Penerjemah: Vins
Proofreader: Keiyuki17, Rusma


Keesokan harinya, Xie Chenfeng tidak pergi ke tempat Lin Ze. Lin Ze tahu bahwa itu pasti karena dia tidak bisa bangun jadi tidak menghubunginya. Xie Chenfeng akhirnya bangun di sore hari dan berkata bahwa dia harus pergi ke Hechuan untuk merekrut siswa.

“Apakah kalian berdua bersama sekarang?” tanya Barista.

“Mn.” Ujung bibir Lin Ze sedikit terangkat saat dia berkata, “Bagaimana kamu tahu?”

Barista meletakkan latte di atas meja dan berkata, “Aku bisa tahu dari melihatmu bahwa kamu sedang menjalin hubungan. Kamu juga tidak mengeluarkan iPad mu atau melihat-lihat Jack’d jadi jika kamu tidak menjalin hubungan lalu apa? Apa kalian sudah tidur bersama?”

Lin Ze memikirkan tentang hubungan mereka. Mereka berdua sudah berciuman tetapi ketika mereka berpisah dan bertemu lagi, mereka merasa sedikit malu karenanya.

Lin Ze dengan enggan meletakkan ponselnya dan berkata, “Baiklah, belum. Faktanya, dia kehilangan ponselnya sehingga tidak bisa masuk ke WeChat.”

Sepanjang malam keesokan harinya, Xie Chenfeng tidak mengirimnya pesan. Lin Ze sedikit gelisah, sampai tengah hari di hari ketiga. Xie Chenfeng terdengar sedikit lelah, “Little One, suamimu tidak tidur nyenyak tadi malam dan ponselnya dicuri.”

Lin Ze menghela nafas lega, berpikir dalam hati bahwa dia baik-baik saja jadi dirinya mulai menggodanya. Xie Chenfeng berkata tanpa daya, “Seperti yang diharapkan, ketika seseorang sukses dalam cinta, dia akan mengalami nasib terburuk dalam segala hal lainnya.”

Lin Ze tahu bahwa Xie Chenfeng memikirkannya karena begitu dia kehilangan ponselnya, dia meneleponnya untuk memberi tahu bahwa dia tidak mengabaikannya. Jika ponsel hilang, maka itu hilang – tidak banyak yang bisa dia lakukan. Akibatnya, ketika Lin Ze membawanya pulang, dia ingin membeli dua nomor telepon baru untuk pasangan dan membeli iPhone baru dengan cicilan – seperti yang dimiliki adik laki-lakinya sehingga dia dapat menggunakannya bersama Xie Chenfeng.

Kali ini, Xie Chenfeng pergi selama tiga hari untuk merekrut pemain baru. Dia memperoleh kartu baru di Hechuan dan telah meminjam ponsel untuk digunakan. Lin Ze baru saja kembali dari boiler room1Pengingat – boiler room alias Starbucks. dan hanya bisa mengiriminya pesan teks setiap hari, mengobrol dengannya untuk melewati hari yang membosankan.

Setelah ciuman malam itu, seolah-olah pintu air emosi di antara mereka telah terbuka, air segera memadamkan tanah kering di dalam hati mereka. Lin Ze tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata mengapa dia sangat mencintainya. Faktanya, dalam setengah bulan terakhir, mereka hanya ingin tetap sebagai teman tetapi perasaan di antara keduanya tiba-tiba muncul begitu saja, membanjiri mereka dengan sinar matahari yang cerah dalam sekejap dan membuat hidup mereka semakin indah.

Kepribadian Xie Chenfeng juga menjadi lebih manusiawi.

Xie Chenfeng: [Apa yang akan kita makan untuk makan siang? Aku merindukanmu.]

Lin Ze: [Aku telah membeli kupon makan. Bernilai satu orang untuk dua kali makan. Bagaimana denganmu?]

Xie Chenfeng: [Nasi tahu. Mulai sekarang, Xie Xie perlu menabung untuk memberi makan istrinya.]

Lin Ze: [Oh? Xie Xie punya istri? Cepat, tunjukkan fotonya!]

Xie Chenfeng: [Nyalakan kamera mu dan tekan tombol rana2Tombol pada kamera yang jika ditekan akan menyebabkan terjadinya pajanan pada film atau sensor digital..]

Ketika Lin Ze menekan tombol rana, Barista membungkuk di belakangnya dan membuat tanda V.

Lin Ze: “….”

Lin Ze meliriknya. Barista itu tertawa riang dan kembali ke konter.

Xie Chenfeng menerima MMS dan melihat pemandangan latar belakang pria tampan di belakang Lin Ze dan bertanya: [Apakah kamu bermain-main lagi?]

Lin Ze: [Pasti! Hidupku sangat sepi!]

Xie Chenfeng: [Cepatlah. Kamu perlu menghapus profil Jack’d mu, jika tidak, dia tidak akan mencintaimu lagi.]

Lin Ze: [Kamu kehilangan ponsel dan tidak dapat menggunakan akun Jack’d3Jika kalian lupa Jack’d adalah aplikasi chat dan dating untuk gay. sehingga kamu juga tidak mengizinkan ku menggunakannya lagi?]

Xie Chenfeng: [Mn. Kamu telah dicium olehku sehingga kamu harus bertanggung jawab. Ketika kamu kembali, aku perlu memeriksamu.]

Lin Ze: [Oh? Bagaimana kamu ingin memeriksaku?]

Xie Chenfeng: [Ketika Xie Xie kembali ke rumah, dia bisa menghabiskan sepanjang malam berhubungan seks dengan Tuan Berbakat.]

Lin Ze: “….”

Lin Ze membuka Jack’d. Barista bertanya, “Apakah itu gong yang punya kulit kecokelatan dan ramping dari yang terakhir kali?”

Lin Ze mengeluarkan suara sebagai pengakuan dan Barista berkata, “Bagaimana kamu akhirnya menyukainya?”

Lin Ze menjawab, “Tidak tahu. Siapa yang tahu? Akulah yang pertama kali menyukainya.”

Barista menunduk untuk melap botol kaca dan bertanya: “Bagaimana dengannya? Bagaimana dia akhirnya menyukaimu?”

Lin Ze berkata, “Karena di antara kerumunan … dia memberiku beberapa lirikan lagi.”

Barista tersenyum dan melanjutkan, “Dan dengan demikian, dia tidak bisa melupakan wajahmu…”

Lin Ze ragu-ragu dengan jawabannya, berulang kali, mengeditnya dari [Mari kita bicarakan ketika kamu kembali] Tapi Tuhan tahu mengapa, dia menghapus teks itu dan mengubahnya menjadi [OK.]

Ini bukan pertama kalinya bagi kedua belah pihak dan jika mereka ingin menganggap serius hubungan itu, mereka akhirnya akan melakukannya…. Ketika Lin Ze memikirkan Xie Chenfeng di atas tempat tidurnya sebagai shou, jakunnya mau tidak mau bergerak. Dia tersenyum jahat pada dirinya sendiri dan berkata, Aku akan menidurimu dengan baik.

Ketika Zheng Jie tiba, Lin Ze membuka pintu kaca untuk keluar makan siang. Zheng Jie berdiri dengan wajah tanpa ekspresi menatapnya di bawah terik matahari, terpanggang.

Lin Ze tertawa dan berkata, “Ayo pergi!”

Zheng Jie berkata, “Kamu tampak sangat bahagia!”

Mulut Lin Ze menegang, menyadari bahwa dia memang terlalu kentara. Saat mereka berdua sedang makan, Lin Ze menerima pesan teks. Itu adalah Li Chiran.

[Ge! Bisakah kamu datang ke pesta ulang tahun si babi kecil malam ini? Datang dan temani aku!]

Babi kecil adalah teman baik Li Chiran. Dia juga 04Pengingat lagi, 0 adalah Shou, 1 adalah Gong.. Lin Ze berpikir sebentar. Dia sudah bersama dengan Xie Chenfeng dan dia tidak ingin bergabung dengan acara perkumpulan gay ini.

Lin Ze: [Tidak, terima kasih, Little One. Aku akan pergi ke hari ulang tahunmu tapi bukan ulang tahun temanmu. Bukankah kamu sedang menjalin hubungan? Jangan pergi ke acara sosial semacam ini – lingkaran ini bisa menjadi sangat berantakan.]

Li Chiran tidak menjawab.

Lin Ze kembali ke boiler room setelah makan siang. Dia tidak melakukan wawancara hari ini tetapi besok sebuah perusahaan surat kabar yang ingin bertemu dengannya. Untung saja wawancaranya besok sore karena dia bisa mengajak Xie Chenfeng makan malam di malam hari.

Barista berkata dari belakang konter, “Lin Ze, pacarmu belum datang? Bisakah kamu membantuku besok malam?”

“Apa?” Lin Ze sedang chat dengan Xie Chenfeng dan dengan bingung mendongak ke atas.

“Bisakah kamu menemani Junjun ke pesta ulang tahun si Babi kecil?” tanya Barista, “Mereka telah mengundangku tapi aku harus bekerja lembur. Junjun dan Li Chiran tidak punya teman untuk diajak pergi.”

Lin Ze tidak punya pilihan selain mengangguk. Dia tidak menyangka Barista sudah bersama siswa bernama Junjun. Pergi ke Karaoke bukanlah masalah besar karena saat Xie Chenfeng pulang kerja, mereka bisa pergi bersama.


Hari Berikutnya – Sore

Xie Chenfeng tidak kembali ke rumah. Di bus dalam perjalanan kembali ke kota, Lin Ze mengirim pesan kepada Xie Chenfeng dan memintanya untuk pergi menemuinya di tempat Karaoke ketika dia tiba. Dia juga mengirim Xie Chenfeng alamat bar Karaoke dan menginstruksikannya untuk langsung pergi ke ruang Karaoke.

Cahaya redup dan ruang Karaoke dipenuhi dengan gay yang tampak cantik. Ketika Lin Ze tiba, banyak dari mereka memandangnya. Mereka semua adalah orang-orang yang dikenal Li Chiran. Lin Ze hanya mengenal beberapa dari mereka. Dia mengangguk pada anak laki-laki yang berulang tahun, itu si Babi Kecil, sebagai salam dan memberinya sekotak kue es krim Haagan-Daz sebagai hadiah ulang tahun.

“Siapa yang menghadiahkan ini?”

Seseorang memegangnya dan membukanya.

“Ran Ran-ge.” Babi Kecil berkata dengan bangga.

Lin Ze berkata, “Selamat Ulang Tahun, Babi kecil. Terima kasih telah merawat adik kecilku.”

Babi Kecil tersenyum saat melihat tamunya. Li Chiran memberi isyarat agar Lin Ze duduk di sudut bersamanya.

Ge!” Li Chiran berkata, “Mengapa kamu begitu terlambat datang ke sini?”

“Aku pergi ke wawancara hari ini.” Lin Ze tersenyum ketika berkata, “Mereka ingin aku mulai bekerja minggu depan, surat kabar harian.”

Beberapa orang di sekitar mereka yang mendengar mulai menggodanya. Lin Ze terkekeh pada mereka dan berkata: “Terserah si Babi Kecil. Sebentar lagi, aku harus….”

Li Chiran bersandar padanya dan berbisik ke telinganya, “Ssst…5[Catatan editor:Untuk memasukkannya ke dalam konteks, LZ membeli es krim tetapi kemudian mengatakan dia telah menemukan pekerjaan. Menggodanya karena dia terlihat sangat menawan dll tetapi sebenarnya miskin. LCR melarang LZ berbicara tentang mencari pekerjaan karena dia mengenalkan LZ kepada teman-temannya sebagai ayah gula tapi dia jauh dari itu lol].”

Lin Ze meliriknya. Li Chiran sedang tidak dalam suasana hati yang baik jadi Lin Ze berkata: “Singkatnya, kalian bisa melakukan apapun yang kalian mau. Terima kasih, aku tidak makan.”

Li Chiran telah memesan koktail dan membawanya ke bibir Lin Ze. Lin Ze menyesap saat dua orang di ruangan juga duduk di sudut, tanpa memilih lagu apa pun untuk dinyanyikan.

Junjun juga datang. Lin Ze menjentikkan jarinya ke arahnya dan berkata: “Suamimu lembur dan tidak bisa datang. Dia mengatakan kepadaku untuk membawamu ke ruangan dan memberimu waktu yang baik.”

Banyak orang tertawa terbahak-bahak. Junjun menjawab, “Aku tahu dia tidak akan datang! Aku akan pergi bersamamu! Aku telah memutuskan untuk putus dengannya!”

Lin Ze tertawa dan berkata, “Aku bercanda! Jangan katakan itu, mau bagaimana lagi!”

Junjun menghela nafas lega dan datang untuk duduk. Lin Ze pergi untuk wawancara di sebuah perusahaan surat kabar. Perusahaan surat kabar itu telah lama mengaguminya dan mengatakan bahwa dia berbakat, jadi dia memintanya untuk mulai bekerja pada senin minggu depan. Mereka juga memberinya satu divisi dan memintanya memimpin kelompok kecil beranggotakan empat orang untuk mengerjakan edisi khusus. Kepercayaan diri Lin Ze, yang baru-baru ini mengalami pukulan, langsung melonjak dan cara dia berbicara serta membawa dirinya menjadi lebih tegas.

Pada saat ini, dia memeluk Li Chiran di sebelah kirinya dan Junjun di sebelah kanannya seolah-olah dia adalah seorang jenderal dalam posisi ofensif.

Ruangan itu penuh dengan orang, tidak kurang dari 10 orang. Lampu meredup dan seseorang bernyanyi. Anak Laki-Laki yang berulangtahun tidak punya waktu luang untuk menjamu mereka sehingga mereka bertiga duduk di samping untuk mengobrol dengan suara rendah.

“Situ Ye tidak menyukaiku.” Junjun berkata, “Lihat, dia bahkan tidak menyebut tentangku padamu.”

Lin Ze berkata, “Apa maksudmu dia tidak menyebut tentangmu? Dia selalu membicarakanmu.”

Junjun berkata, “Hei, jangan bohong padaku! Dia membawaku ke apartemen sewaannya. Benar-benar telanjang! Dia berkata bahwa dia akan bekerja di Chongqing untuk sejenak sebelum mendapatkan cukup uang sehingga dia bisa pergi!”

Lin Ze bahkan tidak tahu nama Barista dan hanya dari Junjun dia mengetahui bahwa dia dipanggil “Situ Ye”. Itu adalah nama keluarga yang sangat bermakna dan nama yang sangat indah. Dia juga tidak tahu latar belakang Situ Ye dan pihak lain tidak pernah menyebutkan di mana dia tinggal atau mengapa dia bekerja di Starbucks.

Tetapi semua ini tidak mempengaruhi persahabatan mereka. Lin Ze tersenyum dan berkata, “Hal semacam ini, kamu harus memiliki pemikiran yang sangat bagus dan berbicara dengannya secara mendetail. Jika kamu bersedia untuk benar-benar bersamanya, aku yakin dia akan tinggal di kota ini untukmu.”

Junjun tidak mengatakan apa-apa. Li Chiran berkata: “Ge, bisakah kamu membelikanku samoyed? Aku ingin memelihara anjing!”

Lin Ze menjawab: “Tentu. Pilih satu minggu depan. Aku akan membelinya untukmu. Apakah kamu sudah menghabiskan biaya hidup mu?” Saat dia mengatakan ini, dia membelai kepala Li Chiran

Li Chiran tidak mengatakan apa-apa dan hanya meringkuk ke Lin Ze, berkata: “Aku baru saja memotong rambutku di lantai bawah.”

Junjun berkata, “Kakakmu memperlakukanmu lebih baik daripada Situ Ye memperlakukanku.”

Li Chiran berkata, “Jangan terlalu memikirkannya. Aku yakin Ye-ge benar-benar bekerja lembur dan bukan karena dia takut memberikan hadiah makanya dia tidak disini.”

Lin Ze tahu bahwa karena Junjun belajar di universitas, dia tidak punya banyak uang untuk bergaul dengan Li Chiran dan yang lainnya. Dia sudah terlalu banyak menghabiskan biaya hidupnya setelah harus membeli pakaian dan makanan. Dia menduga bahwa Situ Ye mungkin juga orang yang miskin dan karena itu, tidak mampu bersosialisasi di antara teman-temannya. Ditambah lagi dia sibuk di kedai kopi.

“Bagaimana aku mengatakan ini?” Lin Ze berpikir sejenak dan berbisik kepadanya, “Junjun, Situ Ye menyukai pria muda yang serius dan rajin belajar. Dan selain itu, kamu berada di tahun ketiga sehingga kamu sesekali dapat bekerja paruh waktu dan kalian berdua dapat bekerja keras bersama. Itu, kupikir, akan menjadi yang terbaik.”

“Mn.” Junjun menjawab dengan linglung, jelas tidak mendengarkan.

Lin Ze juga tidak ingin menceramahinya, terutama karena banyak anak yang lebih muda darinya. Mereka berada di usia ketika mereka mengejar hal-hal seperti materi dan cinta, di mana mereka suka menempel satu sama lain seperti lem. Orang-orang akan menganggapnya menyebalkan jika dia terus berbicara. Lagipula semua orang pada akhirnya akan mengerti.

Setelah beberapa saat, Junjun keluar untuk menelepon. Li Chiran berkata, “Ayo pergi dan duduk di sana.”

Lin Ze membuat suara persetujuan. Li Chiran menarik tangannya dan membawanya ke satu sofa di ruangan sebelah. Dia membiarkan Lin Ze duduk, sebelum masuk bersamanya. Dalam posisi ini, Lin Ze hanya bisa melingkarkan lengannya di pinggang Li Chiran sementara Li Chiran melingkarkan dirinya di sekitar Lin Ze dan mengulurkan tangannya untuk memainkan kancing baju Lin Ze.

Ge! Bisakah kamu membelikanku British Shorthair?” tanya Li Chiran.

“Apa, Little One,?” Lin Ze berbisik, “Apa itu British Shorthair?”

Li Chiran berkata, “Kucing British Shorthair. Aku ingin memelihara kucing!”

Lin Ze berkata, “Tentu. Tapi apakah kamu tidak ingin memelihara samoyed? Apakah kamu tidak khawatir kucing dan anjing jika tinggal bersama akan berkelahi?”

Dua shou yang duduk di sofa lain yang berseberangan dengan sofa mereka, menatap Li Chiran dengan sedikit iri.

Li Chiran menawarkan koktailnya sendiri kepada Lin Ze lagi untuk diminum. Lin Ze memperhatikan bahwa dia sedikit tidak biasa tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Little One.” Lin Ze berbisik ke telinga Li Chiran, “Kenapa kamu bertingkah seperti anak manja? Apakah suasana hatimu sedang buruk?”

Mata Li Chiran memerah dan melirik Lin Ze. Jika ini adalah masa lalu, Lin Ze akan merasa tersentuh. Li Chiran selalu sangat pengertian dan berkepala dingin, jika tidak, Lin Ze tidak akan memanjakannya. Dia sangat menyukai Li Chiran tetapi jenis pemujaan ini tidak ada hubungannya dengan romansa dan cinta.

“Kamu akan lulus dan bekerja. Jangan menangis dengan terlalu cepat6at the drop of a hat adalah idiom inggris yang berarti cepat/ langsung tanpa penundaan.. Lin Ze berbisik sangat pelan ke telinganya. Dari sudut pandang orang luar, mereka tampak seperti pasangan, saling berbisik dan menggoda dalam cahaya redup.

Lin Ze bertanya, “Di mana suamimu?”

Li Chiran, “Tidak lagi. Kami putus.”

Lin Ze mengusap kepala Li Chiran lagi, seperti mengusap kucing yang patah hati dan merapikan bulunya. Lin Ze tahu bahwa dalam situasi seperti ini, dia seharusnya tidak bertanya tentang apapun juga tidak boleh mengucapkan kata-kata yang menghibur. Dia hanya perlu memeluk Li Chiran dan terus mengusap rambutnya.

Setelah beberapa saat, seseorang menyerahkan mic kepada Lin Ze tetapi Lin Ze melambaikan tangannya, menandakan bahwa dia tidak ingin bernyanyi. Li Chiran pergi untuk memilih lagu ketika pintu ruangan terbuka.

Pasangan lain masuk. Salah satunya adalah seorang shou yang merupakan teman baik Li Chiran. Lin Ze pernah melihatnya sebelumnya. Dia adalah orang yang bersama Li Chiran tempo hari di Starbucks.

Shou itu bergandengan tangan dengan seorang pria jangkung dan langsing. Keduanya berpakaian modis.

“Temanmu ada di sini.” Lin Ze memeluk Li Chiran dan berkata, “Mengapa kamu tidak pergi dan menyapa mereka?”

Li Chiran menatap shou itu seperti istri yang kesal. Kekasih pihak lain sedikit tidak wajar, menghindari tatapan Li Chiran, dia pergi untuk berbicara dengan si Babi Kecil dan mengucapkan selamat ulang tahun padanya.

Li Chiran menggerakkan bibirnya ke telinga Lin Ze, bernapas di lehernya. Dia berbisik, “Ge, bisakah kamu mengambil inisiatif untuk memelukku?”

Lin Ze sepenuhnya mengerti.

Dia melipat tangannya dan memeluk Li Chirani. Kulit Li Chiran sangat kenyal dan kondisinya lebih baik daripada banyak wanita muda. Dia juga berbau harum dalam pelukannya dan terasa lembut.

“Bisakah kamu memberiku ciuman di bibir?” Li Chiran berbisik, hidungnya menekan pangkal hidung Lin Ze, sambil menggerakkan tangannya ke baju Lin Ze dan membelai dadanya.

Dengan merangsang Lin Ze seperti ini, kemaluannya mengeras. Li Chiran sering menganiayanya seperti ini dan Lin Ze selalu membiarkannya tetapi kali ini, Li Chiran jelas berpura-pura.

Lin Ze berkata di samping telinga Li Chiran, “Little One. Aku sedang menjalin hubungan. Aku tidak bisa menciummu. Tapi aku bisa mencium pipimu?”

Dia tidak menunggu Li Chiran menjawab dan mencium pipinya.

Pasangan itu pergi setelah memberi Babi kecil hadiah ulang tahunnya.

“Bajingan itu!” Junjun berkata sambil duduk di sofa lain, “Dia tidak tahu kamu akan ada di sini, Ran Ran. Lihat, dia langsung lari!”

Babi kecil datang dan berkata, “Kamu telah membalas dendam, Ran Ran.”

Li Chiran tidak mengatakan apa-apa dan hanya melingkarkan lengannya di leher Lin Ze dan membenamkan wajahnya ke bahunya. Lin Ze kurang lebih menebak apa yang terjadi. Dia mengulurkan tangannya dan membelai punggung Li Chiran untuk membuatnya merasa lebih baik dan juga bertanya: “Apakah itu suami gong Ran Ran?”

Junjun mengangguk. Babi Kecil berkata, “Ge-mu jauh lebih tampan daripada Huang Xiaochuan. Dia tidak berada di level yang sama!”

Junjun dan Babi Kecil mengusap kepala Li Chiran. Lin Ze merasakan kelembapan di lehernya, pasti berasal dari air mata Li Chiran.

Ge, dengan siapa kamu menjalin hubungan?” Li Chiran bertanya dengan suara kecil.

“Aku akan mengajakmu menemuinya lain kali.” Lin Ze mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada Xie Chenfeng, memberitahunya bahwa dia bertindak sebagai pasangan dengan Li Chiran dan ketika dia sampai di sana, melarangnya untuk masuk dan menunggunya di luar. Li Chiran memperhatikan Lin Ze mengetik pesannya di ponselnya tetapi tidak mengucapkan sepatah kata pun. Lin Ze berbisik sebagai balasan, “Seorang pemain sepak bola.”

Li Chiran berkata: “A0?”

Lin Ze menjawab: “A1. Aku sebenarnya tidak tahu.”

Li Chiran tertawa sampai meneteskan air mata, “Kalian berdua benar-benar membuang-buang sumber daya, Ge! Apa yang harus kita lakukan?!”

“Ha ha!” Lin Ze tertawa tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

“Aku akan mengajakmu membeli kucing shorthairmu pada hari Sabtu. Kucing kuping yang terlipat juga tidak masalah.” kata Lin Ze: “Gege telah menemukan pekerjaan baru. Aku akan mampu membeli apapun terlepas dari berapapun biayanya!”7Lin Ze tolong angkat aku juga jadi adik mu lol

Li Chiran mengeluarkan suara sebagai persetujuan dan berkata, “Mari kita tidak membelinya. Tunda pembelian kucing untuk saat ini.”

“Beli saja.” kata Lin Ze: “Pelihara kucing untuk menemanimu.”

Banyak orang melihat Lin Ze. Sebagian besar dari mereka yang berada di ruangan adalah pelajar, mahasiswa tetapi beberapa juga dari sekolah menengah atas. Hanya Lin Ze dan sejumlah kecil 0 yang merupakan pekerja. Dari sudut pandang banyak orang, statusnya adalah salah satu dari “seorang pria yang berada di dunia luar, bekerja.”, yang agak misterius. Temperamen Lin Ze juga bagus dan dengan bersama Li Chiran, dia menjadi pria yang sangat menarik.

Li Chiran berkata, “Ayo pergi, Ge. Bajingan itu pernah berkata bahwa dia sangat menyukaimu. Aku tahu dia bajingan jadi aku tidak memperkenalkanmu kepadanya. Setelah itu, dia melihat bahwa aku sedang bersama dengan Huang Xioachuan dan datang untuk merayu priaku!”

Lin Ze akhirnya mengerti dan dengan nyaman berkata: “Keduanya tidak baik. Teruslah mencari.”

Li Chiran bangkit dan ingin melepaskan tangan Lin Ze tetapi Lin Ze dengan benar memegang tangannya dan melingkarkan lengannya di pinggangnya sambil berkata kepada si Babi Kecil: “Kami pergi dulu. Aku akan mengajak Ran Ran jalan-jalan.”

“Sampai jumpa.”

Beberapa gay muda melambaikan tangan ke Lin Ze.

Lin Ze mengucapkan selamat ulang tahun kepada Babi Kecil lagi, masih memegang tangan Li Chiran sepanjang waktu. Mereka menuruni eskalator ketika Lin Ze bertanya, “Kamu ingin pergi ke mana? Mau camilan larut malam? Xie Chenfeng akan datang, aku akan memperkenalkanmu padanya.”

Li Chiran bertanya, “Aku akan menemui istri gege di lain hari. Aku ingin pulang ke rumah.”

Lin Ze mengelus kepala Li Chiran dan berkata, “Tidak apa-apa.”

Di sisi jalan yang kosong, Li Chiran memeluk Lin Ze dan bersandar di bahunya, dan menangis tersedu-sedu.

Dia terisak lama sekali sebelum Lin Ze berkata, “Itu bagus untuk mengeluarkan semuanya dalam tangisan. Ini akan kembali seperti biasa besok.”

Li Chiran mengangguk sambil menyeka air matanya. Lin Ze memanggil taksi dan berkata: “Kirimi aku pesan ketika kamu tiba di rumah.”

Li Chiran mengangguk. Lin Ze menginstruksikannya lagi: “Ketika kamu kembali, mandi dan tidurlah yang nyenyak. Jangan terlalu banyak berpikir.”

Li Chiran pergi dan Lin Ze menghela nafas lega. Di tangannya ada boneka yang diberikan Li Chiran kepadanya yang dia putar bolak balik, melihatnya berulang kali.

Saat itu sudah jam 11:00 malam. Cuaca panas dan lembab. Ke mana dia harus pergi untuk menunggu Xie Chenfeng? Lin Ze mengeluarkan ponselnya dan sedang mengirim pesan teks ke Xie Chenfeng ketika dia menabrak seseorang.

Xie Chenfeng mengenakan kemeja kasual yang sangat pas hari ini dan jeans cropped yang dibelikan Lin Ze untuknya yang melengkapi kakinya yang panjang dan ramping. Dia juga membawa tas olahraga.

“Kenapa kamu tidak meneleponku?” Lin Ze tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis.

“Aku baru saja turun dari bus.” Xie Chenfeng berkata, “Aku akan membeli seikat bunga dan pergi ke tempat Karaoke untuk melamarmu di depan semua orang.”

Lin Ze pikir itu lucu sekaligus menakutkan, tetapi dia sedikit terharu. Dia berkata, “Jangan beri aku bunga. Aku bukan wanita. Habiskan uangmu untuk membeli lube8Pelumas buat yaaaa itu pasti kalian tahu. saja.”

Wajah Xie Chenfeng langsung memerah saat dia berkata, “Bagaimana kalau kita pergi dan mencari kamar malam ini?”

Lin Ze berkata, “Apakah kamu tidak lelah? Jika kamu lelah, datanglah ke rumahku untuk tidur. Kita bisa bicara saja.”

Lin Ze tidak melihat Xie Chenfeng selama tiga hari dan merasa berat badannya turun serta tampak seperti dia tidak dapat tidur nyenyak.

“Kenapa kamu tidak tinggal dan bernyanyi?” tanya Xie Chenfeng.

“Adikku ingin pulang jadi aku pergi bersamanya.” kata Lin Ze, “Aku akan mencari tempat untuk duduk dan menunggumu. Apakah kamu tidak tidur nyenyak? Kamu terlihat lelah.”

Xie Chenfeng berkata, “Aku merindukanmu. Aku merindukanmu setiap hari dan saat aku berbaring….saat aku berbaring, aku merindukanmu.”

Keduanya berdiri di bawah lampu jalan. Lin Ze merasakan emosi yang melonjak di dalam hatinya, yang mengancam akan menembus kewarasannya dan mengeluarkannya.

Tidak ada orang di sekitar. Xie Chenfeng bertanya, “Bagaimana denganmu? Apakah kamu merindukanku? Apakah kamu mencintaiku?”

Lin Ze mendekatinya. Xie Chenfeng menundukkan kepalanya. Keduanya berpisah begitu mereka menyentuh bibir mereka dalam pengertian diam-diam. Xie Chenfeng secara tidak wajar menyesuaikan ikat pinggang celana pendek dan selangkangannya. Dia jelas keras.

Lin Ze berkata, “Kemana kita harus pergi….”

Xie Chenfeng berjalan beberapa langkah sebelum berbalik lagi dan menekan Lin Ze ke tiang lampu, menciumnya dengan ganas. Keduanya saling berpelukan dan berciuman di bawah cahaya hangat lampu jalan.

Dari sudut matanya, Lin Ze melihat seseorang di kejauhan, yang telah melihat dua pria berciuman sehingga dia tidak menuju kesana. Lin Ze dengan cepat menepuk kepala Xie Chenfeng dan mendorongnya sedikit, berkata, “Ada seseorang!”

Wajah Xie Chenfeng benar-benar memerah. Keduanya tidak berani melihat ke belakang saat Xie Chenfeng memimpin Lin Ze di sudut komunitas kecil dan berkata, “Aku merindukanmu sampai pada titik di mana aku tidak tahan lagi.”

Lin Ze mengambil kesempatan untuk memasukkan boneka itu ke belakang kerah Xie Chenfeng dan berkata, “Ayo pergi ke rumahku.”

Xie Chenfeng berkata, “Tidak, aku tidak ingin merepotkanmu. Sahabatmu pasti ada di rumah. Mari kita bicarakan itu lain kali.”

Lin Ze berkata: “Oke. Ayo pergi dan beli beberapa barang. Aku tidak punya… itu. kamu tahu apa yang kumaksud, bukan?”

Mereka mengambil jalan lain untuk sampai ke Department Store Timur Jauh dan pergi ke Apotek Watsons untuk membeli lube. Xie Chenfeng memiliki boneka Pikachu yang dijejalkan di belakang lehernya. Dia melihat ke bawah dan dengan sangat serius, melihat melalui lube. Lin Ze berdiri di sampingnya dan menyadari bahwa banyak orang menatap mereka, lalu berkata, “Cepat! ambil apa saja! Aku tidak suka yang ada benjolan tapi yang bergerigi tidak masalah….”

Dua pria keluar membeli kondom dan lube, tidak ada yang perlu bertanya untuk mengetahui apa yang akan mereka lakukan. Mereka sudah dikelilingi oleh cukup banyak orang sehingga Lin Ze dengan cepat menggesek kartunya untuk menyelesaikan tagihan, tetapi dia masih bisa merasakan tatapan tajam dan gosip dari semua orang saat dia keluar dari Watsons.

Berbelok dari Jalan Bei Cheng Tian, ​​​​mereka berjalan ke jalan panjang yang kosong. Lin Ze berpegangan tangan dengan Xie Chenfeng dan berjalan menyusuri jalan yang panjang dengan perlahan.

“Apa kamu lapar?” tanya Lin Ze, “Apa yang kamu makan untuk makan malam?”

“Aku tidak lapar.” kata Xie Chenfeng, “Roti dan susu. Apa kamu mau makan lagi?”

Lin Ze melambaikan tangannya dengan acuh dan berkata, “Aku ada wawancara. Mereka ingin aku mulai bekerja Senin depan.”

Xie Chenfeng tersenyum dan berkata, “Itu luar biasa! Aku tahu kamu bisa melakukannya!”

Lin Ze berkata, “Dimana apartemen sewaanmu? Pindah ke kamarku besok.”

Xie Chenfeng berkata, “Tinggal di rumahmu tidak nyaman untuk bekerja. Bagaimana kalau kamu datang dan tinggal di tempatku? Di manakah lokasi pekerjaan barumu? Bagaimana kalau kita menyewa tempat baru bersama – satu kamar tidur, satu ruang tamu – tempat semacam itu.”

Lin Ze berpikir sebentar. Jika dia akan pindah, dia mungkin perlu kembali dan membicarakan hal ini dengan Zheng Jie. Dia berkata, “Aku perlu bertanya pada Zheng Jie. Bagaimana kalau kita tidak tinggal di sini lagi? Pergi ke Nanping dan menyewa dua tempat tidur, satu ruang tamu? Ini akan lebih dekat untukmu dan Zheng Jie untuk pergi bekerja.”

“Tentu.” Boneka Xie Chenfeng yang ada di kerahnya sudah meluncur ke bawah dan tergencet di bajunya. Dia seperti anak besar saat dia tertawa dan berkata: “Temanmu adalah temanku. Aku di sini sendirian. Aku bahkan tidak punya banyak teman. Seperti apa gaya hidupnya?”

Lin Ze menjawab, “Dia lebih menyukai kebersihan daripada aku. Dia tidak pulang kerja sampai malam jadi tidak akan mengganggumu.”

Xie Chenfeng membuat suara persetujuan. Lin Ze berdiri di belakangnya dan mengeluarkan bajunya dari ikat pinggang celananya untuk mengeluarkan boneka yang jatuh di punggungnya. Ketika dia menyentuh kulitnya yang panas, dia tidak bisa menahan diri untuk memeluk pinggangnya dengan erat dari belakangnya.

Napas Xie Chenfeng terengah-engah saat dia berkata, “Aku keras lagi. Ayo pergi. Di mana kita dapat menemukan hotel?”

Lin Ze dan Xie Chenfeng berpegangan tangan saat mereka mulai berlari untuk itu. Xie Chenfeng terengah-engah dan memberi isyarat padanya untuk menunggunya di luar sementara dia masuk untuk memesan kamar. Sebenarnya, mereka bisa masuk dan memesan kamar bersama, tetapi Xie Chenfeng ingin memesan kamar dengan tempat tidur besar.

Lin Ze menunggu beberapa saat ketika dia menerima pesan dari Xie Chenfeng:

[2207]

Lin Ze naik dengan acuh tak acuh dan membunyikan bel pintu. Xie Chenfeng menariknya ke dalam ruangan dan membanting pintu hingga tertutup.

Keduanya tanpa ampun saling berpelukan. Punggung Lin Ze menempel di pintu saat dia dengan sembarangan mencium Xie Chenfeng. Xie Chenfeng menciumnya selama tiga menit penuh sebelum mendorong Lin Ze ke ranjang besar. Saat Lin Ze menabrak tempat tidur, dia mengerang puas.

Xie Chenfeng tidak mencium dan hanya merangkak di atasnya. Mereka berdua saling memandang diam-diam. Dia dengan sangat hati-hati mencium pipi Lin Ze dan kemudian dengan lembut mencium bibirnya.

“Saat aku pertama kali melihatmu.” Xie Chenfeng menatap mata Lin Ze dan berbisik, “Aku jatuh cinta padamu.”

Lin Ze berkata, “Aku juga. Ketika aku pertama kali melihatmu, aku merasa bahwa aku mencintaimu.”

Xie Chenfeng membuka baju Lin Ze dan berkata: “Lepaskan. Kamu duluan.”

Lin Ze kehilangan akal sehatnya dan berkata sambil terkekeh, “Ran Ran berkata bahwa kita membuang-buang sumber daya dengan memiliki dua angka 1 bersama-sama.”

Xie Chenfeng tidak bisa menahan tawa. Lin Ze berkata, “Apakah kamu pernah menjadi 0? Katakan padaku yang sebenarnya.”

“Aku pernah.” jawab Xie Chenfeng: “Ketika aku putus dengan pacarku sebelumnya. Aku mengalami masa di mana aku merasa depresi.”

Lin Ze berkata, “Tidak masalah. Aku juga pernah menjadi salah satunya. Kita setara.”

Xie Chenfeng tertawa parau. Lin Ze memegangnya dan membalikkannya, keduanya bertukar posisi. Dia mengangkangi pinggangnya saat dia membuka kancing bajunya. Xie Chenfeng sangat kurus. Meskipun dia memiliki otot dada dan perut, Lin Ze bisa merasakan tulang rusuknya saat dia mengulurkan tangan dan merasakannya. Xie Chenfeng merasa geli sehingga menghalangi tangannya.

“Kamu adalah orang yang paling aku cintai.” Kata Xie Chenfeng. Dia mengulurkan tangan untuk melepas ikat pinggang Lin Ze dan melanjutkan, “Bertemu denganmu tampak seperti surga memperlakukanku dengan baik.”

Lin Ze tersenyum. Saat dia tersenyum, lesung pipitnya memesona. Dia berkata, “Aku juga sangat mencintaimu. Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya, sungguh.”

Sekelompok kepiting sungai terbang melaju kencang….9Itu adalah kereta berkecepatan tinggi kalian! Lol Mari kita jelaskan: 一群河蟹飛速掠過…… .河蟹 (kepiting sungai) memiliki bunyi yang sama dengan 和諧 yang berarti “harmonis/bersatu”. Kepiting juga berjalan menyamping yang merupakan bagian dari frase 横行霸道 yang secara bersama-sama berarti “merayap, mendominasi dan kasar”. Jadi, kalimat lengkap di sini berarti keharmonisan yang merajalela, mendominasi dan kasar, alias ppp intens! Lol itu salah satu cara untuk melewati sensor!

Lin Ze menciumnya habis-habisan. Xie Chenfeng telah menidurinya selama hampir satu jam, kekuatan fisiknya agak terlalu tak tertahankan. Ketika dia menarik keluar, dia melemparkan kondom ke bawah tempat tidur dan menarik Lin Ze ke pelukannya, memeluknya dengan erat.

“Apakah kamu ingin mandi?” Xie Chenfeng mencium dahi Lin Ze sambil berbisik.

Lin Ze benar-benar kelelahan dan berkata: “Besok.”

Xie Chenfeng membuat suara persetujuan. Lin Ze merasa bahwa suara Xie Chenfeng sedikit serak.

“Apakah kamu sakit?” tanya Lin Ze.

“Tenggorokanku sakit.” kata Xie Chenfeng, “Kemarin di hotel di Hechuan, ACnya disetel terlalu rendah.”

Lin Ze berkata, “Kamu harus menaikkan suhu AC.”

Xie Chenfeng mulai merasa sangat lelah saat dia membuat suara persetujuan. Lin Ze mengulurkan tangannya dari bawah selimut, mengubah suhu AC menjadi 25 derajat dan mematikan lampu.

Napas yang dihembuskan oleh Xie Chenfeng sangat panas. Keduanya tertidur sebentar sambil berpelukan. Lin Ze mendengar batuk dan tahu bahwa Xie Chenfeng masuk angin.

Dia merasakan dahi Xie Chenfeng dan berpikir bahwa ini tidak baik. Dia bangun dan berganti pakaian untuk turun ke bawah untuk membeli obat. Pada pukul 2:00 pagi, jalanan benar-benar kosong. Lin Ze mencapai loket apotek 24 jam dan membeli beberapa obat flu. Ketika dia kembali ke hotel, dia melihat Xie Chenfeng dengan bingung duduk di tempat tidur.

Mata Xie Chenfeng merah saat dia menatap Lin Ze.

Lin Ze berkata, “Minum obat. Ada apa?”

Xie Chenfeng berkata, “Ketika aku bangun tadi, aku menemukan kamu tidak ada di sini. Itu benar-benar membuatku takut. Berpikir bahwa malam kita bersama hanyalah mimpi.”

Lin Ze tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis saat dia berkata, “Kamu juga membuatku takut. Sepertinya kamu sedang berjalan dalam tidur. “

Lin Ze pergi untuk merebus air. Kepalanya dipenuhi dengan gambaran ekspresi Xie Chenfeng saat dia menatapnya. Dia adalah yang paling tidak berdaya di bawah ekspresinya itu. Itu tampak seperti anak yang kesepian dengan sedikit rasa bersalah dan harapan.

“Minum obatmu.” Lin Ze memberinya air dan Xie Chenfeng meminum obatnya. Dia mengulurkan tangannya, memberi isyarat untuk memeluknya.

Lin Ze pergi ke tempat tidur. Dia tersenyum saat melepas kemeja dan ikat pinggangnya, melepas semuanya lagi dan meringkuk ke dalam selimut. Xie Chenfeng berkata, “Kamu benar-benar tahu bagaimana menjaga seseorang. Kamu istri yang baik.”

Lin Ze dengan puas berkata, “Aku belum tentu istri yang baik tapi aku pasti akan menjagamu dengan baik.”

Xie Chenfeng mematikan lampu dan keduanya saling berpelukan dalam diam.

“Apa alasanmu untuk putus?” Xie Chenfeng bertanya dalam kegelapan.

Lin Ze berkata, “Pertama-tama aku akan meminta kejelasan jika tidak, kamu berisiko membakar semua jembatan.”

Xie Chenfeng tersenyum dan berkata, “Benar.”

Lin Ze, “Selingkuh. Selama kamu tidak selingkuh, tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Jangan pergi ke 419, sekali pun tidak. Bagaimana denganmu?”

Xie Chenfeng berkata, “Aku tidak memiliki alasan apa pun. Asalkan kamu selalu mencintaiku.”

Lin Ze: “….”

Xie Chenfeng berkata sambil tersenyum: “Tidak mungkin. Dari hatimu hingga seluruh dirimu adalah milikku.”

Lin Ze tidak tahu harus berkata apa jadi hanya berkata: “Ayo tidur, ayo tidur. Jangan memikirkan banyak hal.”

Dia bersandar di bahu Xie Chenfeng, merasa bahwa dia benar-benar bisa menjadi 0.

Pada kenyataannya, dia harus mengakui bahwa dia mengerti mengapa Xie Chenfeng berhati-hati – ini bukan pertama kalinya mereka berdua menjalin hubungan jadi mengerti apa yang dipikirkan Xie Chenfeng.

Setelah api dalam gairah mereda, itu akan berubah menjadi pertengkaran sengit. Setelah periode panjang akhirnya berlalu, penyakit tujuh tahun10Kecenderungan perselingkuhan setelah tujuh tahun menikah. akan tiba. Hanya dengan mengatasi kemunduran ini, seseorang dapat memelihara kasih sayang sejati itu dan menjalani hari-hari bersama dengan damai.

Tetapi dari sudut pandang Xie Chenfeng, dia sama sekali tidak buruk. Perasaannya juga tulus. Dengan demikian, Lin Ze merasa bahwa bersama-sama, mereka dapat menghadapi kesulitan apa pun. Keduanya bukanlah anak-anak bodoh yang naif dan dengan demikian, ini adalah faktor penentu yang mendorongnya dan Xie Chenfeng untuk bersama.

Cinta hanya membutuhkan emosi tetapi jatuh cinta membutuhkan alasan.

Lin Ze tertidur tetapi dia bisa merasakan Xie Chenfeng menciumnya sehingga secara refleks memeluk Xie Chenfeng saat dia balas menciumnya.


Keesokan harinya.

Saat Lin Ze bangun, langit di luar benar-benar gelap dan bantal di sebelahnya kosong. Dia terkejut dan bangun tetapi tidak bisa melihat Xie Chenfeng.

Di luar jendela suram, gelap dan hujan. Saat itu jam 12 siang.

Di atas meja kopi ada sarapan dan di bawahnya ada catatan dari Xie Chenfeng: [Aku harus pergi untuk menyerahkan kembali formulir penerimaan. Aku pergi dulu. Ingatlah untuk makan.]

Lin Ze menghela nafas lega dan meringkuk kembali di bawah selimut saat dia mengirimi Xie Chenfeng pesan teks. Tak ada jawaban.

Jalan di luar sepi dan suram. Semua mobil menyalakan lampu depan. Seluruh Kota Pegunungan tampaknya dikurung dalam malam yang tidak pernah berakhir.

Di tengah gerimis, Xie Chenfeng berdiri di luar stadion. Kedua matanya merah. Dia tidak bisa menahan diri tersedak air matanya saat dia menatap menembus hujan dan masuk ke stadion. Jari-jarinya berulang kali mencubit di antara alisnya. Jari-jari dari kedua tangannya kemudian menggenggam pagar kawat logam stadion saat dia terisak seperti binatang buas di ambang keputusasaan.

Ponselnya berdering tanpa henti. Xie Chenfeng menelan air matanya dan mengeluarkan ponsel untuk melihatnya.

Tetesan air jatuh ke layar ponselnya, tidak jelas apakah itu dari hujan atau air matanya. Di layar muncul nama penelepon: Ah-Ze.

“Apakah kamu sudah bangun?” Xie Chenfeng menggunakan seluruh kekuatannya untuk menjaga nada suaranya tetap stabil dan tersenyum enggan.

Lin Ze: “Apakah flumu sudah lebih baik? Kamu tidak membawa payung. Kapan kamu pergi?”

Xie Chenfeng: “Tidak apa-apa. Aku sudah sampai di sekolah.”

Lin Ze: “Kamu mengatakan itu bukan apa-apa tapi suaramu serak.”

Xie Chenfeng: “Benar, aku baru saja berbicara di telepon terlalu lama. Itu karena aku berada di ruang pertemuan.”

Lin Ze: “Kalau begitu pergilah ke pertemuanmu. Kirim alamatnya ke ponselku. Apakah kamu punya nasi di rumah? Aku akan memasakkanmu bubur di sore hari.”

Xie Chenfeng: “Tempatku benar-benar berantakan. Aku belum merapikannya. Aku akan pindah ke kamarmu malam ini.”

Lin Ze: “Itu bagus! Nanti, haruskah aku pergi dan menjemputmu?”

Xie Chenfeng: “Tunggu dulu. Aku akan membicarakannya denganmu setelah aku menyelesaikan pertemuan.”

Lin Ze: “Oke, aku mencintaimu.”

Xie Chenfeng: “Aku juga.”

Lin Ze menutup telepon dan Xie Chenfeng mematikan teleponnya. Dia tidak bisa mengendalikan isak tangis saat dia terhuyung-huyung di tengah hujan. Dia menangis sambil berlari, menyeka matanya dengan punggung tangannya. Dia dengan lelah bersandar pada tiang lampu dan mengangkat kepalanya untuk melihat hamparan gelap langit saat dia melepaskan ratapan yang menyayat hati.


KONTRIBUTOR

Vins
Keiyuki17

tunamayoo

Rusma

Meowzai

This Post Has One Comment

  1. Justyuuta

    Salah sendiri gk kenalan dengan benar kan jadi gk tau namanya Situ Ye padahl udah sering ngobrol hehehe.
    Linze mau daftar jadi adeknya juga dong..

Leave a Reply