Penerjemah: San
Proofreader: Keiyuki, Rusma


Seolah dalam sekejap mata, Su Feng Express beralih dari perusahaan tak dikenal menjadi layanan yang digunakan oleh semua orang, menyingkirkan banyak perusahaan ekspedisi sejenis. Efisiensinya begitu tinggi hingga pengiriman dalam kota bisa tiba di hari yang sama.

Sementara itu, belanja secara daring bukan lagi hal baru. Bahkan, orang-orang mulai membeli ceri dan durian impor secara kolektif, dan harganya justru lebih murah serta kualitasnya lebih baik dibandingkan di pasar tradisional.

Bagi yang tidak paham, ini hanyalah tren baru yang menarik. Tapi bagi mereka yang paham, banyak yang ikut-ikutan membeli saham atau bahkan berencana mendirikan perusahaan serupa demi mendapatkan keuntungan dari peluang ini.

“Biasanya ekspedisi butuh tiga sampai empat hari, tapi Su Feng ini gila! Kenapa bisa cuma dalam dua hari? Apa mereka tidak butuh waktu untuk menyortir paket?”

“Kalian tidak sadar? Su Feng ini banting harga habis-habisan. Pasti kantor pusat menghabiskan biaya besar-besaran untuk merebut pasar di Distrik Yuhan!”

“Sst, aku punya info orang dalam. Mereka membayar mahal untuk menyewa penasihat. Katanya ada seseorang bermarga Jiang yang jenius…”

Jiang Wang sendiri dengan santai menerima tanggung jawab atas hal ini.

Sebenarnya, dia tidak terlalu paham soal logistik, tapi dia cepat belajar dan pintar beradaptasi. Setelah meneliti dokumen internal Su Feng selama beberapa minggu, masalah pertama yang ia temukan adalah sistem pembagian upah berbasis kinerja masih kurang optimal.

Begitu kontrak kerja direvisi dan sistem QR code diperkenalkan, segala urusan kepegawaian jadi lebih lancar, dan performa perusahaan pun melonjak drastis.

Bisnis kadang seperti mengolah adonan raksasa—kurang tepung tambahkan air, kurang air tambahkan tepung, selalu ada cara untuk menyesuaikan. Meskipun kontraknya tidak mengharuskannya datang ke kantor setiap hari, Jiang Wang hampir tidak pernah absen dalam rapat penting. Dari orang luar, dia berubah menjadi penasihat profesional, memberikan ide-ide yang selalu sukses memukau semua orang.

Begitu bulan Mei tiba, hasil akhir kompetisi bahasa Inggris nasional diumumkan. Tiga murid yang dibimbing Ji Linqiu semuanya menang.

Meskipun hanya satu yang bisa langsung menandatangani kontrak dengan universitas ternama, kemenangan ini ditambah dengan medali emas dari kompetisi matematika sebelumnya membuat piala di lemari pajangan semakin berkilau. Para orang tua yang melihatnya pun hanya bisa berdecak kagum.

Setiap kali melewati lemari pajangan itu saat bekerja, Fu Er selalu berhenti sebentar untuk melihat. Sampai akhirnya, ia mendapat ide dan langsung berlari menemui Jiang Wang.

“Bos! Apakah piala yang dulu aku menangkan saat jadi guru bisa ikut dipajang?”

Jiang Wang berpikir sejenak dan merasa tidak ada masalah. Bukankah ini menunjukkan kalau perusahaan punya tenaga pengajar berkualitas? Lagi pula, lemari pajangan memang masih agak kosong. “Boleh, bawa saja besok.”

Keesokan harinya, Fu Er datang dengan sebuah koper besar berisi piala.

Enam puluh persen di antaranya adalah penghargaan pribadinya, sementara sisanya berasal dari murid-muridnya—mulai dari SMP, SMA, hingga anak SD yang mengikuti lomba fisika.

Jiang Wang, yang sedang menata piala di lemari pajangan, melihatnya mulai menyusun piala seperti bermain Tetris dan buru-buru menghentikannya. “Tunggu… terlalu banyak.”

Fu Er, yang cukup tahu diri, bertanya, “Oke, berapa yang boleh dipajang?”

“Empat. Maksimal empat,” jawab Jiang Wang tegas. “Kalau kebanyakan, orang tua murid akan curiga kita ini bisnis MLM.”

Fu Er menurut, lalu menurunkan beberapa piala kristal kecil dan menggantinya dengan satu piala emas besar yang ukurannya hampir sepanjang lengannya.

Jiang Wang membantu meletakkannya di bagian atas sambil membaca tulisannya. “Juara pertama Kompetisi Fisika Mavis… Mavis ini ilmuwan?”

Fu Er menggeleng. “Bukan. Mavis itu anjing Chihuahua yang aku pelihara selama dua belas tahun.”

Jiang Wang menoleh dengan ekspresi aneh, sementara Fu Er tetap tenang. “Waktu itu tepat ada pemilihan nama untuk kompetisi, aku dan murid-murid ikut voting.”

Baiklah. Benar-benar luar biasa.

Setelah urusan perusahaan beres, Jiang Wang pergi ke Beijing sendirian.

Di sana, Fang Quanyou sudah menunggu di sebuah kompleks apartemen baru di Zhongguancun, dengan serangkaian kunci di tangannya.

Beijing terus berkembang pesat—bahkan hanya dalam setengah tahun, kota ini sudah sangat berbeda.

“Sekarang, banyak pabrik di area ring empat dan lima mulai dipindahkan lebih jauh. Kalau kamu mau berinvestasi, masih ada beberapa properti murah yang berpotensial untuk naik harga.”

Jiang Wang mengambil spidol dan menyuruhmya membuka peta kota Beijing yang dibawanya.

Sekolah-sekolah top sudah dilingkari dengan pena merah, dan harga properti di sekitar sana dalam setahun terakhir naik dua hingga tiga ribu yuan per meter persegi—kenaikan yang mencengangkan.

Tanpa ragu, Jiang Wang menandai beberapa titik di distrik Chaoyang dan memperluas lingkarannya hingga ke Haidian dan Xicheng. Kemudian, dia berkata santai, “Nantinya Xuanwu dan Xicheng akan digabung, jadi properti di sini dan sini harus dibeli juga.”

Begitu kata-katanya keluar, ia sadar mungkin sudah bicara terlalu banyak. Ketika ia menoleh, Fang Quanyou menatapnya dengan wajah tercengang.

“Xuanwu… akan hilang?” Fang Quanyou bahkan terpana. “Mana mungkin? Itu distrik besar, bagaimana caranya distrik itu digabungkan dengan Xicheng?”

Jiang Wang menampilkan ekspresi misterius. “Info orang dalam. Tapi belum tentu benar. Jangan disebarkan.”

“Oke, pasti!”

Membeli properti adalah investasi yang tak ada habisnya.

Namun, membeli secara berlebihan justru bisa memperburuk lonjakan harga rumah dan berdampak buruk pada ekonomi secara keseluruhan.

Setelah meninjau semua properti yang mereka miliki di Beijing, Jiang Wang akhirnya memiliki gambaran jelas.

“Aku berencana mendirikan perusahaan yang berfungsi sebagai agen persewaan.”

Website harus ada, aplikasi juga harus dikembangkan, dan perusahaan bisa memperbanyak perekrutan programmer.

Fang Quanyou mengangguk dan bertanya, “Jadi komisi yang diambil akan lebih rendah dari agen properti biasa?”

Jiang Wang menggeleng. “Kita tidak akan mengambil komisi.”

“…tidak mengambil?!”

Bagaimana mungkin agen properti tidak mengambil komisi? Lalu bagaimana mereka bisa untung?

Jiang Wang tersenyum santai. “Kita hanya menyediakan platform untuk mencocokkan pemilik dan penyewa. Properti kita sendiri akan disewakan kepada penyewa yang terpercaya agar tidak kosong. Tapi untuk transaksi orang lain, kita tidak mengambil komisi, dan bahkan menyediakan layanan perawatan serta inspeksi properti.”

Fang Quanyou terdiam, lalu bergumam, “Apakah ini… semacam amal?”

Jiang Wang tertawa.

“Kita akan menghasilkan uang dari data.”

Dia memiliki pemikiran yang tajam dan bertindak dengan cepat. Pada hari yang sama saat kembali ke Yuhan, dia langsung mulai merekrut orang dan membangun tim.

Ji Linqiu diam-diam menerima tugas untuk sementara mengawasi Buwang Education, dengan lancar mengambil alih sebagian besar bisnis yang masih dalam negosiasi.

Begitu Jiang Wang bergerak, banyak perusahaan modal ventura langsung datang menawarkan berbagai jenis investasi—mulai dari pendanaan tahap awal hingga putaran pendanaan besar—tapi semuanya ditolak mentah-mentah.

Dia sudah punya gambaran jelas tentang langkah berikutnya.

Meskipun saat ini belum masuk era di mana semua orang tergila-gila investasi properti, perusahaan agen properti sudah menjamur di mana-mana, sulit untuk menentukan mana yang unggul.

Sebagian besar dari mereka hanya mengandalkan selisih informasi dan komisi dari transaksi jual-beli maupun sewa properti.

Tapi bagaimana jika dia menghilangkan sistem komisi dan hanya memanfaatkan selisih informasi?

Sekarang masih era 3G, tapi begitu 4G dan 5G tiba, harga informasi akan meroket hingga angka yang luar biasa.

Dan informasi inilah yang dia ketahui lebih dulu—sebuah rahasia besar yang diperolehnya dari dua puluh tahun ke depan.

Keputusan sudah diambil. Dia pun mundur dari posisi sebagai konsultan Su Feng Group, bahkan tidak berniat lagi mengurus Buwang Education. Ia memilih untuk memulai usaha baru dari nol.

Manajer Su Feng di Distrik Yuhan hampir kehilangan akal saat menerima surat pengunduran dirinya.

“Jiang Wang, kalau kali ini kamu benar-benar keluar, itu sudah keterlaluan! Dulu waktu masih jadi pemilik toko ekspedisi, tidak masalah, wajar kalau keluar.”

“Tapi kali ini, kami semua melihat bagaimana kamu berkembang pesat! Setiap hari begadang membaca dan menghafal materi sampai sekarang, kenapa tiba-tiba mau keluar?! Jangan bilang kamu direkrut perusahaan lain dengan bayaran tinggi?”

“Bukan.” Jiang Wang menyodorkan sebatang rokok dan tersenyum. “Aku cuma ingin memulai usaha baru lagi.”

“…???”

Kamu ini, bos dari tiga perusahaan, pemilik hampir sepuluh tempat kursus, dan delapan toko buku, masih mau mulai usaha baru?!

“Jangan-jangan… kamu mau terjun ke bisnis ekspedisi juga?”

“Mana bisa, kita, ‘kan sudah berteman lama, aku tidak mungkin sejahat itu.” Jiang Wang tersenyum lebar. “Aku akan kembali ke bisnis lamaku—berjualan rumah.”

Qiu Mo mengisap rokok dalam-dalam. “Baiklah, kalau suatu hari aku resign, aku akan datang bergabung denganmu.”

“Baiklah.”

Setelah surat pengunduran diri resmi diajukan, Jiang Wang keluar dari gedung Su Feng Group dengan perasaan seperti melompat dari batu karang ke lautan luas.

Dia berjalan di trotoar kota yang sibuk, tapi seolah sedang melangkah di antara arus besar penuh peluang bisnis. Setiap sudut yang dia pandang adalah ladang emas yang belum digarap.

Semuanya baru saja dimulai.

Dia telah melepaskan obsesi masa lalu, mengamankan fondasi yang stabil, dan kini bersiap melangkah ke perjalanan baru yang penuh tantangan.

——Tapi perasaan penuh ambisi itu hanya bertahan kurang dari lima menit.

Alasannya sederhana: ibunya, Du Wenjuan, menelepon.

Seseorang yang barusan ingin menjelma menjadi tokoh utama dalam drama bisnis inspiratif seketika tersadar. “Halo, Ib—ada apa?”

“Wangwang, apakah kamu sedang bekerja? Maaf kalau aku mengganggu,” kata Du Wenjuan dengan nada sedikit sungkan. “Begini, sebentar lagi Hari Anak, aku ingin ambil cuti dan datang menemani Xingwang sehari penuh.”

“Itu bagus,” Jiang Wang langsung lega, mengira ibunya mengalami masalah. “Mau kubelikan tiket kereta?”

“Tidak perlu, aku bisa mengurusnya sendiri.” Du Wenjuan terdengar ragu. “Aku hanya… kasihan terhadap Xingwang. Aku kepikiran, mungkin sebaiknya aku pergi bersama Peng Jiahui juga, supaya bisa menghabiskan waktu bertiga dengan anak itu.”

“Walaupun aku punya banyak masalah dengan dia, tapi itu urusan kami sebagai orang dewasa. Anak itu tidak seharusnya jadi korban.”

“Aku merasa, Xingwang pasti juga ingin menikmati hari bersama ayah dan ibunya, benar, ‘kan?” Suaranya terdengar bimbang. “Aku sudah menelepon Peng Jiahui dua kali, dia juga terus meminta maaf, mengatakan akan menyesuaikan diri kalau aku setuju. Tapi… aku tidak bisa menebak perasaan Xingwang.”

Jiang Wang terdiam beberapa detik, lalu tertawa pelan.

“Xingwang tahu betapa kalian menyayanginya, dia pasti senang. Lakukan saja.”

Dia ingat, di masa kecilnya, ada kenangan samar tentang Hari Anak saat berusia dua atau tiga tahun, ketika ayah dan ibunya membawanya jalan-jalan.

Maskot berbulu di taman, pertunjukan akrobat… dia tidak lagi mengingat detailnya.

Tapi dia ingat, saat itu ayah dan ibunya menggandeng tangannya, keduanya ada di sisinya.

Dan itu sudah cukup.

Du Wenjuan merasa lega mendapat dukungan. “Bagus sekali, aku takut dia akan merasa canggung atau tidak nyaman.”

Sebelum menutup telepon, dia sempat bercanda, “Kamu juga sibuk akhir-akhir ini. Kenapa tidak sekalian merayakan Hari Anak bersama dengan Guru Ji?”

“Tentu saja.” Jiang Wang tertawa. “Aku juga harus mengatur kencan yang baik.”

Tapi pada hari itu, setelah mereka berdua sama-sama mengajukan cuti, yang terjadi malah… tidur seharian di rumah.

Saat akhirnya bangun, hari sudah malam.

Ji Linqiu memeluk bantal dan mengusap matanya. “Kita… tadinya janji mau melakukan apa?”

Jiang Wang menggulung diri dalam selimut. “Tidak usah dipikirkan. Pesan makanan saja, makan sebentar, lalu tidur lagi.”


KONTRIBUTOR

Rusma

Meowzai

San
Keiyuki17

tunamayoo

Leave a Reply