sana selama lebih dari sepuluh menit. Pikirannya dipenuhi oleh suara, tangan, dan aroma Chen Jingshen.

Jendela di ruangan itu dibuka sedikit, dan aroma segar masuk membuat rasa gelisahnya perlahan menghilang.

Pendingin udara akhirnya menyala, dan pikiran Yu Fan perlahan mendingin. Dia tak ingin banyak bergerak, matanya melirik malas ke sekeliling ruangan.

Lemari pakaian Chen Jingshen tidak tertutup rapat, dan setiap helai pakaian yang tergantung di dalamnya tersusun rapi seolah-olah telah disetrika.

Yu Fan tiba-tiba teringat ketika Chen Jingshen berdiri tadi, kaus putih di tubuhnya kusut di banyak tempat, semua gara-gara dia memegangnya terlalu erat.

Yu Fan melengkungkan jari-jarinya, mengalihkan pandangannya seolah dia tersengat listrik, dan melihat tisu-tisu di tong sampah lagi.

Sial. Yu Fan mengambil sepotong permen karet dan memasukkannya ke dalam mulutnya, lalu berdiri dan kembali duduk di mejanya, memutuskan untuk mencari sesuatu yang bisa mengalihkan perhatiannya.

[-: ?]

[-: kalian semua menandaiku sebanyak 32 kali dalam satu malam, apakah kalian sakit?]

Setelah dua kalimat itu, kelompok kecil yang tadinya layu karena pemanggilan yang gagal, tiba-tiba menjadi bersemangat.

[Wang Luan: Sialan kamu! Yu Fan, kamu bahkan tidak membalas pesan pribadiku! Apa kamu benar-benar jatuh cinta?! @-]

[Zuo Kuan: Kudengar kamu sedang membujuk seseorang? @-]

[-:@Zhu Xu?]

[Zhu Xu: Hei… hei hei… hei hei hei. Biar kujelaskan. Aku sedang di tengah pertarungan tim saat itu, dan karena aku agak terlambat membalas pesanmu, mereka bertanya apa yang sedang kulakukan. Bagaimana mungkin aku tidak jujur?]

[Wang Luan: Hei, apa maksudmu? Kita semua bersaudara, kamu canggung sekali. Kamu harus membawanya ke sini nanti.]

[Zuo Kuan: Ya. Tapi apa kamu berhasil terus membujuknya sampai sekarang? Pacarmu benar-benar merepotkan.]

[Zhang Xianjing: Aku sarankan kamu berhati-hati dengan kata-katamu. Pacarnya mungkin sedang bersamanya sekarang.]

Zuo Kuan segera menarik kembali pesan yang baru saja dikirimnya.

[Zuo Kuan: Jadi siapa pacarmu?]

Yu Fan bersandar di sandaran kursi sambil mengetik dengan malas.

[-: Tidak ada, kami putus, jangan tanya lagi.]

Kelompok itu langsung dipenuhi tanda tanya.

[Zhu Xu: Ada apa? Kamu tidak membujuknya?]

[Zuo Kuan: Jadi kapan kamu sebenarnya mulai berpacaran?]

[Wang Luan: Sial, kenapa?]

[-: Terlalu sulit dibujuk, bodoh, sangat merepotkan, tidak perlu membicarakannya.]

Ketika Chen Jingshen keluar dari kamar mandi, ponselnya berdering. Wang Luan menandainya di grup diskusi, menanyakan apakah dia tahu siapa pacar Yu Fan.

Dia mengklik grup itu dan meliriknya sekilas, lalu menemukan postingan Yu Fan.

Chen Jingshen menjawab “Aku tidak tahu” dalam obrolan grup, lalu berjalan ke arah orang yang sedang mengetik di kursi dan memanggil, “Yu Fan.”

Yu Fan tanpa sadar teringat terakhir kali Chen Jingshen memanggil namanya, kata-kata yang begitu menyebalkan, seperti mencari gara-gara. Telinganya mati rasa, dan ekspresinya tiba-tiba berubah dingin. Dia terus mengetik tanpa mengangkat kepalanya.

[Wang Luan: … Jadi siapa dia? Kelas berapa? Tahun berapa? Aku akan melihatnya hari senin apakah dia terlihat cantik.]

[Zhu Xu: Mungkin dia dari kelasmu.]

[Wang Luan: Itu tidak mungkin. Selain Zhang Xianjing dan Ke Ting, tidak ada gadis lain di kelas kami yang berbicara dengan Yu Fan lebih dari sepuluh kalimat.]

[Zuo Kuan: Omong kosong, ‘kan? Dia pasti cantik, kalau tidak, bagaimana Yu Fan bisa berkencan dengannya?]

[-: Jelek, manja, menyebalkan, saat itu mungkin aku sedang buta.]

[Zhu Xu: Huh? Tidak baik membicarakan mantanmu seperti itu…]

[Zuo Kuan: Sialan, kamu benar-benar brengsek.]

[s: TT]

[Zhang Xianjing : ?]

[Wang Luan : ?]

“…”

Yu Fan berhenti sejenak sambil mengetik umpatan, tak tahan lagi, lalu menatap orang yang berdiri di depannya. “Chen Jingshen, siapa yang mengizinkanmu mengetik itu di grup—”

Chen Jingshen menarik handuk, membungkuk dan menciumnya, dan suara Yu Fan pun menghilang seketika.

Yu Fan duduk di kursi selama beberapa detik, tertegun, sebelum bertanya, “Apa yang sebenarnya kamu lakukan?”

“Membujukmu,” kata Chen Jingshen, “Bisakah kita tidak putus?”

“…”

Apa-apaan ini? Bukankah kamu tadi bersikap sangat keren?

Yu Fan ingin menendangnya dan menyuruhnya keluar, tapi di sudut matanya dia melihat sekilas sederet tanda merah rapi di sisi lehernya.

Dia tidak dapat menahan diri untuk menggigitnya pada akhirnya.

Jadi dia menurunkan kembali kakinya yang terangkat dan bertanya dengan datar, “Apakah lehermu sakit?”

“Sakit,” kata Chen Jingshen.

“Pantas saja,” kata Yu Fan dingin, sambil menoleh ke sekeliling, “Mana plester yang kamu ambil tadi?”

“Laci.”

Yu Fan membuka lemari meja dan melirik sekilas ke dalamnya sambil mengeluarkan plester. Laci-laci Chen Jingshen juga sangat rapi, alat tulis disusun berdasarkan kategori, sehingga semuanya bisa dilihat sekilas.

Tatapan Yu Fan tertuju pada buku catatan hitam di bagian paling dalam.

Buku catatan itu tampak agak tua, tidak istimewa. Buku itu menarik perhatiannya karena isinya tidak diletakkan dengan benar, dan separuhnya terekspos. Buku itu tampak seperti catatan persegi panjang, dan samar-samar dia bisa melihat dua kata.

Kata apa?

Yu Fan menyipitkan mata dan mengamatinya cukup lama, tapi tidak dapat memahaminya. Ini bahkan lebih buruk daripada tulisan tangannya.

“Ada apa?” Chen Jingshen menggantung handuk di balkon dan berbalik.

“Tidak.” Yu Fan tidak tertarik mengusik privasi orang lain. Dia menutup laci dan melepas plesternya. “Cepat ke sini, pakai, dan aku akan kembali.”

Rumah Chen Jingshen memiliki aula masuk yang cekung, dan di lemari sepatu terdapat bunga-bunga yang tidak dapat disebutkan namanya oleh Yu Fan, dengan aroma yang lembut.

Yu Fan menundukkan kepalanya untuk memakai sepatunya, mengulurkan tangan dan menarik celananya, mengerutkan kening dan berkata, “Chen Jingshen, celanamu terlalu besar.”

Chen Jingshen melirik pinggangnya mengikuti suara itu, dan tiba-tiba teringat kejadian tadi. Matanya berkilat dan ia berkata, “Sebenarnya, kamu tidak perlu kembali.”

“Diam.”

“Jadi, apa yang kamu katakan hari ini masih berlaku,” kata Chen Jingshen, “Ayo kita pergi ke bioskop besok.”

Yu Fan tertegun sejenak sebelum dia ingat bahwa dia telah menyetujuinya saat dia bertarung.

“Baiklah.” Yu Fan berhenti sejenak, “Aku akan membeli tiketnya kali ini.”

Chen Jingshen setuju.

Yu Fan memakai sepatunya, mengangkat matanya, menggosok hidungnya, dan berkata, “Aku tidak akan terlambat.”

Chen Jingshen yang tadinya setengah bersandar di dinding, mengerjap ketika mendengar kata-kata itu dan tak kuasa menahan diri untuk menoleh ke arahnya.

Tepat saat mereka hendak saling bersentuhan, mereka tiba-tiba mendengar bunyi “bip” yang keras dari arah pintu, dan keduanya pun terkejut.

Pikiran Yu Fan menjadi kosong, dan tanpa sadar dia mengulurkan tangan dan mendorong wajah Chen Jingshen.

Pintu didorong terbuka, dan Ji Lianyi mencondongkan tubuh ke arah pengemudi di belakangnya dan berkata, “Letakkan saja kopernya di sini. Jemput aku jam sembilan besok malam untuk ke bandara. Jangan terlambat. Dan…”

Sambil berbicara, ia berbalik, dan setelah melihat dengan jelas, suaranya terhenti beberapa detik, “Jingshen? Kenapa kamu berdiri di sini? Apakah ini… Yu Fan?”


KONTRIBUTOR

Rusma

Meowzai

Keiyuki17

tunamayoo

Leave a Reply