Penerjemah: Keiyuki
Proofreader: Rusma


Pemikiran Sejati


Shen Qiao juga tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Yan Wushi akan terjadi dalam situasi seperti ini.

Setelah mendengar apa yang dikatakan Bian Yanmei sebelumnya, meskipun Shen Qiao tidak mengatakannya, pikirannya pasti menghubungkan berbagai kemungkinan.

Pada puncak kekuatannya, Yan Wushi mungkin sedikit kalah dari Hulugu, tetapi selisih itu bukanlah sesuatu yang mutlak. Dalam pertempuran, segalanya bisa berubah dalam sekejap. Duel antar master agung sangat bergantung pada waktu, tempat, dan kondisi. Kadang-kadang, satu kesalahan kecil atau keputusan yang keliru dapat membalikkan hasilnya. Namun, jika celah dalam inti iblis Yan Wushi belum pulih sepenuhnya, selisih kecil itu dapat membesar, meningkatkan kemungkinan kekalahannya.

Shen Qiao berpikir lama, mencoba mencari cara agar Yan Wushi bisa menang dengan pasti, tetapi ia tidak menemukannya.

Itu memang mustahil. Lagipula, lawannya adalah Hulugu. Bahkan jika gurunya, Qi Fengge, masih hidup, ia pun tidak bisa menjamin kemenangan mutlak.

Dengan berbagai pemikiran memenuhi benaknya, Shen Qiao akhirnya tiba di kediaman luar kota Funing. Berdiri di depan gerbang yang setengah terbuka, ia tiba-tiba mendengar suara malas dari dalam:

“Tidak, Ah-Qiao, jangan gigit itu.”

Ah Qiao? Jangan gigit?

Shen Qiao kebingungan. Ia mendorong pintu dan masuk, lalu melihat Yan Wushi bersandar setengah duduk di atas bantalan di bawah serambi. Satu tangannya memegang guci giok berisi arak, sementara siku tangan lainnya menyangga tubuhnya. Wajahnya tampak santai.

Mendengar suara dari arah pintu, ia mengangkat kepala dan melihat Shen Qiao serta Yu Shengyan masuk.

Di hadapannya berdiri seekor anak rusa kecil yang bahkan belum bisa berjalan dengan stabil. Rusa itu mengeluarkan suara lirih, mirip suara kambing tetapi sedikit lebih dalam. Ia menjulurkan leher dan menggigit guci arak, saling tarik-menarik dengan Yan Wushi.

Shen Qiao terpaku sejenak, sama sekali tidak menyangka bahwa seseorang yang akan menghadapi duel melawan ahli nomor satu dunia justru sama sekali tidak tampak tegang. Sebaliknya, ia begitu santai… sedang bermain dengan seekor rusa.

Ah-Qiao?” Yan Wushi melihat Shen Qiao dan Yu Shengyan masuk. Ia langsung mengabaikan yang terakhir dan melambaikan tangan pada Shen Qiao. “Kebetulan sekali kamu datang. Aku menyuruh orang membuka satu guci arak murbei. Ini dari sepuluh tahun lalu saat aku menguburnya.”

Anak rusa itu mengira Yan Wushi sedang memanggilnya, sehingga ia langsung melepaskan gigitan pada guci arak dan berlari mendekat, hanya untuk kepalanya didorong menjauh oleh Yan Wushi. Sepasang mata hitam basahnya tampak sedikit memancarkan rasa kecewa.

Shen Qiao mengulurkan tangan dan mengusap kepala rusa kecil itu. Rusa itu tidak takut pada orang asing, malah miringkan kepalanya dan menggosokkan diri ke telapak tangan Shen Qiao.

Shen Qiao merasa dirinya mungkin salah dengar tadi. Ia tidak bisa menahan diri untuk bertanya, “Apakah dia punya nama?”

Yan Wushi: “Punya, namanya Ah-Qiao.”

Shen Qiao: “……”

Yan Wushi tertawa: “Tidakkah menurutmu dia mirip denganmu?”

Shen Qiao melirik anak rusa itu. Itu adalah seekor rusa tutul yang belum tumbuh tanduk, dengan sepasang telinga berbulu lembut, serta sejumput bulu putih di lehernya. Matanya bersih dan polos, penuh kepercayaan serta ketergantungan pada manusia. Memang menggemaskan, tetapi Shen Qiao sama sekali tidak melihat kesamaan antara dirinya dan rusa itu.

“Kudengar kamu telah menantang Hulugu untuk bertarung?” Shen Qiao langsung ke inti permasalahan.

Meskipun nadanya terdengar seperti pertanyaan, jawabannya sebenarnya sudah jelas. Kalimat ini hanyalah pembuka.

Yan Wushi: “Ya.”

Jawaban itu terdengar ringan, seolah yang akan ia hadapi hanyalah pertemuan santai untuk menikmati bunga dan salju, bukan pertarungan hidup dan mati.

Yu Shengyan cukup tahu situasi. Setelah memberi hormat kepada Yan Wushi, ia tidak ikut masuk, melainkan pergi ke bagian lain dari kediaman itu. Dengan begitu, hanya Shen Qiao dan Yan Wushi yang tersisa di halaman.

Ditambah seekor rusa.

Shen Qiao berkata dengan pasrah, “Ada satu hal yang ingin kubicarakan dengan Master Sekte Yan.”

Yan Wushi menghentikan tawanya, matanya berkilat penuh rasa ingin tahu. “Oh? Dengan kedudukanmu yang sekarang begitu tinggi, ada hal apa yang sampai perlu dibicarakan denganku?”

Shen Qiao perlahan berkata, “Pertarungan melawan Hulugu, biarkan aku yang menggantikanmu. Apakah boleh?”

Jarang sekali Yan Wushi terkejut, meski hanya sesaat.

Ia segera tersadar dan berkata, “Kamu pernah bertarung dengannya sebelumnya, dan kamu kalah.”

Shen Qiao: “Aku tahu. Tapi dua puluh tahun lalu, ia bertarung dengan guruku. Dua puluh tahun kemudian, meskipun guruku sudah tiada, seharusnya aku yang melanjutkan pertarungan itu.”

Yan Wushi tiba-tiba tertawa, “Jadi, menurutmu aku menantangnya agar bisa menjauhkan Hulugu dari Gunung Xuandu, supaya ia tidak datang mencarimu?”

Shen Qiao: “Kudengar cacat dalam inti iblismu belum sepenuhnya pulih. Pertarunganmu melawan Master Zen Xueting justru memperparahnya.”

Sebuah ekspresi samar melintas cepat di wajah Yan Wushi. “Apakah Bian Yanmei yang memberitahumu?”

Shen Qiao mengangguk.

Yan Wushi tenggelam dalam pikirannya, mempertimbangkan apakah lebih baik mengakui ucapan muridnya atau langsung mengatakan bahwa muridnya berbohong.

Jika ia mengakui, Shen Qiao pasti akan semakin bersikeras untuk menggantikannya melawan Hulugu.

Jika ia mengatakan bahwa muridnya berbohong, Shen Qiao pasti akan marah.

Memikirkan hal ini, untuk pertama kalinya Yan Wushi merasa memiliki murid yang terlalu cakap ternyata bukan hal yang baik. Tetapi jika ada yang harus dilakukan, biarlah murid yang mengurusnya, dan kalau ada kesalahan, tentu murid juga yang harus menanggungnya.

Jadi, ia berkata, “Terakhir kali, kamu sendiri sudah memeriksa denyut nadiku. Lukaku tidak lagi bermasalah.”

Ia mengulurkan tangannya.

Shen Qiao pun meraba pergelangan tangannya, memeriksa beberapa saat, lalu menunjukkan ekspresi ragu. “Dari denyut nadimu, memang terlihat kalau lukamu hampir pulih. Tapi apakah celah di inti iblismu sudah sembuh atau belum, itu tidak bisa diketahui hanya dari ini.”

Yan Wushi: “Sudah sembuh.”

Shen Qiao semakin bingung. “Jadi Bian Yanmei tidak tahu kamu sudah sembuh?”

Yan Wushi: “Mungkin saja.”

Shen Qiao: “Pertarungan ini sebenarnya bisa kamu hindari, atau setidaknya ditunda lebih lama.” Pada akhirnya, semua ini tetap karena dirinya.

Yan Wushi tersenyum, lalu tiba-tiba mengangkat dagunya sedikit dan menunjuk ke arah pohon crabapple di sisi lain. “Apa pendapatmu tentang bunga itu?”

Shen Qiao: “Cerah dan menyala, merah muda yang mempesona.”

Yan Wushi mengambil sehelai daun yang jatuh di sampingnya, lalu menjentikkannya dengan jari. Satu cabang bunga crabapple pun patah dan jatuh ke tanah.

Ia menjentikkan jarinya lagi, satu cabang lagi jatuh.

Ungkapan “bunga yang jatuh dan daun yang melayang pun bisa menjadi senjata mematikan” benar-benar diwujudkan olehnya dengan sempurna.

Setelah beberapa kali, bahkan Shen Qiao pun tidak tahan untuk melihatnya lagi. Ia langsung menangkap pergelangan tangan Yan Wushi. “Apa yang kamu lakukan?!”

Yan Wushi: “Mematahkan bunga.”

Nada bicaranya tetap malas seperti biasa, tetapi ia tidak bergerak, bahkan tidak berusaha melepaskan diri, hanya membiarkan Shen Qiao memegang tangannya.

Shen Qiao: “Bunga itu mekar dengan indahnya, tidak mengganggumu ataupun menyakitimu. Kenapa kamu harus merusaknya?”

Yan Wushi tertawa. “Lihat, Ah-Qiao, inilah perbedaan terbesar antara kamu dan aku.”

“Menurutku, bunga itu sudah mekar dalam wujud terbaiknya. Jika terus mekar, ia hanya akan layu hari demi hari. Aku mengantarnya pergi, meninggalkan keindahannya yang paling sempurna dalam ingatanmu. Bukankah itu lebih baik?”

Nada bicaranya tetap santai dan lambat. Ia tidak menarik pergelangan tangannya dari genggaman Shen Qiao, tetapi jari-jarinya menutup, lalu membuat gerakan meremas. Daun yang ada di tangannya langsung hancur menjadi serpihan dan jatuh dari sela-sela jarinya.

“Banyak orang setiap hari sibuk mengejar keuntungan kecil, penuh perhitungan dan kecemasan, bahkan sering menyiksa diri sendiri. Itu adalah tragedi rakyat kecil. Dunia seni bela diri selalu berbicara tentang membalas dendam dan menuntut keadilan, tapi jika dipikir lagi, bukankah itu hanya cara untuk melepaskan diri dari tragedi rakyat kecil? Hidup di dunia ini, jika tidak bisa dijalani dengan penuh kesenangan dan kebebasan, lalu apa gunanya? Manusia dan bunga itu sama saja.”

“Dulu aku bisa menantang Cui Youwang dan Qi Fengge, maka sekarang tentu saja aku bisa menantang Hulugu. Menang atau kalah masih menjadi misteri, tapi justru karena ada ketidakpastian, pertarungan ini menjadi lebih menarik. Jika hasilnya sudah pasti, bukankah itu hanya seperti genangan air yang mati? Jadi, meskipun ada faktor dirimu dalam pertarungan ini, yang lebih penting adalah, ini untuk diriku sendiri.”

Sampai di sini, Shen Qiao tidak lagi dapat berkata apa-apa untuk membujuknya.

Shen Qiao sangat memahami bahwa ia dan Yan Wushi adalah dua orang dengan sifat yang benar-benar bertolak belakang. Ia sendiri selalu berhati-hati, melangkah dengan stabil selangkah demi selangkah, sementara Yan Wushi justru suka bertindak di luar dugaan, bahkan tidak ragu mempertaruhkan dirinya sendiri. Namun, Yan Wushi tidak menganggap ini sebagai tindakan sembrono—sebaliknya, ia menikmati proses itu. Bahkan jika akhirnya ia mati di tangan Hulugu, baginya, itulah cara hidup yang seharusnya.

Bagi banyak orang, sikap seperti ini mungkin terlalu percaya diri, bahkan arogan. Tetapi begitulah Yan Wushi.

Saat Shen Qiao tengah berpikir demikian, tiba-tiba ia mendengar suara Yan Wushi: “Ah-Qiao, apakah kamu tahu?”

“Hmm?” Shen Qiao kembali tersadar.

Yan Wushi berkata, “Dulu, aku membagi manusia ke dalam dua jenis.”

Shen Qiao bergumam sebagai jawaban. Ia tahu yang dimaksud: “Satu adalah lawan, yang lain adalah semut.”

Lawan adalah mereka yang dapat berdiri sejajar dengannya, sementara semut adalah mereka yang bahkan tidak layak mendapat perhatiannya.

Dulu, dalam pandangan Yan Wushi, Shen Qiao hanyalah seekor semut.

Yan Wushi berkata dengan santai, “Tapi sekarang, pikiranku telah berubah. Ah-Qiao, kamu berbeda dari kebanyakan orang di dunia ini. Dalam dirimu ada belas kasih yang mendalam, bahkan kamu rela mengorbankan diri tanpa mengharap imbalan. Dulu, aku mengira kamu sama seperti orang lain—meskipun awalnya polos dan baik hati, pada akhirnya dunia yang keras ini akan mengubahmu. Namun, kamu benar-benar di luar dugaanku. Dunia ini seperti aliran sungai, sedangkan kamu adalah batu karang yang tetap kokoh, tidak peduli seberapa deras air mengalir, kamu tidak akan tergoyahkan.”

Shen Qiao tersenyum kecil. “Sungguh langka mendengar pujian dari Master Sekte Yan. Aku merasa sangat terhormat.”

Yan Wushi bertanya, “Apakah kamu masih menyimpan dendam padaku?”

Shen Qiao menggeleng. “Tidak. Justru sebaliknya, aku sangat mengagumimu. Tidak banyak orang di dunia ini yang bisa hidup sebebas dirimu, dan kamu adalah salah satunya. Sebelum turun gunung, dunia yang kukenal hanyalah apa yang diajarkan oleh guruku, sebatas cakupan kecil itu. Aku belum pernah melihat dunia dengan mataku sendiri. Tanpa bimbinganmu, mungkin aku tidak akan bisa berdiri di sini dan berbicara denganmu sekarang.”

Yan Wushi merasa bahwa tatapan dan nada bicara yang serius itu sangat manis. Tanpa menahan diri, ia langsung mengulurkan tangan dan mengusap kepala Shen Qiao. “Jadi, masih tidak mau mengakui kalau dia mirip denganmu? Coba lihatlah sendiri.”

Di dunia ini, banyak orang cerdas, tetapi hanya sedikit yang memiliki kesadaran diri untuk menyadari kekurangannya. Lebih sedikit lagi yang bersedia memperbaiki diri dan tidak ragu untuk mengakuinya.

Pada diri Shen Qiao, ada ketulusan yang hampir seperti kaca—jernih dan transparan. Ia memahami segalanya dan selalu melihat orang serta kejadian yang berbeda darinya dengan sikap hangat dan toleran.

Saat tiba-tiba kepalanya dielus, Shen Qiao refleks mundur sedikit, lalu secara naluriah menoleh ke belakang.

Rusa kecil itu sedang menatapnya dengan mata bundar, di dalam sorot hitam basahnya terpantul jelas bayangan dirinya.

Hati Shen Qiao seketika melembut. Ia mengulurkan tangan dan mengusap leher rusa kecil itu. Hewan itu menunduk dan menjilat telapak tangannya. Shen Qiao tidak dapat menahan tawa.

Yan Wushi berkata, “Terima kasih, Ah-Qiao.”

Siapa di dunia ini yang pernah mendapat ucapan terima kasih dari seorang Yan Wushi?

Shen Qiao sedikit terkejut dan menoleh padanya.

Yan Wushi menatapnya dengan senyum penuh arti. “Terima kasih karena telah membalas dendam dengan kebaikan dan menyelamatkanku. Aku bahkan tidak bisa menghitung sudah berapa kali kamu menyelamatkanku. Bukankah seharusnya aku berterima kasih?”

Shen Qiao berkata, “Kamu juga sudah menyelamatkanku berkali-kali, untuk apa berterima kasih?”

Yan Wushi menatapnya dengan penuh arti. “Kalau begitu, hubungan kita sudah sampai pada tahap di mana ucapan terima kasih tidak lagi diperlukan?”

Shen Qiao merasa ada sesuatu yang aneh dalam kata-kata itu, tetapi ia tidak bisa langsung menyadari apa yang salah.

Tiba-tiba, Yan Wushi mengulurkan tangan, menariknya, dan dalam sekejap menekan tubuhnya ke bawah—gerakannya cepat, sepenuhnya mencerminkan keahlian seorang ahli seni bela diri!

Sebelum Shen Qiao bisa bereaksi, ia mendengar Yan Wushi berkata, “Kamu tahu betul bahwa aku punya banyak musuh. Jika berbicara tentang seseorang yang benar-benar memiliki ikatan hidup dan mati denganku, hanya kamu satu-satunya. Pertarunganku dengan Hulugu ini bisa berakhir dengan kematian, jadi kalau aku ingin mencari seseorang untuk menitipkan segalanya… hanya kamulah yang kupikirkan.”

Napas hangat Yan Wushi menyapu wajahnya dari jarak yang begitu dekat. Shen Qiao benar-benar terpaku, tidak tahu apakah harus lebih dulu mendorongnya menjauh atau menjawab perkataannya. Dalam sekejap, kepalanya kosong total.

“A-apa… apa maksudmu menitipkan segalanya?”


KONTRIBUTOR

Rusma

Meowzai

Keiyuki17

tunamayoo

This Post Has One Comment

  1. Shenqq

    wah apa kah ini tanda tanda akan… Duar

Leave a Reply