Penerjemah: Keiyuki17
“Ini adalah pertarungan yang belum pernah terjadi sebelumnya antara artefak kuat di Wilayah Tengah dan Wilayah Barat.”
Matahari bersinar terik hari itu saat rombongan yang seharusnya menyelinap ke Kota Talas berganti seragam menjadi pasukan Abbasiyah yang berpakaian hitam. Lahan pertanian di lembah sungai di luar Kota Talas sudah lama terbengkalai, karena banyak terjadi pertempuran besar di seberang sungai yang menyebabkan tanah di sana menjadi reruntuhan. Tembok kota pada dasarnya hanyalah puing-puing di keempat sisinya, namun hampir dua ratus ribu orang sudah berkumpul. Benar-benar pemandangan yang menakjubkan untuk disaksikan.
Hongjun sudah memulihkan ketenangannya, dan untuk sementara dia mengesampingkan apa yang sudah terjadi sebelumnya. Bagaimanapun, kelangsungan hidup A-Tai lebih penting baginya saat ini. Namun Li Jinglong, yang berlari kencang di belakangnya, bertukar pandang dengan Qiu Yongsi dari waktu ke waktu, keduanya khawatir ini hanyalah ketenangan sebelum badai.
Di dalam Kota Talas, kuil sudah menjadi puing-puing, dan di atas alun-alun pengorbanan yang cukup besar untuk menampung seratus ribu orang, sebuah mural besar sudah didirikan di sisi utara. Di atasnya, dewa cahaya, Ahura Mazda, menerima Cincin Api Suci yang dianugerahkan Zoroaster padanya, dan di depan mural itu berdiri patung Zoroaster yang seluruh tubuhnya besar. Kepalanya sudah hancur, tapi meski begitu, satu tangannya terulur, melambangkan api abadi yang cemerlang.
Li Jinglong dan yang lainnya turun, memandang ke arah pusat Talas. Tujuh hari yang lalu, Basi mengirimkan pesan ke seluruh Asia Kecil bahwa dia akan menghancurkan cincin suci di Talas dan membuang klan lsai terakhir yang mencoba merebut kembali takhta.
“Kemarilah,” Li Jinglong sudah mencari tahu topologi kota, dan sudah menemukan jalan bagi mereka. Kota itu dipenuhi orang, jadi mereka menyelinap ke tempat tinggal terlebih dulu. Seorang pria paruh baya berpakaian hitam keluar, dan saat melihat mereka masuk, dia melepas kain yang menutupi wajahnya.
“Ini Lassan,” Li Jinglong memperkenalkannya ke kelompok. “Dari agama Zoroaster.”
Pria paruh baya itu memberi isyarat untuk menunjukkan percikan api terbang ke atas, dan Qiu Yongsi menatap Li Jinglong dengan curiga. Li Jinglong mengangguk, artinya mereka bisa mempercayainya, dan dia berkata, “Hari itu, dialah yang membawa kita untuk menemukan A-Tai.”
“Aman belum masuk ke kota,” kata Lassan.
Dia bisa berbicara bahasa Han, meskipun pengucapannya agak berkarat. “Basi akan menampakkan dirinya saat matahari mencapai titik tertinggi di langit. Di mana kawan yang kau bicarakan itu?”
“Ini dia,” kata Li Jinglong sambil menepuk bahu Hongjun. “Kau bertugas memotong lengan Basi dengan pisau lemparmu dan menghancurkan rantai logam A-Tai.”
Hongjun bergumam seruju. Lassan melanjutkan, “Kita bisa menyembunyikan diri sekarang. Ikutlah denganku.”
“Bagaimana dengan anak itu?” Tanya Lassan, setelah memperhatikan Chen Feng.
Chen Feng menjawab, “Aku akan pergi bersama mereka, aku tidak akan membuat keributan.”
“Kau anak yang baik,” Lassan terkekeh, sebelum menyerahkan belati pada Chen Feng. “Jadi kau bisa melindungi dirimu sendiri.”
Belati itu lebih besar dari lengan Chen Feng, jadi Yu Zhou mengangkatnya dan mengikat sarung belati ke punggungnya, menggunakannya sebagai pedang pendek. Lassan memimpin mereka keluar di sepanjang pasar, ada begitu banyak orang pada saat itu, dan mereka semua berpakaian hitam seperti penjaga yang datang untuk berkeliling, dan berpatroli, mondar-mandir, sehingga tidak ada yang menanyai mereka.
“Aku melihatnya.” Bisik Hongjun.
Meninggalkan pasar, di sepanjang jalan batu yang bobrok, ada Kuil Talas dan alun-alun di depan kuil, di tengah alun-alun, Zoroaster memegang tongkat di tanah dengan tangan kirinya, dan menekan tangan kanannya ke depan. Tongkat itu berdiri seperti pilar batu, sementara A-Tai, pakaiannya compang-camping, rambutnya penuh dengan noda darah, diikat ke tongkat kerajaan, kepalanya tergantung, tidak lagi tahu apakah dia hidup atau mati.
Di bawah altar, di alun-alun, orang-orang berkumpul, semuanya adalah orang-orang yang datang untuk menyaksikan sejarah.
“Ayo pergi.” Qiu Yongsi mendesak, “Jangan berlama-lama.”
Lassan membawa mereka ke tempat terpencil dan berkata pada Hongjun, “Ikuti aku.”
Lassan mencapai sisi kui dan melemparkan tali. Hongjun dan Yu Zhou, dengan Chen Feng di belakangnya, memanjat sisi kuil. Mencapai pelataran tersembunyi, kelompok itu bersembunyi di bawah bayang-bayang matahari, dan alun-alun itu terlihat jelas; bagian depan altar dan tempat di mana A-Tai diikat, semuanya berada dalam jangkauan Hongjun.
“Awalnya, aku ingin menyerahkannya pada Mo Rigen.” Li Jinglong berkata, “Tapi setelah memikirkannya, lebih aman untuk menyerahkannya padamu.”
Lagipula, Li Jinglong tidak tahu senjata apa yang akan dibawa Basi, jika itu bukan senjata sihir biasa, dia khawatir tujuh anak panah paku Mo Rigen akan sulit untuk menahannya, dan sepertinya rantai yang mengunci A-Tai penuh dengan rune, dengan asumsi pukulan terus berlanjut, itu hanya akan secara sengaja memperumit suatu masalah.
“Apakah itu jauh?” Lassan jelas gugup.
“Jaraknya sudah tepat.” Hongjun menjawab, “Jangan khawatir.”
Begitu Li Jinglong menarik Qiu Yongsi dan mengangguk ke arah Hongjun, mereka berdua melompat ke kuil dan berbaur dengan kerumunan, sementara Yu Zhou duduk bersama Chen Feng.
Atap sebuah kediaman, di depan kuil, di belakang pilar, dan di pasar, semua tempat dipenuhi dengan orang. Hanya menyisakan altar, yang memiliki ruang kosong dan dikelilingi oleh para penjaga. Tempat terbuka itu berjarak seratus langkah dari atap terdekat, dan anak panahnya sudah mencapai batasnya sebelum mereka mencapai altar.
Basi jelas berani, bertekad untuk benar-benar menghancurkan Zoroastrianisme. Penjaga berbaju hitam berdiri di semua sisi, masing-masing memegang pedang, tidak bergerak bahkan di bawah terik matahari, menatap ke arah altar.
Hongjun memperhatikan para penjaga yang berada di atas reruntuhan kuil itu dan berpikir bahwa dia pasti akan dikepung jika sesuatu terjadi nantinya. Lassan melihat ekspresi yang terlukisakn di wajahnya dan berkata, “Mereka semua adalah saudara kami sendiri.”
Yu Zhou bertanya, “Berapa banyak orangmu?”
Lassan memberi isyarat dengan tiga jarinya dan menjawab, “Tiga ratus, awalnya, jika kalian tidak datang, kami semua akan mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan Isai.”
Hongjun berpikir, sepertinya A-Tai masih memiliki pengikut setia di Talas, hanya saja tiga ratus orang tidak bisa menyelamatkan A Tai.
Yu Zhou: “Itu tidak mungkin.”
Lassan berkata, “Kita tidak mungkin untuk menyelamatkannya, bahkan jika kita mati di sampingnya dalam pertempuran, itu akan sama saja.”
Saat Li Jinglong menyusup ke Talas, dia mencari keberadaan A-Tai, dan karena itulah dia bertemu dengan Lassan; pada saat itu, jika Lassan berniat untuk mengkhianati mereka, dia akan ditangkap di tempat dan dijadikan sandera, lalu kemudian semuanya akan berakhir, dan dia tidak akan berusaha keras untuk membantu mereka dengan berpura-pura memasang jebakan untuk menyelamatkannya.
Hongjun berkata, “Siapa yang memberi perintah?”
“Kau yang memberi perintah.” Lassan berkata, “Semua orang menunggumu untuk melakukannya dan bergegas untuk menyelamatkan Yang Mulia.”
Honjun mengangguk dan bertanya, “Mantra apa yang dimiliki Basi?”
Lassan menggelengkan kepalanya dan berkata, “Tidak ada yang pernah melihatnya menggunakan mantra.”
Hongjun hanya takut bahwa Basi memiliki kemampuan yang luar biasa kuat, tapi bahkan jika dia adalah iblis yang hebat, dia tidak akan takut padaknya karena memiliki Qiu Yongsi dengan Cambuk Penakluk Iblisnya, serta Cahaya Hati Li Jinglong. Matanya tertuju pada bagian tengah altar, dan dia menggenggam pisau lemparnya di tangannya, hanya ingin mengetahui dari arah mana Basi akan datang. Lassan, berpikir bahwa Hongjun terlalu gugup, jadi mulai menceritakan padanya tentang sejarah Talas dan pertempuran yang sudah dilakukan oleh pasukan Tang dengan pasukan Tubo1Kekaisaran Tibet, atau dikenal sebagai kerjaan Tubo. dan Huihe2Nama tua untuk kelompok etnis Uyghur di China. di sini.
Sejak zaman kuno, Abbasiyah, Sassaniyah (kekaisaran persia), serta Tang Agung, sudah saling berperang satu sama lain. Mereka pernah berperang untuk memperebutkan Asia Kecil3Asia Kecil, atau Anatolia, adalah sebuah semenanjung besar yang terletak di bagian barat daya Asia, yang sekarang sebagian besar merupakan wilayah Turki modern. dan lembah sungai bulan sabit4Lembah Bulan Sabit atau lebih dikenal sebagai Bulan Sabit Subur (Fertile Crescent) adalah wilayah berbentuk bulan sabit di Timur Tengah., setelah jatuhnya dinasti Sassaniyah, pasukan Tang Agung sudah kembali dan tidak bisa melakukan apa-apa. Meskipun Abbasiyah menguasai wilayah yang luas, tapi pajaknya terlalu tinggi, sehingga sebagian orang masih menyukai dinasti sebelumnya…
“Apa yang akan kau lakukan untuk menyelamatkan A-Tai kali ini?” Hongjun tiba-tiba bertanya saat dia mendengar ini.
“Kami tidak lagi memiliki dasar untuk memulihkan negara kami.” Lassan menjawab, “Selama kami bisa menyelamatkan Yang Mulia, mungkin kami akan meninggalkan Talas.”
“Ke mana kalian akan pergi?” Hongjun tidak tahu mengapa, tiba-tiba teringat akan tanah suci suku yao.
Lassan berkata, “Untuk hidup dengan air dan rumput serta membangun kota suci yang baru.”
“Bukankah itu sama dengan kita?” Kata Chen Feng tiba-tiba.
Yu Zhou membuat gerakan diam, memberi isyarat pada Chen Feng untuk tidak menyela.
“Jika kamu cukup kuat untuk merebut kembali Talas dari Abbasiyah,” Hongjun bertanya lagi ke arah Lassan, “Maukah kau bertarung untuk membangun kembali Sassaniyah?”
“Tentu saja.” Lassan berkata, “Kejayaan Cyrus Agung5居鲁士 (Jūlǔshì) merujuk pada Cyrus, yang lebih dikenal sebagai Cyrus Agung atau Cyrus II dari Persia. Ia adalah pendiri Kekaisaran Achaemenid, kekaisaran besar pertama di Persia kuno, dan merupakan salah satu tokoh paling terkenal dalam sejarah Persia. masih ada, siapa yang mau melepaskannya?”
“Tidak bisakah kita hidup bersama?” Honjun bergumam, itu bukanlah pertanyaan retoris, tapi pertanyaan untuk dirinya sendiri.
“Perang dan darah adalah hal yang abadi.” Lassan menjawab, “Bangsa Asyur, Makedonia sudah pernah memerintah kami, dan sekarang bangsa Arab. Kami hanya bisa mengandalkan tangan kami sendiri untuk menyelamatkan dan membebaskan penderitaan kami.”
Hongjun melirik Lassan dengan tatapan yang sangat rumit, dan Lassan berkata, “Kalian orang Tang belum pernah mengalami hal ini, kalian tidak akan mengerti.”
Hongjun tidak membantahnya, dan tepat pada saat itu, terdengar sorak-sorai dari kerumunan orang di bawah, dan para penjaga memisahkan orang-orang saat seorang jenderal kecil menunggang kuda besar, perlahan-lahan berderap masuk.
“Itu Basi.” Lassan berkata, “Lakukan kapan pun kau mau, kehidupan Yang Mulia ada di tanganmu.”
Mengatakan hal itu, Lassan menghadap Hongjun, memegang pedang di tangan kanannya dan menempelkannya ke dada kirinya. Pada saat itu, Hongjun menyadari gerakan halus dari semua penjaga di sekitarnya yang menjaga bagian atas kuil. Mereka semua mengangkat pedang mereka, menoleh ke arah Hongjun, dan diam-diam, mereka mengangkat pergelangan tangan mereka dan menekannya di dada kiri mereka.
Itu adalah semacam etiket Sassaniyah, sebuah ungkapan rasa terima kasih padanya.
Hongjun berkata dengan suara yang dalam, “Aku tahu.”
A-Tai diikat ke pilar batu dan mendongak sedikit ketika mendengar sorak-sorai. Basi berbaris di depan kerumunan dan sudah tiba di altar. Dengan suara lantang, dia mengatakan sesuatu.
“Katanya, dari keluarga Issai… “
Hongjun melambaikan tangannya, mengisyaratkan bahwa Lassan tidak perlu menerjemahkannya, dan hanya menatap A-Tai dengan tenang. Tiba-tiba dia mendapatkan ilusi, seolah-olah dia melihat dirinya yang lain terikat pada tongkat kerajaan iru. Suara Basi sangat kuat, alun-alun menjadi hening, hampir 200.000 orang menatap ke tengah altar, Basi tidak terlalu tinggi, tapi suaranya sangat berat, bergema jauh di bawah langit biru. Jelas sekali dia sedang menyebutkan dosa-dosa keluarga Issai.
Saat Basi selesai, orang-orang kembali bersorak.
“Menurutmu, berapa banyak yang benar dan berapa banyak yang salah?” Qiu Yongsi berdiri bersama Li Jinglong, melihat sekeliling ke arah kerumunan.
“Kita akan segera tahu.” Jawab Li Jinglong.
Beberapa petugas maju ke depan, satu memegang nampan dengan cincin api suci Zoroaster, yang melambangkan cahaya dan api, yang abadi di bumi.
Dua petugas lainnya memegang dua nampan, satu nampan berisi kitab suci, satu nampan lagi berisi belati panjang, dengan emas sebagai gagangnya, bertatahkan harta yang tak terhitung jumlahnya. Meskipun berbentuk pisau belati, namun oleh beberapa penerus dikenal sebagai “Pedang Suci”. Sering dikatakan bahwa dengan satu tangan memegang kitab suci, dan dengan tangan lain memegang pedang untuk menyebarkan ajaran, berasal dari sini.
Dalam sekejap, seluruh kerumunan gelap di alun-alun menahan napas, burung-burung terdiam, bahkan jarum yang jatuhpun dapat terdengar.
Pengawal meletakkan Cincin Api Suci di tengah altar, Basi menekan kitab suci terlebih dulu dan membaca Perintah Suci, semua orang di alun-alun kemudian berlutut, suara Basi lirih, sementara A-Tai perlahan-lahan mengangkat kepalanya, wajahnya yang berlumuran darah menatap ke arah altar.
“Menurutku… ” Hongjun membuka mulutnya dengan lembut dalam keheningan.
Lassan menoleh dengan keras dan menatap Hongjun.
Hongjun menjentikkan pisau lempar di tangan kanannya dan berbisik, “Tidak peduli siapa yang memerintah tanah ini… “
Pada saat yang sama, Basi memegang pedang suci di tangannya, mengangkatnya ke arah Cincin Api Suci, memperlihatkan roda emas matahari di pergelangan tangannya yang membiaskan cahaya matahari. Suasana di bawah serta di depan altar sangat tegang –
“Semua makhluk adalah sama.” Hongjun memejamkan matanya dan berkata, “Satu-satunya hal yang aku harapkan adalah tidak ada lagi pembunuhan serta tidak ada lagi kesedihan.”
Basi berteriak, dan pedang suci menebas, diikuti oleh Hongjun yang memegang pisau dan mengayunkannya dengan tenang!
Dalam sekejap, energi pisau meledak, terbang dengan sudut yang sangat rumit. Pertama-tama ia mematahkan pilar batu di belakang A-Tai, dan kemudian memotong rantainya, dan saat berikutnya ia bersiul dan menyapu altar, melesat ke arah Basi. Pada saat rantai itu putus, Basi sepertinya merasakan bahaya dan ketakutan di saat kritis akan hidup dan matinya, dan secara naluriah dia memblokirnya dengan pedangnya.
Pisau Pembunuh Abadi bertabrakan dengan pedang suci dengan suara bergema, seperti getaran yang menghancurkan langit yang panjang.
Energi pisau itu benar-benar diblokir!
Ini adalah kompetisi artefak tertinggi yang pernah ada antara Kerajaan Tengah dan Wilayah Barat, Pisau Terbang Pembunuh Abadi sudah diturunkan oleh Lu Yadao, Penguasa Sanxian. Bahkan kata “Pembunuh Abadi” sudah cukup untuk menyoroti ketangguhannya. Hongjun sudah memenangkan ratusan pertempuran sejak dia mendapatkan artefak ini dan belum pernah terkalahkan. Dia awalnya berencana untuk memotong salah satu lengan Basi dengan energi pisaunya, untuk menyingkirkan Roda Emas Matahari, tapi hari ini, itu benar-benar diblokir oleh Pedang Suci, dan dia langsung menyadari bahwa musuh memiliki pedang, dan energi pisau lempar bertabrakan dengan pedang suci. Seketika, dia tahu bahwa apa yang dimiliki musuh pastinya adalah senjata suci!
Hongjun berteriak dan memanggil cahaya suci lima warnanya untuk memblokir serangan panah tajam yang mengelilinginya. Yu Zhou menyerahkan Chen Feng ke Lassan dan berkata, “Aku serahkan padamu, bawa dia pergi!” Berputar, dia juga terbang ke bawah.
Untuk sesaat altar menjadi sasaran, gugusan panah hitam seperti hujan lebat, semuanya menembak ke arah tempat Zoroaster berada, dan benturan itu menabrak Hongjun yang tidak bisa menahan diri untuk tidak mundur.
Atas perintah Lassan, para penyergap keluar, memotong ke arah para pemanah.
“Aku masih belum mendapatkan Roda Emasnya!” Li Jinglong dan Qiu Yongsi bergegas ke altar, mengangkat A-Tai dengan satu di kiri dan yang lainnya di kanan, dan bergumam, “Yu Zhou, bawa dia pergi terlebih dulu!”
A-Tai telah diikat untuk waktu yang lama, kakinya lemah, dan dia berlutut di depan altar, mengulurkan tangan kanannya, yang berlumuran darah dan penuh dengan bekas cambuk, dan meraba-raba di sekitar altar untuk mengambil Cincin Api Suci.
“Sudah terlambat!” Qiu Yongsi berteriak, “Dia akan menggunakan mantra!”
Basi terhuyung-huyung dan berteriak dengan marah, kedua belah pihak tidak mengunakan bahasa yang sama, tapi menurut tebakan Hongjun, Basi pasti sangat marah. Segera setelah itu, dia hanya melihat Basi terbang di udara, tangan kirinya terangkat, kitab suci membalik halaman dengan cepat, tangan kanannya memegang pedang suci, pedang suci itu mekar dengan sepuluh ribu cahaya yang kuat, dan naik ke puncak langit.
“Selamatkan mereka!” Li Jinglong mengeluarkan teriakan putus asa dan bergegas ke altar bersamaan dengan Qiu Yongsi!
A-Tai tersandung dan jatuh berlutut, pemandangannya kacau balau, Hongjun menyimpan Pisau Pembunuh Abadinya dan terbang ke bawah, diikuti oleh anak panah yang jatuh seperti hujan, semua pengawal berpakaian hitam di bawah altar secara bersamaan melepaskan anak panah mereka dengan busur panah yang kuat dan menembak ke arah altar!
Dalam sekejap murka para dewa menutupi langit di mana kota Talas berada. 200.000 orang melarikan diri dengan panik, terhuyung-huyung dan berlutut, menangis keras dan memohon pengampunan kepada para dewa di surga, dan awan gelap bergulung, tiba-tiba menghalangi sinar matahari.
Hongjun berseru, “Aku tidak bisa mendapatkan Cincin Emasnya! Kau tidak akan bisa menahan pedang suci! Minggir!”
Namun, guntur meledak di sekitar Basi, berniat memenggal kepala mereka semua, dan dengan goyangan tangan kanannya, Pedang Suci itu tiba-tiba berubah menjadi ribuan bilah tajam di udara, menutupi seluruh Kota Talas! Pada saat berikutnya, pedang suci yang tak terhitung jumlahnya berkilauan dengan cahaya, jatuh ke bumi seperti meteor.
Hongjun berteriak dan mendorong keduanya tangannya, dan dalam sekejap, cahaya suci lima warna meluas dari menutupi altar ke seluruh Kota Talas, dan Qiu Yongsi mengorbankan Cambuk Penakluk Iblisnya, membuat serangan balik yang mengejutkan ke udara ke arah kekuatan itu. Namun, saat pedang suci itu jatuh dan mengenai cambuk, kekuatan yang datang benar-benar mengguncang Qiu Yongsi ke belakang dan membuatnya memuntahkan darah!
Tangan Li Jinglong bergetar, membuka busur, sinar dari Cahaya Hati, diikuti oleh serangkaian anak panah, melesat ke arah langit. Namun, api putih yang keluar dari panah cahaya hati jatuh saat mengenai pedang suci, hancur satu demi satu!
TL Note: setengah dari chapter ini diterjemahkan langsung dari raw dan chapter-chapter seterusnya juga akan diterjemahkan dari raw karena Tianbao sudah mendapatkan lisensi sehingga pihak chickengege (penerjemah inggris Tianbao) menarik terjemahannya. Oleh karena itu, jika kedepanya aku, selaku penerjemah, ada salah dalam menerjemahkan atau mungkin sedikit berbeda dari chapter-chapter sebelumnya, aku minta maaf. Ini pertama kalinya aku nerjemahin historical langsung dari raw, karena sebelumnya yang pernah kuterjemahkan dari raw genrenya modern.
KONTRIBUTOR
Keiyuki17
tunamayoo
udah end kah ini kakk
Belum.. tamatnya di ch 221, sabar yak buat baca ch selanjutnya