Penerjemah : Keiyuki17
Editor : _yunda


“Telah terjadi bencana yang tak terhitung jumlahnya di alam manusia, yang dimulai sejak Xie Yu melarikan diri dari menara.”

Perhatian!1 Sebelum membaca chapter ini, aku (Nia atau yunda) mau bilang kalau terjemahan Tianbao berbahasa Indonesia, menggunakan sumber Bahasa Inggris dari chickengege sekaligus menggunakan raw chinanya. Oleh sebab itu, aku tahu kalo ada orang yang copas dan dire-upload. Terimakasih.

“Cahaya bintang redup dan lemah,” kata Rusa Putih. “Aku tidak bisa terbang terlalu lama.”

“Kita kembali ke Chang’an secepat yang kau bisa. Hentikan pencarianmu,” kata Mo Rigen. “Setelah kau meninggalkan kota, turunlah ke tanah, dan aku yang akan bergantian membawamu.”

Tapi dalam sekejap mata, bola energi hitam muncul dari dalam kota, berputar saat ditembakkan ke arah Rusa Putih. Mo Rigen segera menoleh ke belakang dan berteriak, “Lu Xu! Awas!”

Rusa Putih tertangkap basah, dan energi hitam menghantamnya. Ia seketika mulai jatuh dan energi hitam meraung saat melesat ke arah mereka berdua. Di udara, Lu Xu berubah kembali ke wujud manusia, dan Mo Rigen buru-buru berbalik dan menarik Lu Xu, memeluknya erat-erat saat mereka berdua jatuh dengan cepat menuju dataran di luar kota, jatuh di antara pepohonan.

Pada saat mereka jatuh, bahu kanan Mo Rigen yang pertama kali menyentuh tanah, dan tulang di lengannya langsung patah. Dia melolong kesakitan.

“Lu Xu! Lu Xu!”

Lu Xu tidak sadarkan diri. Di kejauhan terdengar raungan binatang buas; rupanya, sekelompok besar yaoguai di Kota Youzhou sudah menemukan jejak musuh, dan mereka semua berlari keluar kota untuk mengejar.

Serigala Abu-abu membawa Lu Xu di punggungnya. Salah satu kaki depannya meringkuk, dan ia tertatih-tatih dengan tiga kaki lainnya, menyeret kakinya yang terluka saat berlari melintasi dataran, melarikan diri dari Kota Youzhou.


Matahari yang terik tampak di langit, dan udara dipenuhi dengan pasir kuning. Di tanah hampa ini, pasir menelan tulang-tulang besar naga kuno.

Qiu Yongsi, Hongjun, dan Ying Huo naik di atas kepala naga Xuan Ming saat mereka tiba di tingkat keempat Menara Penakluk Naga. Area ini adalah dunia luas yang dipenuhi pasir.

“Siapa namanya?” Xuan Ming terbang mengitari kerangka itu.

“Aku lupa…” Hongjun berusaha sekuat tenaga untuk mengingatnya, namun saat dia melihat kerangka itu, dia bahkan tidak bisa mengingatnya lagi.

“Itu tidak penting. Ia sudah mati,” kata Ying Huo. “Ia adalah yang tertua, dan dulu sekali, ia membawa Tuan Xuanyuan pergi dari Dinghu.2 Dinghu adalah nama daerah yang dalam legenda merupakan tempat di mana Huangdi (disebut sebagai nenek moyang semua orang Tionghoa) naik. Legenda yang sama menceritakan seekor naga yang membawanya ke langit, yang mungkin adalah naga yang kerangkanya terletak di sini. Ayo pergi.”

Maka dengan itu, Xuan Ming mengangkat kepalanya dan terbang ke udara. Ia mengumpulkan kekuatannya di perutnya, dan Ying Huo juga menghirup napas ringan.

Qiu Yongsi menyatukan kedua telapak tangannya, jari-jarinya menunjuk ke atas, sebagai tanda hormat. Pada saat yang sama, Xuan Ming dan Ying Huo mengembuskan napas secara bersamaan, mengeluarkan raungan naga yang terdengar seperti logam yang berbenturan dengan logam lainnya. Raungan itu menyebar jauh, namun tidak menusuk telinga. Tampaknya itu adalah ritual aneh dari klan naga kuno, di mana mereka berduka atas kematian naga tua ini dengan ratapan.

Raungan juga bergema di dada Hongjun. Di kejauhan, di tengah bukit pasir, pilar cahaya yang melesat lurus ke langit bertambah dekat dan semakin dekat dengan mereka.

Xuan Ming kemudian masuk terlebih dulu ke dalamnya.

Terdengar ledakan keras lainnya, dan embusan angin kencang datang ke arah mereka. Semua orang berteriak keras saat mereka dikirim terbang. Hongjun tidak mengira bahwa angin akan begitu kuat hingga sampai pada level ini, sampai pada titik di mana bahkan Xuan Ming dikirim terbang jauh.

“Hongjun—!” teriak Qiu Yongsi.

Hongjun langsung tersapu entah ke mana, begitu pula dengan Qiu Yongsi, Ying Huo, serta Xuan Ming yang dalam sekejap berubah menjadi titik hitam dan menghilang bersama angin kencang. Dia memanggil Cahaya Suci Lima Warnanya, namun tidak ada yang bisa dirinya lawan. Dia melemparkan pisau lemparnya, namun pisau itu langsung tersapu angin. Hongjun buru-buru mengangkat tangan untuk memanggil mereka kembali, tetapi dia sendiri bergerak lebih cepat dari pisau lemparnya.

Segera setelah Qiu Yongsi melambaikan kuasnya, dia menyadari bahwa di lapisan angin kencang ini, tidak ada cara baginya untuk memasuki lukisan. Tidak ada apa pun di dunia ini, karena di atas dan di bawahnya hanya terbentang ribuan zhang udara kosong.

Ying Huo berubah menjadi naga dan memuntahkan api, tapi begitu api keluar dari mulutnya, mereka tersapu seketika. Xuan Ming melingkar di tempatnya, lalu menghembuskan napasnya yang sedingin es, tapi begitu napasnya terwujud, angin kembali menyapunya.

“Yongsi—” pekik Hongjun.

Dinding angin menyapu dirinya tanpa ampun. Hongjun merasa seolah-olah dia telah berubah menjadi bulu tipis yang melayang di tengah tornado, berputar di udara, dan tidak tahu di mana dia berada.

Dalam sekejap, dunia menjadi gelap dan suram. Titik cahaya yang tak terhitung jumlahnya berkumpul ke arahnya layaknya komet yang melesat, dan seketika menyilaukan matanya.

Jantung Hongjun berdetak kencang, seolah berusaha keluar dari dadanya!

Raungan naga terdengar entah dari mana. Di dalam badai besar di tengah tingkatan kelima, wujud seekor naga terlihat samar-samar. Qi hitam merembes keluar dari angin tornado. Naga itu meraung, “Dengan kekuatan semut belaka, yang tidak tahu seberapa besar dunia ini…”

Dengan susah payah, Hongjun berbalik, dan melihat ribuan meteorit melesat menembus tornado, seperti ribuan benang putih yang membelah kegelapan, berputar saat mereka terjebak dalam pusaran angin.

Itu adalah… Cahaya Hati!

“Li Jinglong?” Hongjun bertanya, suaranya gemetar. “Li Jinglong—!”

Angin menenggelamkan suaranya, dan qi hitam mengepul dengan liar. Saat itu, benang putih yang berasal dari Cahaya Hati secara paksa memutar tornado ke arah sebaliknya, dan menyapu ke arah Hongjun. Hempasan gaya angin bawah yang sangat besar menariknya ke sebuah lorong, menyebabkannya meluncur dengan cepat, diikuti bunyi shua!

Dalam kegelapan luas yang menyelimuti dunia, dia melihat sebuah pilar batu berdiri tegak di tengah badai. Jubah bela diri Li Jinglong berkibar tertiup angin, bersinar dengan cahaya berbinar. Ribuan sinar cahaya ditembakkan dari salah satu tangannya, dan seolah-olah itu berwujud, mereka tersapu ke dinding angin yang diciptakan oleh tornado. Dunia gelap gulita, seolah kiamat sudah dekat, tapi Li Jinglong berdiri tegak dan tak tersentuh, layaknya dewa dalam kegelapan ini!

Kesedihan dan kegembiraan bercampur dalam suaranya saat Hongjun berteriak, “Li Jinglong—!”

Terdengar lagi raungan naga, dan kekuatan Cahaya Hati yang melilit tornado hitam itu langsung hancur. Saat Hongjun hendak mendekati Li Jinglong, dia ditarik mundur oleh kekuatan besar lainnya!

Namun dalam sekejap mata, Li Jinglong mengulurkan tangannya.

Hongjun juga mengulurkan tangan, dan pada saat mereka saling bersentuhan, mereka berhasil meraih satu sama lain!

“Li Jinglong—!” Air mata Hongjun mengalir keluar dari matanya, sebelum terbang tertiup angin.

“Kau seharusnya memanggilku apa?” Li Jinglong tampak tersenyum. Mereka sudah berpisah begitu lama, walau rasanya tidak lebih dari lima belas menit.

Mereka berdua berpegangan erat pada pergelangan tangan satu sama lain, dan Hongjun terisak saat angin berputar di sekelilingnya. Li Jinglong mengulangi, “Kau seharusnya memanggilku apa? Kau salah memanggilku! Oh, sia-sia aku menghabiskan begitu banyak usaha datang ke sini untuk menyelamatkanmu! Panggil aku gege!”

Gegege…” Teriak Hongjun. Dia harus menyerah padanya. “Pada saat seperti ini, kau masih saja…”

Li Jinglong mengerahkan kekuatannya dan dengan paksa menarik Hongjun ke depannya, di mana Hongjun berhasil menemukan pijakan. Pilar batu sekitar satu zhang di bawah kaki mereka, saat ini perlahan dan terus-menerus terkikis, dan dalam sekejap mata, tepat saat hampir retak sepenuhnya, Li Jinglong mengeluarkan teriakan pendek. “Pegang erat-erat!”

Hongjun segera mengulurkan tangan ke samping dan mencengkeram erat pinggang Li Jinglong, dan seorang raja naga muncul tepat di depan pilar batu. Seluruh tubuhnya seputih salju, kecuali tambalan hitam pekat di dahinya, yang mengeluarkan qi iblis. Raja naga tiba-tiba membuka matanya dan meraung pada mereka berdua!

Tornado dengan cepat mendekati pilar batu di tengah, tapi pada saat itu juga, Li Jinglong mengencangkan tangan kirinya, dan busur panjang berbentuk bulan sabit seketika muncul. Tangan kanannya kemudian ditarik ke udara, tiga jari bengkok dan dua jari terulur, saat dia perlahan menarik busur secara penuh yang dibentuk oleh Cahaya Hati. Cahayanya seketika berubah menjadi anak panah.

Hongjun: “…”

Hongjun menatap sisi wajah Li Jinglong. Begitu dia menembakkan panah, fitur sampingnya begitu tampan sehingga jantung Hongjun berdegup kencang karenanya.

“Lihatlah musuh, untuk apa kau menatapku?” Satu sisi mulut Li Jinglong terangkat, seolah dia bisa merasakan bahwa pada saat itu, Hongjun tergerak olehnya. Kekuatan Cahaya Hati sekali lagi tumbuh lebih kuat, sebelum tiba-tiba, anak panah meninggalkan tali busur!

Begitu panah cahaya melesat keluar, bukannya langsung menuju ke dahi raja naga, melainkan berubah menjadi cahaya terang yang memenuhi langit, dengan bunyi “boom”, cahaya itu meledak, menghujani sekitarnya seperti sebaran bunga, yang membuntuti ke segala arah, sementara panah itu sendiri berputar saat melengkung lebih tinggi ke langit. Raja naga sepertinya sudah merasakan bahaya, dan tiba-tiba ia menoleh.

Segera setelah Li Jinglong melambaikan jari pedangnya, benang cahaya yang memenuhi langit langsung melesat ke arah dahi raja naga pada saat yang bersamaan. Hongjun hanya melihat kilatan terang di depannya, sebelum terdengar raungan yang memekakkan telinga. Qi hitam di dahi raja naga hancur, dan tornado di sekitar mereka juga lenyap.

“Berhasil!” Teriak Hongjun penuh semangat.

“Tenanglah sedikit.. ” Li Jinglong tidak tahu harus tertawa dan menangis.

Hongjun: “…”

Hongjun memeluk pinggang Li Jinglong, dan Li Jinglong menghela napas panjang sebelum menoleh padanya. Dia melihat ke bawah, dan sorot mata keduanya saling bertemu.

“Aku datang terlambat,” kata Li Jinglong, masih sedikit khawatir. “Kau tidak terluka, kan?”

Hongjun menggelengkan kepalanya, lalu Li Jinglong membungkuk dan menciumnya dengan kuat.

Setelah tornado lenyap, Raja Naga Angin terbang keluar, sebelum akhirnya tersapu ke dinding angin. Xuan Ming dan Ying Huo segera mengambil wujud naga dan terbang kearahnya.

“WAAH—” Ashina Qiong muntah-muntah akibat kerasnya dia berputar, namun saat muntahan keluar dari mulutnya, muntahan itu langsung tersedot tornado yang mengelilingi dinding angin. Ying Huo terbang ke arahnya dan menangkap Ashina Qiong, sebelum bertanya, “Siapa ini?”

“Qiong!” Teriak Qiu Yongsi, kepalanya juga berputar-putar. “Di mana raja naga?”

“Bawa mereka semua bersama kita!” Teriak Xuan Ming. “Naik ke tingkat keenam! Bawa bocah yang menyebabkan angin itu bersama kita juga!”

Hongjun dan Li Jinglong masih berdiri di atas pilar batu. Mereka berdua benar-benar mengabaikan tornado liar di sekitar. Keduanya berpelukan erat satu sama lain, dengan lidah saling terjalin. Li Jinglong hanya ingin menarik Hongjun ke dalam pelukannya.

“Kalian berdua, berhentilah berciuman—!” Qiu Yongsi meraung sembari naik ke atas Xuan Ming. “Ayo cepat pergi—!”

Baru saat itulah Li Jinglong melepaskan ciumannya dengan Hongjun. Lalu menariknya ke dalam pelukan dan melompat dari pilar batu. Xuan Ming menangkap keduanya dengan cepat, sedangkan Ying Huo mengirimkan semburan api ke arah Raja Naga Angin, yang tak sadarkan diri di dinding angin, hal itu seketika membuatnya terbangun dari rasa sakit. Ia meraung sebagai tanggapan, sebelum menyadari situasinya, dan kemudian terbang keluar dari dinding angin, mengikuti di belakang.

Dalam sekejap, yang muncul di hadapan mereka kini adalah hutan lebat di tingkat keenam.

Kelompok itu akhirnya berhasil bersatu kembali, dan rasanya seolah-olah mereka sudah diberi kesempatan hidup baru. Li Jinglong memimpin mereka ke sebuah kolam kecil di hutan, di mana duduk seorang Raja Naga Beracun yang terluka di tenggorokan. Sebelumnya, saat Li Jinglong dan Ashina Qiong memasuki tingkat keenam, mereka menggunakan Cahaya Hati untuk menyingkirkan bibit iblis yang sudah bersarang di tenggorokannya.

“Namamu adalah Shu Hai,” ucap Hongjun padanya.

Mata Raja Naga Beracun itu seketika melebar, tatapannya dipenuhi kegembiraan. Saat ia melihat Ying Huo dan yang lainnya, ia berdiri, memimpin teman-temannya ke tepi danau.

“Istirahatlah sebentar,” kata Li Jinglong, sebelum memberi isyarat pada para exorcist untuk duduk di sisi lain danau.

Li Jinglong memegang tangan Hongjun sepanjang waktu, dan Hongjun yang akhirnya bisa melihat Li Jinglong sekarang, merasa tenang dan aman. Dia mengobrol lama dengannya tentang semua yang sudah terjadi, dan Li Jinglong mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dari waktu ke waktu, dia akan menatap Qiu Yongsi dengan tatapan menegur, dan Qiu Yongsi tidak memiliki pilihan selain tersenyum pahit.

Ashina Qiong tidak tahu harus menangis atau tertawa. “Kau tidak bisa menyalahkan siapa pun, tapi aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri karena tidak beruntung.”

“Ini salahku,” kata Qiu Yongsi tanpa daya. Setelah dia mengetahui bahwa Xie Yu sudah melarikan diri dari menara, dia merasa seolah-olah situasinya semakin mengerikan.

“Aku takut kau tidak akan bisa masuk,” kata Hongjun pada Li Jinglong. “Jika aku tinggal di menara selama seratus hari atau lebih, maka itu akan berakhir.”

Li Jinglong menjawab, “Bahkan jika aku mati, aku masih bisa masuk ke menara. Bagaimana mungkin aku tidak datang?”

Hongjun mengerutkan kening, “Lalu bagaimana dengan di luar?”

“Aku tidak peduli,” jawab Li Jinglong dengan mudah.

Hongjun: “…”

Li Jinglong tersenyum. “Ketika aku menuju ke tingkatan demi tingkatan untuk menemukanmu, entah mengapa, aku mulai berpikir bahwa jika aku tidak bisa keluar, mungkin itu adalah kehendak langit. Langit mungkin menginginkan kita untuk tinggal di menara selama sisa hidup kita… “

“Hei—” Ashina Qiong memprotes, “bahkan jika kau tidak ingin keluar, Zhangshi, aku masih ingin, jadi sebaiknya kau berhenti memberikan pukulan yang begitu mengerikan pada moral kita.”

Hongjun mulai tertawa. Li Jinglong berkata, “Biarkan aku tidur sebentar. Aku benar-benar terlalu lelah, aku tidak sanggup lagi…”

Saat dia mengatakan itu, Li Jinglong meringkuk di pangkuan Hongjun. Hongjun mengangkat lengannya dan memeluknya. Li Jinglong sudah bertahan selama tiga puluh enam shichen, dan sekarang, begitu dia mengatakan akan tidur, dia benar-benar tertidur lelap.

Hongjun membelai kepalanya, sebelum menundukkan kepala dan memberikan ciuman lembut ke bibirnya.

“Aku juga tidak bisa bertahan lebih lama lagi,” gerutu Ashina Qiong. “Siapa yang peduli jika Kaisar Giok sendiri turun untuk menyambut kita, biarkan aku tidur terlebih dulu.”

Setelahnya, Ashina Qiong langsung berbaring di tanah dan tertidur. Meskipun Qiu Yongsi dan Hongjun sudah beristirahat, mereka juga kelelahan, dan tidak lama kemudian, keduanya pun tertidur di tempat mereka berada.


Xuan Ming, Ying Huo, dan pendatang baru Fei Lian sang Raja Naga Angin, serta Shu Hai sang Raja Naga Beracun, berdiri di satu area, berdiskusi dengan tenang.

“Berapa banyak yang lolos dari tingkat kelima?” Tanya Ying Huo.

Setelah Fei Lian berwujud manusia, ternyata dia adalah seorang pemuda yang seumuran dengan Hongjun. Dia juga yang termuda di antara para raja naga.

Fei Lian menghela napas. “Seratus empat puluh satu jiao. Mereka semua melarikan diri menuju tingkat kesembilan.”

“Apa yang harus kita lakukan dengan jiao yang sudah melewati penghalang untuk menuju ke tingkat kesembilan?” Tanya Xuan Ming.

“Sesuai aturan,” kata Fei Lian, “mereka semua harus dilemparkan ke dalam jurang maut di tingkat pertama.”

“Dengan itu, tidak akan ada banyak yang tersisa di keseluruhan menara,” kata Ying Huo dengan tenang.

Keempat raja naga terdiam sejenak. Xie Yu sudah menembus penghalang di setiap tingkatan, jadi setelah membunuh Yeming, hampir semua jiao telah meninggalkan pengawasan raja naga dan dengan liar membanjiri tingkat kesembilan. Mereka semua menunggu Yeming mati, karena ingin menerobos penghalang terakhir segera setelah Menara Penakluk Naga runtuh.

Secara teknis, mereka semua harus dibuang ke jurang maut.

Raja Naga Beracun Shu Hai menunjuk ke atas, artinya jiwa naga Yeming masih ada di sini, jadi dialah yang harus membuat keputusan.

“Kita semua terluka,” Xuan Ming berkata, “dan Yeming tidak lagi bisa bertempur. Bahkan jika kita ingin melemparkan mereka semua ke dalam jurang maut, kita mungkin tidak bisa.”

Raja naga sudah menjadi mangsa qi iblis, dan meskipun qi iblis telah disingkirkan, namun organ vital mereka juga sudah terluka parah. Sudah sangat sulit bagi mereka untuk bisa ke tempat mereka sekarang. Jika jiao berkumpul untuk menyerang, tidak pasti siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah. Tidak ada raja naga yang menjaga berbagai tingkatan Menara Penakluk Naga lebih lama lagi, jadi menara itu pasti akan kacau balau jika mereka kalah.

“Mungkin mereka bisa…” Ying Huo melihat ke arah para exorcist yang tersungkur di tanah.

“Kita tidak bisa lagi meminta bantuan manusia,” Xuan Ming berkata. “Apa hubungannya ini dengan mereka? Melihat situasi ini lebih jauh ke belakang, telah terjadi bencana yang tak terhitung jumlahnya di alam manusia, yang dimulai sejak Xie Yu melarikan diri dari menara. Pada akhirnya, itu adalah kesalahanku. Jika kita menghitung waktu selama berada di sini, kita mungkin akan hidup lebih lama dari dunia ini sendiri. Bagaimana kita bisa tenang setelah mengetahui itu?”

Karena teguran itu, semua raja naga yang berkumpul tampak sedih dan putus asa untuk sementara waktu.


Setelah tidur selama hampir lima shichen, Hongjun sekali lagi terbangun karena kelaparan.

Sebenarnya, sejak memasuki menara, Hongjun belum makan apa pun — selama tiga puluh shichen penuh. Ini pada dasarnya adalah rekor baru baginya dalam hal menahan lapar, karena terakhir kali dia melakukan mogok makan adalah saat dia bertengkar dengan Chong Ming, dan dia membuat dirinya sendiri kelaparan selama dua puluh empat shichen.

“Aku akan mati kelaparan,” rintih Hongjun, mengguncang Li Jinglong. “Bagaimana kalau kita memakan salah satu raja naga di kelompok itu?”

Li Jinglong juga terbangun.

Li Jinglong: “…”

Qiu Yongsi menjawab, “Jika yang terburuk menjadi yang terburuk, mari kita semua bekerja sama dan membantai jiao ba. Seharusnya tidak masalah bagi Orang Suci Penakluk Naga untuk membunuh jiao di menara.”

“Tidak perlu…” Li Jinglong berkata, matanya muram karena tidur. Dia mengeluarkan kantong, di mana berisi jatah yang cukup banyak. Tepat saat dia membukanya, Hongjun menyambarnya. Matanya dan mata Qiu Yongsi berkilau hijau saat mereka dengan cepat memasukkan jatah ke dalam mulut mereka. Li Jinglong bangkit untuk pergi mencuci muka, dan membawakan air untuk diminum Hongjun.

Ashina Qiong berkata, “Biarkan aku makan juga. Saat kita berada dalam angin puyuh itu, aku memuntahkan semua yang ada di perutku.”

Semua orang mengisi perut mereka, sedangkan Li Jinglong hanya duduk di sana, melihat Hongjun makan. Hanya setelah Hongjun selesai makan, dia mengambil sepotong, dan mengunyahnya perlahan. Dia kemudian berkata, “Raja naga di tingkat ketujuh sudah mati.”

En.” Hongjun mengangguk, dan Li Jinglong melanjutkan. “Aku juga belum menemukan rencana yang tepat untuk melawan naga di tingkat kedelapan, tapi dengan beberapa raja naga di sini, seharusnya tidak sulit. Namun, kita tidak boleh meremehkan musuh kita.”

Semua orang bangkit. Xuan Ming sudah kelelahan, jadi Fei Lian, yang dahinya masih berdarah, membawa para exorcist dan tiga raja naga lainnya melewati tingkat ketujuh.

Hujan deras mengguyur tingkat ketujuh, dan tanahnya tampak seperti lautan. Hongjun membuka Cahaya Suci Lima Warnanya untuk mencegah hujan yang turun, dan saat mereka melakukan perjalanan, mereka melewati kerangka besar naga lain, sang Raja Naga Air, sebelum akhirnya terbang menuju pilar cahaya di kejauhan.

“Dua raja naga sudah kehilangan nyawa mereka,” kata Li Jinglong. “Kesalahan akan hal itu berada di pundak Xie Yu.”

“Baik manusia atau naga, kematian akan selalu datang pada akhirnya,” ujar Ying Huo. “Saat kita hidup, kita berdiri di atas dan melihat ke bawah pada semua makhluk hidup di bumi ini; setelah kita mati, tubuh kita akan menjaga bumi di tanah ini. Apa ruginya?”

“Kenapa kalian semua rela masuk ke dalam Menara Penakluk Naga?” Tanya Li Jinglong.

“Bahkan tanpanya, tempat ini akan tetap menjadi tempat kami kembali,” jawab Xuan Ming.

Li Jinglong sepertinya menyadari sesuatu, dan dia bertanya, “Mungkinkah… Menara Penakluk Naga adalah makam bagi para naga?”

Tidak ada raja naga yang menjawab. Li Jinglong akhirnya mengerti kenapa, saat naga mengambil wujud manusia, tidak satu pun dari mereka terlihat sangat tua, tetapi saat mereka mengobrol, mereka terlihat telah hidup selama puluhan ribu tahun. Mereka yang dengan rela memilih untuk tetap berada di Menara Penakluk Naga, pada kenyataannya tengah menunggu kematian datang.


KONTRIBUTOR

yunda_7

memenia guard_

Keiyuki17

tunamayoo

This Post Has 2 Comments

  1. Widi

    Cerita yang paling saya tunggu tunggu kelanjutannya

  2. ify

    ditunggu lanjutannya ♡⁠(⁠>⁠ ⁠ਊ⁠ ⁠<⁠)⁠♡

Leave a Reply