Penerjemah: Keiyuki
Proofreader: Rusma
Sebelum Pertarungan
Tanpa sadar, Shen Qiao terpancing oleh pertanyaan itu. Keduanya tetap bertahan dalam posisi yang aneh, tanpa ada yang mengingatkannya—baik si rusa kecil maupun Yan Wushi.
Ekspresi Master Sekte Yan justru tampak serius. Biasanya, ia selalu menyunggingkan senyum, entah itu senyum samar yang ambigu atau tawa lepas yang penuh kesombongan. Namun kali ini, tidak ada sedikit pun senyum di wajahnya. Hal itu menciptakan tekanan yang tak kasat mata, membuat Shen Qiao tanpa sadar menyingkirkan semua pikiran lain dan hanya fokus mendengarkannya.
Yan Wushi berkata, “Sekte Bulan Jernih lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas dalam menerima murid. Hingga saat ini, aku hanya memiliki dua murid: Bian Yanmei dan Yu Shengyan. Jika berbicara soal bakat dalam seni bela diri, Bian Yanmei bukan yang terbaik. Dia hanya bisa dikatakan sebagai murid dengan kemampuan menengah ke atas, tapi kecerdasannya ada di bidang lain.”
Shen Qiao setuju dengan pernyataan itu. Dalam hal strategi dan politik, Bian Yanmei memang memiliki kemampuan luar biasa. Selama bertahun-tahun, Sekte Bulan Jernih telah mengakar kuat di dalam dan luar istana. Meskipun Kaisar Yuwen Yun telah berusaha sekuat tenaga untuk membasmi mereka, sekte itu tetap mampu bertahan dan bahkan bangkit kembali dengan cepat di bawah pemerintahan baru. Semua itu tidak lepas dari peran Bian Yanmei. Bahkan jika Yan Wushi memiliki kemampuan tersebut, ia belum tentu memiliki kesabaran untuk menjalankannya.
“Adapun Yu Shengyan, dia memang berbakat dalam seni bela diri, tapi usianya masih terlalu muda. Jika aku mati, mereka akan berada dalam posisi yang sangat lemah. Saat itu tiba, aku berharap kamu bisa membantu menjaga mereka.”
Jika aku mati…
Shen Qiao tertegun sejenak.
Mendengar kata-kata itu, hatinya tiba-tiba dipenuhi perasaan yang begitu halus dan asing.
Sebelumnya, di luar Kota Raja Tuyuhun, Yan Wushi pernah dikepung oleh lima ahli seni bela diri. Ketika Shen Qiao tiba di sana, Yan Wushi sudah terbaring tak sadarkan diri di tanah. Saat itu, Shen Qiao juga sempat mengira dia sudah mati. Namun…
Namun pada saat itu, meskipun Shen Qiao merasa sedikit terkejut, perasaannya hanya sebatas mengakhiri dendam dan menyesali kematian seorang ahli besar. Tidak seperti sekarang, di mana perasaan yang muncul terasa begitu kompleks dan tak terlukiskan.
“Kamu merasa sedih untukku?” Yan Wushi melihat ekspresi Shen Qiao lalu tertawa pelan.
Shen Qiao menarik napas dan menenangkan diri. “Bukankah kamu mengatakan bahwa cacat di inti iblismu sudah pulih? Dalam pertarungan melawan Hulugu, kamu pasti bisa bertarung dengan sekuat tenaga.”
Yan Wushi tersenyum. “Benar, tapi selalu ada pengecualian. Apalagi lawanku adalah Hulugu. Atau… apakah kamu lebih suka aku bersikap sombong dan mengatakan bahwa aku pasti akan menang?”
Shen Qiao ikut tersenyum. “Kalau Master Sekte Yan benar-benar berkata demikian, aku sama sekali tidak akan merasa terkejut.”
Akhirnya, Shen Qiao menyadari posisi mereka yang tidak pantas. Ia pun segera mengangkat tangan untuk mendorong dan berusaha bangkit.
Namun, Yan Wushi sama sekali tidak bergerak. Tidak hanya diam di tempat, ia bahkan menekan Shen Qiao dengan kuat. Posisinya sangat terampil, membuat lawannya tidak dapat bergerak, tetapi tidak sampai menimbulkan rasa sesak atau tertekan.
Shen Qiao mengira Yan Wushi masih menunggu jawabannya, maka ia pun berkata, “Aku mengerti maksud Master Sekte Yan. Aku akan berusaha melindungi mereka. Jika Sekte Bulan Jernih mengalami kesulitan, selama tindakan mereka tidak melanggar prinsip moral, aku juga akan berusaha melindungi mereka.”
Di dunia seni bela diri, janji adalah sesuatu yang sangat berharga. Dengan kepribadian Shen Qiao, sekali ia berjanji, maka janji itu lebih berharga dari emas, dan tidak akan pernah dilanggar kecuali ia mati.
Dia teringat perkataan Yan Wushi tentang “mempercayakan anak yatim kepada orang lain”, dan tidak bisa menahan senyumnya yang penuh rasa geli.
Baik Bian Yanmei maupun Yu Shengyan, tidak ada satu pun dari mereka yang bisa dikatakan lemah atau terlantar. Bahkan jika dibandingkan dengan kebanyakan orang di dunia seni bela diri, justru merekalah yang lebih sering membuat orang lain kesulitan.
Namun, setelah mendengar jawaban itu, Yan Wushi tetap tidak bergerak.
Dengan suara yang belum pernah didengar Shen Qiao sebelumnya—begitu tulus dan hangat—Yan Wushi bertanya, “Ah-Qiao, kamu memperlakukanku dengan begitu baik… lalu bagaimana aku harus membalasnya?”
Shen Qiao menjawab, “Memperlakukan seorang teman dengan tulus, mengapa harus mengharapkan balasan?”
Yan Wushi seolah tidak mendengar perkataannya dan melanjutkan, “Emas, perak, kekayaan, ketenaran, dan kejayaan—semua yang diimpikan orang lain—bagi dirimu tidak lebih dari sekadar benda tidak berharga.”
Shen Qiao mengoreksinya, “Itu tidak benar. Sebenarnya, aku juga menyukai ketenaran dan kejayaan.”
Yan Wushi, “Hmm?”
Shen Qiao menjelaskan, “Gunung Xuandu tidak bisa hidup terisolasi dari dunia. Jika aku ingin melindungi Gunung Xuandu, maka aku sendiri juga tidak bisa hidup terlepas dari dunia. Dalam dunia seni bela diri, kekuatan adalah sandaran terbaik. Namun, Gunung Xuandu juga merupakan bagian dari Taoisme. Sebagai sekte Tao, mustahil tidak terlibat dengan urusan pemerintahan. Dulu, kamu memperkenalkanku pada Yang Jian dan membantuku mendapatkan pijakan di Chang’an. Aku sangat berterima kasih padamu.”
Yan Wushi tersenyum tipis. Orang ini memang mengerti segalanya.
Shen Qiao melanjutkan, “Jadi, ketenaran dan kejayaan tetap ada manfaatnya. Asalkan seseorang tetap cukup sadar dan tidak tenggelam di dalamnya, maka tidak akan menjadi masalah.”
Kata-kata ini mudah diucapkan, tetapi sulit dilakukan. Dulu, Yu Ai dan Tan Yuanchun mungkin juga berpikir demikian. Namun, pada akhirnya, siapa di antara mereka yang benar-benar bisa bertahan?
Dengan suara lembut, Yan Wushi berkata, “Itulah sebabnya kamu begitu istimewa. Semua itu benar-benar hanya sekadar pelengkap bagimu. Aku sudah memikirkannya berkali-kali, tapi tidak menemukan apa pun yang benar-benar bisa kuberikan sebagai balasan. Satu-satunya yang bisa kuberikan hanyalah diriku sendiri. Bagaimana menurutmu, apakah itu cukup baik?”
Tentu saja tidak! Shen Qiao terbelalak. Melihat Yan Wushi menundukkan kepala hendak mendekat, ia tidak ragu lagi dan langsung menghantam dada lawannya dengan satu telapak tangan!
Yan Wushi mengulurkan tangan untuk menangkap pergelangan tangannya, tetapi akibatnya, keseimbangannya terganggu dan tubuhnya sedikit miring. Shen Qiao memanfaatkan celah itu, tangan satunya menebas bahu lawan. Dalam sekejap, mereka sudah bertukar beberapa jurus. Shen Qiao segera membalikkan keadaan dan menekan Yan Wushi ke bawah.
Yan Wushi tampak terkejut, “Jadi kamu lebih suka posisi seperti ini? Kenapa tidak mengatakannya dari tadi!”
Ekspresinya benar-benar polos!
Dengan pengalaman hidup seorang Pendeta Tao Shen, meski ia tidak paham sepenuhnya, tetap tidak sulit baginya menangkap nada menggoda dalam ucapan itu.
Kini, ia benar-benar yakin bahwa celah di inti iblis Yan Wushi sudah lama pulih. Kalau tidak, mana mungkin orang ini, yang sebentar lagi akan menghadapi pertempuran besar, masih punya waktu untuk bermain-main dengannya di sini!
Shen Qiao mengulurkan tangan hendak memukul titik akupunturnya, tetapi Yan Wushi tentu tidak akan membiarkannya berhasil. Tangan mereka bergerak cepat, bertukar serangan, setiap jurus membawa ketajaman yang tidak sampai melukai.
Keduanya adalah ahli papan atas dalam dunia seni bela diri. Mungkin Shen Qiao sedikit lebih lemah, tetapi selisih itu tidak terlalu besar.
Akhirnya, Yan Wushi memilih menyerah begitu saja, membiarkan Shen Qiao menghantamnya dengan satu telapak tangan.
Shen Qiao benar-benar tertegun, sehingga ia ragu untuk melanjutkan serangan. Yan Wushi langsung memanfaatkan kesempatan itu, membalikkan keadaan, dan kembali menekan Shen Qiao ke bawah.
Kecantikan yang berada dalam pelukannya ini, meski menjelajahi seluruh dunia, sulit menemukan untuk yang kedua kalinya. Namun, daya tariknya bukan terletak pada wajahnya. Semua yang pernah berinteraksi dengannya tahu bahwa Shen Qiao memiliki hati seluas samudra—tidak tergoyahkan meski diterpa badai, namun tidak pernah membebankan penderitaannya pada orang lain.
Sehari-hari, ia bisa menjadi teman yang paling lembut dan ramah, tetapi dalam saat-saat genting, ia adalah sahabat yang paling layak dipercaya dan diandalkan dalam hidup dan mati.
Shen Qiao memang tidak salah. Dalam pandangan Yan Wushi yang dulu, selain murid-muridnya, dunia hanya terbagi menjadi dua jenis orang: lawan dan semut yang tidak layak diperhitungkan. Tetapi sekarang, posisi Shen Qiao dalam hatinya jelas tidak termasuk dalam dua kategori itu.
Bahkan lebih dari itu. Jauh lebih dalam, lebih berat—mungkin bahkan sesuatu yang bahkan Bian Yanmei pun tidak dapat bayangkan.
Sejak kapan perasaan ini mulai berubah, itu tidak penting. Yang penting adalah, melalui pertemuan demi pertemuan, Shen Qiao perlahan mulai menurunkan kewaspadaannya terhadapnya, mulai memperlakukannya seperti seorang teman, bahkan bersedia menanggung janji seberat itu untuknya.
Tetapi bagi Yan Wushi, itu masih belum cukup.
Jauh dari cukup.
Yang diinginkannya adalah sebuah posisi yang spesial, satu-satunya di dunia, sesuatu yang tidak dapat ditiru atau direbut oleh siapa pun. Yan Wushi selalu memiliki sifat yang dominan—jika ia menginginkan sesuatu, maka itu harus yang terbaik, sesuatu yang tidak tergantikan.
Namun, ia tidak menunjukkan perasaan itu secara berlebihan. Jangankan memaksa dengan kasar, dibandingkan dengan berbagai cara yang pernah ia gunakan di masa lalu, sikapnya kali ini bahkan dapat dibilang penuh kelembutan. Semua ini karena ia sangat memahami Shen Qiao.
Orang ini tampak lembut di luar, tetapi di dalam dirinya ada kebanggaan yang tak tertandingi. Jika ia menggunakan cara yang terlalu agresif, Shen Qiao bisa saja merasa muak dan menjauhinya lebih jauh. Lihat saja Yu Ai, itu sudah menjadi pelajaran yang sangat jelas.
Karena itu, Yan Wushi mengubah pendekatannya. Sedikit demi sedikit, ia memancing Shen Qiao masuk ke dalam perangkapnya. Ia bahkan tidak menggunakan titik lemah dalam duel tadi—padahal, jika ia membekukan titik akupuntur Shen Qiao, ia bisa dengan mudah memaksanya berada dalam posisi pasif dan mendengarkan kata-katanya.
Tetapi apa menariknya jika dilakukan dengan cara itu?
Tentu saja tidak ada.
Jadi, ketika Shen Qiao lebih mudah luluh dengan kelembutan daripada paksaan, tidam heran jika Yan Wushi dengan mudah merebut kembali kendali.
“Kamu tidak menginginkan apa pun, jadi aku hanya bisa menyerahkan diriku padamu. Apa itu masih tidak cukup?”
Dengan posisi seperti ini, Yan Wushi seharusnya dapat memandang rendah pihak lain, menikmati perasaan superioritas. Namun, Shen Qiao justru melihat sekilas ekspresi pasrah dalam senyumannya, membuatnya merasa kesal sekaligus geli.
“Apakah kamu masih ingat saat kita berada di dalam gua?” Yan Wushi perlahan menundukkan kepala, suaranya lembut dan tenang.
Shen Qiao hanya memiliki dua kenangan tentang gua itu. Yang pertama adalah saat Yan Wushi bertarung dengan Ruyan Kehui. Shen Qiao, mengira ia terluka, membawanya ke dalam gua untuk mengobati, tetapi hampir dicekik olehnya. Yang kedua adalah ketika pedang Surgawi yang Berduka miliknya digunakan oleh Yan Wushi untuk mengikis sisik ikan.
Mengingat itu, wajah Shen Qiao langsung menggelap.
“Tolong lepaskan aku, Master Sekte Yan. Aku tidak terbiasa berbicara dengan seseorang dalam posisi seperti ini.”
“Tapi tidak ada orang lain di sini.” Yan Wushi tertawa kecil, menariknya ke atas dan setengah menekan tubuhnya ke dinding. Dengan begitu, Shen Qiao yang semula berbaring kini duduk, tetapi tetap terkurung dalam pelukan Yan Wushi.
Shen Qiao: “……”
Yan Wushi juga tidak menyegel titik-titik akupuntur Shen Qiao, tetapi jika Shen Qiao ingin melepaskan diri, ia harus bertarung dengannya. Jika ia menyerang terlalu ringan, Yan Wushi bisa dengan mudah menangkisnya. Jika terlalu berat, Yan Wushi malah akan langsung menyerah, memasang sikap pasrah seolah menunggu untuk diperlakukan sesuka hati, membuat Shen Qiao ragu untuk bertindak.
Ini benar-benar seperti… babi mati tidak takut air panas.
Yan Wushi berkata, “Aku akan segera menghadapi kematian, bahkan mendengar beberapa kata dariku pun kamu tidak mau?”
Shen Qiao menghela napas, menyerah dalam perlawanan. “Baiklah, katakan saja.”
Yan Wushi tersenyum. “Tapi barusan aku berpikir, sebanyak apa pun yang kukatakan, tetap tidak sebaik saat langsung melakukannya.”
Pikiran pria ini berubah setiap saat. Shen Qiao tidak dapat mengikuti alurnya dan bertanya bingung, “Apa?”
Namun, ia tidak sempat mengeluarkan suara lebih lanjut. Kalimatnya terputus tiba-tiba, pandangannya tertutup oleh bayangan, dan sesuatu yang panas serta lembut menempel di bibirnya.
Yan Wushi langsung menekan bibirnya, lalu membuka paksa giginya dan menyerbu masuk.
Dari samping, terdengar suara seruan pendek.
Yu Shengyan berdiri di ambang pintu, sementara rusa di belakangnya menggigit ujung jubahnya. Ketika Yu Shengyan hendak mundur untuk pergi, ia malah hampir tersandung oleh rusa itu.
Shen Qiao langsung menepuk bahu Yan Wushi dengan satu telapak tangan, lalu sedikit menegakkan pinggangnya dan melompat ringan, melepaskan diri sepenuhnya.
Namun, bibirnya sedikit merah dan bengkak, rambut di pelipisnya agak berantakan, dan wajahnya tampak tidak wajar—campuran antara malu dan marah, sulit membedakan mana yang lebih dominan. Dalam keadaan seperti ini, ia sama sekali tidak bisa mempertahankan sikapnya.
Yu Shengyan melihat tatapan santai dari gurunya yang melirik ke arahnya, dan rasanya ia ingin langsung membenturkan kepalanya ke tiang terdekat.
Dengan kemampuannya, ia seharusnya tidak akan melakukan kesalahan seperti ini. Tetapi itu adalah salahnya sendiri karena datang di saat yang sangat tidak tepat!
Tadi ia berkeliling di dalam kediaman, berpikir bahwa pembicaraan antara gurunya dan Shen Qiao sudah selesai. Ia pun datang untuk memberi salam, namun siapa sangka malah tepat waktu menyaksikan pemandangan yang seharusnya tidak dilihat.
Sungguh… sial sekali!
Yu Shengyan tertawa kering. “Ehm, bisakah kalian menganggap bahwa aku tidak pernah datang?”
Ia bahkan tidak berani memberi hormat kepada gurunya, langsung berbalik dan kabur secepat mungkin.
Shixiong, kalau aku kembali ke Chang’an sekarang untuk bergabung denganmu, apakah masih sempat? Huhu!
Penulis ingin mengatakan sesuatu:
Cerita ini pasti akan berbeda dari karya lainku, karena hingga akhir pun tidak akan ada ungkapan cinta yang eksplisit. Bahkan satu kalimat seperti “Aku menyukaimu” pun tidak akan muncul.
Sesuai dengan gaya cerita ini, hubungan mereka seharusnya dipahami secara tersirat, tanpa perlu diucapkan dengan gamblang. Jika diucapkan, justru akan kehilangan maknanya. Yan Wushi merasa Shen Qiao bisa mengerti, dan Shen Qiao sendiri bukan tipe orang yang akan menyatakannya secara langsung. Cukup dengan isyarat halus, samar-samar, seakan ada tetapi tak nyata—kalian bisa mengerti maksudnya?
Aku tahu saat ini kebanyakan cerita lebih suka menyatakan segalanya dengan jelas, tapi di cerita ini, tidak akan ada hal seperti itu.