Penerjemah: Keiyuki
Proofreader: Rusma
Epilog – Bagian Enam
Meskipun Liu Jingyan adalah Ibu Suri, ia bukanlah wanita yang hanya tinggal di dalam istana tanpa mengetahui urusan dunia luar. Berasal dari keluarga terpandang, ia juga pernah berguru di Akademi Linchuan pada masa mudanya. Kedudukan kuat akademi itu di Dinasti Selatan selama bertahun-tahun tentu tidak lepas dari jasanya.
Saat Yuwen Qing dan yang lainnya datang ke Dinasti Selatan untuk menyerahkan dokumen persekutuan, Yan Wushi pernah bertarung dengan Ruyan Kehui. Saat itu, Liu Jingyan kebetulan sedang menyamar keluar dari istana, sehingga ia mengenali Shen Qiao dan Yan Wushi.
Ia sedang sibuk mengurus urusan pemerintahan untuk kaisar ketika tiba-tiba mendengar kabar bahwa kaisar memanggil sekelompok pendeta Tao. Tanpa ragu, ia segera datang untuk campur tangan.
Shen Qiao hanya mengikuti arus masuk ke istana demi bertemu Chen Shubao, tanpa niat jahat. Namun, diidentifikasi secara langsung tetap membuatnya sedikit canggung.
“Pendeta Tao datang tanpa maksud buruk. Jika ada yang kurang pantas, mohon dimaafkan.”
Ia masih bersedia memberi penjelasan, tetapi Yan Wushi sama sekali tidak menanggapi. Ia tetap duduk dengan santai, seolah-olah istana yang megah dan rumah sederhana tidak ada bedanya baginya.
Liu Jingyan mungkin bisa bersikap dingin kepada Kaisar Chen, tetapi ia tidak bisa memperlakukan Shen Qiao dan Yan Wushi dengan kasar. Sebaliknya, ekspresinya tetap lembut dan ramah. Dengan kehormatan sebagai Ibu Suri, ia bahkan membalas salam Shen Qiao dengan sopan.
“Pendeta Tao Shen yang Terhormat terlalu sopan. Jika kamu berkenan meluangkan waktu untuk memberi petunjuk kepada putraku, itu adalah keberuntungan baginya.”
Jika memanggil Shen Qiao dengan gelar “Pemimpin Sekte”, di satu sisi itu akan menunjukkan bahwa Dinasti Chen kurang menghormatinya, dan di sisi lain, fakta bahwa Shen Qiao dan Yan Wushi duduk di sini tanpa Dinasti Chen mengambil tindakan pencegahan dapat menjadi hal yang memalukan. Oleh karena itu, Liu Jingyan menggunakan sebutan “Pendeta Tao yang Terhormat” untuk menunjukkan rasa hormat terhadap Shen Qiao secara pribadi, pilihan yang sangat bijaksana.
Ia kemudian berkata kepada Yan Wushi, “Master Sekte Yan adalah seorang Master Agung yang luar biasa, dengan kedudukan tinggi yang tidak terbantahkan. Pendeta Tao Shen yang Terhormat memiliki kebajikan yang agung dan dihormati banyak orang. Putraku tidak mengenali gunung emas di depan matanya, sehingga tidak memberikan sambutan yang layak. Jika ada kekurangan dalam penghormatan kami, mohon jangan diambil hati. Aku bersedia meminta maaf atas namanya.”
Semua orang yang hadir terkejut melihat Ibu Suri begitu sopan terhadap Yan Wushi dan Shen Qiao. Setelah mendengar identitas mereka berdua, keterkejutan itu semakin besar, terutama bagi Chen Shubao.
Saat ini, bagaimana mungkin ia tidak sadar bahwa dirinya telah ditipu? Amarahnya pun langsung memuncak, wajahnya memerah karena marah. “Menyembunyikan identitas dan menipu kaisar! Orang-orang rendahan macam ini, mengapa Ibu begitu sopan kepada mereka? Pengawal, di mana kalian? Cepat tangkap mereka untukku!”
Namun, wajah Liu Jingyan langsung berubah, dan ia membentak dengan marah, “Siapa yang berani bergerak?!”
Perintah Kaisar dan Ibu Suri bertentangan. Para pengawal saling pandang, ragu tidak tahu harus bagaimana. Mereka yang baru saja melangkah maju langsung menghentikan gerakan mereka, kaki mereka menggantung di udara dalam posisi yang sangat canggung.
Yan Wushi tersenyum sinis dan bangkit berdiri. “Ibu Suri Liu tegas dan berani, tidak kalah dari pria. Tidak heran aku pernah mendengar bahwa mantan pemimpin Akademi Linchuan berniat mewariskan posisinya kepadamu. Sayangnya, kamu kemudian menikah dan masuk ke dalam istana, memberi keuntungan kepada Ruyan Kehui. Jika dulu kamu yang mewarisi Akademi Linchuan, mungkin sekarang pengaruhnya sudah merambah ke seluruh wilayah selatan, bahkan menyusup ke Utara, menekan ajaran Buddha dan Tao. Tidak akan terbatas di Selatan seperti sekarang.”
Liu Jingyan jelas tahu ini adalah kata-kata yang sengaja digunakan untuk memprovokasi, tetapi ekspresinya tetap tenang. Ia bahkan tersenyum tipis. “Terima kasih atas pujian Master Sekte Yan. Ruyan shixiong memiliki keterampilan seni bela diri lebih tinggi dan pengetahuan lebih luas dariku. Sudah sepantasnya ia yang mewarisi posisi pemimpin dan mengembangkan ajaran Konfusianisme. Aku telah menyiapkan jamuan lain di aula samping. Jika kalian berkenan, bersediakah kalian menerima undanganku agar aku dapat menjamu kalian secara pribadi?”
Sikap Liu Jingyan tetap sopan dan penuh tata krama. Ia tidak bersikap arogan karena statusnya, juga tidak menegur mereka karena menyamar untuk masuk ke istana. Shen Qiao tidak ingin mempermalukannya, jadi sebelum Yan Wushi sempat mengucapkan sesuatu yang menyakitkan, ia langsung berkata, “Terima kasih atas keramahan Ibu Suri.”
Chen Shubao tiba-tiba berdiri dengan marah. “Ibu, kedua orang ini memperlakukan istana layaknya halaman rumah mereka sendiri, datang dan pergi sesuka hati. Bagaimana mungkin kita bisa membiarkan mereka pergi begitu saja?!”
Yan Wushi bahkan tidak melirik Chen Shubao. Sebaliknya, ia tersenyum pada Liu Jingyan dan berkata, “Mantan Kaisar Chen Xu, aku pernah bertemu dengannya sekali. Ia memiliki sikap yang pantas, tidak buruk sebagai seorang penguasa yang mempertahankan warisan. Bagaimana mungkin orang tuanya tampak seperti naga dan phoenix, tapi anak yang mereka lahirkan ternyata biasa-biasa saja? Rupanya, pepatah ‘Harimau tidak melahirkan anak anjing’ memang tidak selalu benar!”
Chen Shubao, sebagai kaisar, belum pernah dihina seperti ini secara langsung. Wajahnya memerah karena amarah. “Kurang ajar! Pengawal, tangkap mereka sekarang juga!”
Ini adalah kedua kalinya kaisar memberi perintah. Para pengawal tidak berani ragu lagi dan langsung mengangkat tombak serta senjata mereka, mengepung Shen Qiao dan Yan Wushi.
Para pendeta Tao yang tadi duduk di dekat keduanya segera menjauh, takut terseret dalam masalah ini.
Namun, sebelum mereka dapat bertindak, pemandangan di depan mata berubah sekejap. Para pengawal yang hendak menyerang Shen Qiao dan Yan Wushi tiba-tiba jatuh terpelanting ke belakang. Senjata mereka berbenturan dengan lantai, menciptakan suara gemerincing, disertai jeritan kesakitan. Sementara itu, Shen Qiao dan Yan Wushi tetap berdiri dengan tenang, tanpa bergerak sedikit pun. Bahkan lengan baju mereka tidak tampak berayun.
Liu Jingyan tidak tahan lagi dan berkata dengan nada dingin, “Yang Mulia masih dalam masa pemulihan dan seharusnya banyak beristirahat. Tidak perlu lagi berbicara tentang hal-hal yang menguras emosi. Pengawal, antar para pendeta Tao ini keluar dari istana!”
Tadinya, Liu Jingyan ingin mengatakan “usir mereka dari istana,” tetapi setelah berpikir sejenak, ia menyadari bahwa Shen Qiao juga seorang pendeta Tao. Agar tidak menyinggungnya, ia memilih kata-kata yang lebih sopan.
Saat itulah Chen Shubao akhirnya menyadari bahwa para prajurit yang ia anggap sebagai pasukan tangguh ternyata sama sekali tidak berarti di hadapan para ahli bela diri dari dunia seni bela diri.
Sejak kecil, ia belajar di bawah bimbingan Ruyan Kehui. Namun, sebagai calon kaisar, tidak ada yang menganggap perlu baginya untuk mempelajari ilmu seni bela diri atau menjadi petarung. Lagipula, Chen Shubao sendiri lebih tertarik pada seni seperti musik, weiqi, kaligrafi, dan puisi dibandingkan seni bertarung. Akibatnya, meskipun dikelilingi banyak ahli seni bela diri, ia sama sekali tidak memiliki keterkaitan dengan dunia seni bela diri.
Namun kini, dunia seni bela diri yang dulu terasa jauh itu tiba-tiba terasa begitu dekat.
Ia melihat ibunya mengusir para pendeta Tao dan mengundang Shen Qiao serta Yan Wushi pergi dengan penuh hormat. Kedua orang itu sama sekali tidak menganggapnya penting, sementara ibunya, sejak awal hingga akhir, tidak pernah meminta pendapatnya. Di depan semua orang, harga dirinya sebagai kaisar seolah tidak ada artinya.
“Yang Mulia, apakah Anda ingin kembali ke Aula Chengxiang?” seorang kasim mendekat dengan ragu-ragu dan bertanya dengan suara hati-hati.
Chen Shubao menatapnya sekilas. “Kembali? Kenapa tidak? Apakah kamu berani menentang Ibu Suri?”
Kasim itu tidak berani menjawab.
Chen Shubao berkata, “Bawakan anggur! Aku ingin membuat koreografi dan menulis syair. Tanpa anggur, aku tidak bisa menulis!”
Kasim tampak ragu. “Tapi Ibu Suri…”
Ia tidak berani melanjutkan karena Chen Shubao sedang menatapnya tajam. “Kamu ini orangku atau orang Ibu Suri? Kalau kamu memang setia padanya, kenapa tidak langsung pergi mengabdi di tempatnya saja?”
Kasim buru-buru menyatakan tidak berani dan segera pergi mencari anggur.
Sementara itu, Liu Jingyan telah mengundang Shen Qiao dan Yan Wushi ke sebuah aula lain, di mana hidangan lezat dan anggur terbaik telah dipersiapkan. Ia lalu menyuruh semua pelayan mundur. Salah satu pelayan tampak ragu, tetapi Liu Jingyan tersenyum, “Tidak perlu khawatir. Dengan ilmu seni bela diri Master Sekte Yan dan Pendeta Tao Shen yang Terhormat, jika mereka ingin membunuhku, mereka bisa melakukannya dengan mudah. Tidak perlu menunggu hingga sekarang. Jangan bersikap curiga tanpa alasan. Pergilah.”
Setelah semua orang keluar, Liu Jingyan berkata, “Anakku memang kurang ajar, membuat kalian menertawakannya. Aku ingin tahu apa maksud kalian datang ke istana. Jika ada sesuatu yang bisa kubantu, katakan saja. Aku akan berusaha semampuku.”
Shen Qiao menjawab, “Aku memang datang dari Utara dan sementara ini tinggal di Kuil Baimen. Kebetulan mendengar bahwa Yang Mulia sedang memanggil para pendeta Tao ke istana, jadi aku ikut masuk karena penasaran. Hanya itu. Ibu Suri tidak perlu khawatir, kami tidak punya niat buruk.”
Liu Jingyan tampak sedikit terkejut. Menurutnya, dengan status yang tidak biasa dari kedua orang ini, mereka pasti memiliki tujuan tertentu saat masuk ke istana.
“Kalau begitu, apakah Master Sekte Yan juga demikian?”
Yan Wushi berkata, “Jika aku ingin membunuh Chen Shubao, aku tidak perlu menunggu sampai sekarang.”
Liu Jingyan tersenyum tipis. “Kalimat ini, jika keluar dari mulut orang lain, mungkin aku tidak akan mempercayainya. Tapi jika Master Sekte Yan yang mengatakannya, aku sangat yakin. Di dunia ini, siapa yang bisa menandingi Master Sekte Yan? Kudengar di Puncak Setengah Langkah, Master Sekte Yan mengalahkan Hulugu. Ini adalah kejadian besar di Daratan Tengah, dan aku sangat mengagumi pencapaian itu. Sayangnya, karena keterbatasan status, aku tidak dapat menyaksikannya secara langsung. Sekarang, berkesempatan bertemu Master Sekte Yan secara langsung, izinkan aku mengangkat cawan ini sebagai penghormatan.”
Melihat Yan Wushi mengangkat cawan, meski tidak meminumnya, sudah cukup sebagai sikap penerimaan. Liu Jingyan pun merasa lebih tenang.
Shen Qiao berkata, “Para pendeta Tao tadi, meskipun kurang mendalami kitab suci dan tidak terlalu berpengetahuan, mereka tidak melakukan kejahatan. Mereka hanya masuk ke istana karena mengagumi Yang Mulia. Mohon Ibh Suri memberi mereka kelonggaran dan mengampuni nyawa mereka.”
Liu Jingyan menjawab, “Masalah ini memang berawal dari keputusan Kaisar. Aku tentu memahaminya dan tidak akan melampiaskan kemarahan pada orang-orang yang tidak bersalah. Pendeta Tao Shen yang Terhormat tidak perlu khawatir.”
Dia menghela napas. “Kaisar lahir dan besar di dalam istana, tidak pernah mengalami badai kehidupan. Itulah sebabnya dia begitu terikat pada kemewahan dan kesenangan, tapi kurang berminat pada urusan negara. Aku dan mendiang Kaisar tidak pernah menyangka akan seperti ini. Membiarkan kalian melihatnya seperti ini sungguh memalukan.”
Melihat sikap Liu Jingyan yang begitu bijaksana, Shen Qiao justru merasa sedikit tidak enak hati. Ia pun mencoba menghiburnya, “Yang Mulia memiliki bakat luar biasa. Hanya saja, karena masih muda dan bersemangat, dia belum mau menaruh perhatian pada jalan yang benar. Jika ada orang yang dapat membimbingnya, kelak dia pasti akan mencengangkan dunia.”
Ucapan ini jelas menyentuh hati Liu Jingyan. Ia pun berkata dengan sedih, “Andai orang yang mendampingi Kaisar adalah sosok seperti Pendeta Tao Shen yang Terhormat, aku tentu tidak perlu cemas!”
Shen Qiao hendak membalas, tetapi Yan Wushi sudah lebih dulu berbicara dengan nada datar, “Chen memiliki Konfusianisme, dan bagi Ruyan Kehui, wilayahnya itu adalah hartanya yang paling berharga. Siapa pun yang mencoba ikut campur, pasti akan ditolaknya. Shen Qiao terlalu berhati lembut, jadi lebih baik kamu tidak perlu memohon padanya.”
Pikirannya yang langsung ditebak membuat Liu Jingyan sedikit canggung, tetapi ia tidak marah. Ia tetap menunjukkan ekspresi ramah. “Aku memang terlalu lancang. Mohon kalian jangan keberatan.”
Yan Wushi tersenyum tipis. “Kamu memang orang cerdas, meski masih terikat oleh pandangan duniawi. Tapi bagiku, melihatmu jauh lebih menyenangkan dibanding melihat Ruyan Kehui.”
Liu Jingyan tertawa kecil. “Terima kasih atas pujian Master Sekte Yan.”
Liu Jingyan tahu bahwa meskipun dirinya adalah seorang Ibu Suri suatu negara, pihak lain sama sekali tidak perlu mengindahkan dirinya. Karena itu, ia menyesuaikan sikapnya dengan baik.
Karena perbedaan prinsip, tidak ada banyak topik yang dapat mereka bahas. Shen Qiao pun mengambil inisiatif untuk berpamitan, dan Liu Jingyan tidak menahan mereka. Ia bahkan mengantar keduanya hingga ke gerbang istana secara pribadi, lalu memerintahkan pelayan pribadinya untuk mengantar mereka keluar dengan sikap hormat dan tanpa ada kelalaian.
Di akhir, Liu Jingyan berkata, “Kalian adalah tamu terhormat. Jika lain kali ingin memasuki istana lagi, cukup beri tahu para penjaga. Aku pasti akan menyambut dengan hormat. Menyembunyikan identitas seperti ini justru merendahkan kalian.”
Yan Wushi menanggapi dengan ringan, “Tidak perlu bagimu untuk menguji kami. Aku masuk ke istana kali ini hanya untuk mencari seseorang. Sekarang orang itu sudah kutemukan, jadi aku tidak akan datang lagi.”
Liu Jingyan merasa heran. “Siapa yang dicari Master Sekte Yan?”
Yan Wushi tiba-tiba tersenyum. “Di seluruh istana Chen ini, selain Pendeta Tao Shen Qiao, siapa lagi yang pantas kucari?”
Shen Qiao terpaksa menambahkan penjelasan, “Aku dan Master Sekte Yan berpisah di Kota Funing. Dia lalu mencari ke selatan, dan saat mendengar bahwa para pendeta Tao dipanggil ke istana, dia tahu aku pasti akan datang, jadi dia pun masuk untuk memastikan. Tidak disangka, hal ini justru mengganggu Yang Mulia Ibu Suri. Mohon dimaafkan.”
Liu Jingyan tersenyum. “Pendeta Tao yang Terhormat terlalu sopan. Jika demikian, aku tidak akan mengganggu perbincangan kalian. Semoga perjalanan Master Sekte Yan dan Pendeta Tao Shen yang Terhormat lancar, sampai jumpa di lain waktu.”
Meski tidak mengenal Yan Wushi secara mendalam, ia sering mendengar tentang sifatnya yang arogan. Kini setelah bertemu langsung, ia merasa kabar itu tidak berlebihan. Sebaliknya, Shen Qiao justru terlihat sopan dan beretika. Ia masih sempat bertukar beberapa kata dengan Liu Jingyan sebelum akhirnya berpamitan.
Begitu keluar dari istana, Yan Wushi kembali bersikap dingin terhadap Shen Qiao. Shen Qiao hanya bisa menghela napas, lalu mempercepat langkahnya untuk mengejar.
“Kamu benar-benar masuk ke istana hanya untuk mencariku?”
Yan Wushi tetap diam.
“Bagaimana kamu tahu bahwa aku pasti akan masuk ke istana?”
Tetap tidak ada jawaban.
Merasa tak berdaya, Shen Qiao akhirnya menarik lengan baju Yan Wushi. “Yan Wushi, aku ingin bicara denganmu.”
Saat itu, mereka telah tiba di tepi sungai pertahanan kota. Pepohonan willow bergoyang lembut, daunnya hijau segar, laksana batu giok yang menjuntai. Riak air berkilauan diterpa angin sepoi-sepoi, menambah suasana damai di bawah langit cerah.
Keduanya mengenakan jubah Tao, wajah mereka tampan dan elegan, menarik perhatian para gadis muda yang melewati tempat itu. Mata mereka dipenuhi tatapan kagum dan penuh rasa ingin tahu.
Sayangnya, kedua pendeta Tao itu tak sedikit pun menoleh.
Akhirnya, Yan Wushi berhenti dan berpura-pura bingung. “Pendeta Tao Shen memanggilku?”
Shen Qiao terdiam sesaat. “…Ya.”
Yan Wushi berkata santai, “Kalau begitu, katakan saja. Setelah itu aku bisa melanjutkan perjalanan.”
Shen Qiao bertanya, “Kamu akan pergi ke mana?”
Yan Wushi menjawab, “Katakan dulu apa yang ingin kamu sampaikan.”
Shen Qiao bukan orang yang pandai mengutarakan isi hatinya. Sekalipun sudah berulang kali memikirkan kata-kata yang ingin diucapkan, saat tiba waktunya berbicara, ia tetap kesulitan mengatakannya. Oleh karenanya, ia mencoba mengalihkan pembicaraan.
Ia melirik ke sekeliling, ragu-ragu. “Di tempat umum seperti ini, kurang nyaman untuk berbicara. Bisakah kita berpindah ke tempat lain?”
Yan Wushi mulai tampak tidak sabar. “Kalau kamu tidak bicara, aku pergi.”
Ia langsung berbalik, seolah benar-benar hendak pergi.
Shen Qiao buru-buru meraih tangannya. “Tunggu!”
Di sudut yang tidak terlihat oleh Shen Qiao, sudut bibir Yan Wushi terangkat sedikit, nyaris tidak tampak, lalu dengan cepat kembali ke ekspresi datarnya. Saat menoleh kembali, alisnya tampak berkerut.
Shen Qiao menundukkan kepala, ragu-ragu cukup lama, sebelum akhirnya mengeluarkan satu pertanyaan sederhana, “Apa kamu… baik-baik saja?”
Yan Wushi hanya dapat terdiam
Sepertinya ada yang salah dengan cara bertanya ini, pikir Shen Qiao dengan cemas. Ia mencoba lagi, “Apakah kamu suka makan patung manisan gula manusia?”
Yan Wushi: “…”
Ia mencibir, “Xie Ling yang suka!”
Lalu berbalik dan hendak pergi lagi.
Seperti yang diduga, ia salah bicara lagi. Shen Qiao benar-benar merasa buntu. Memahami perasaannya adalah satu hal, tetapi mengatakannya langsung? Itu sesuatu yang sama sekali tidak dapat ia lakukan.
Ia menggertakkan giginya, lalu langsung menarik orang itu pergi, melangkah cepat ke sebuah gang sepi.
Yang mengejutkan, Yan Wushi sama sekali tidak melawan dan membiarkan dirinya ditarik, meskipun ekspresinya perlahan-lahan semakin dingin.
“Aku membantumu di istana, dan begini cara Pendeta Tao Shen membalasnya?”
Membantu apa? Jelas-jelas kamu sendiri juga ingin masuk istana untuk menyaksikan kesenangan!
Shen Qiao menggerutu dalam hati, lalu memberanikan diri. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung menangkup wajah Yan Wushi dan mengecup bibirnya sekilas, seperti capung menyentuh permukaan air.
Wajah Yan Wushi seketika menegang, dan sikap dingin yang tadi sengaja ia pertahankan langsung sirna tanpa jejak.
duh mau kayang aku, rawrwrrrlucubangetaksvsvjbwsbdb
ah-qiao ku udah nggak polos lagi (dengan nada lirih)
astagaaaa awhhhh udah malemm inwihhh merekaa awaw tak niehh yelahhh
geli geli gimana gitu rasanya banyak bgt kupu-kupunya di perutt
Agh, gemas nya YanShen t____t
Meringis aku tuh membacanya
SEKIAN LAMA uwuuu