Penerjemah: Keiyuki17
Editor: _yunda
Saat Jian Songyi Benar-benar Menjadi Tupai Kecil
[Ini tidak ada hubungannya dengan kenyataan dalam cerita.]
Minggu kedua kuliah, Hari Sabtu pagi.
Saat Bo Huai bangun, dia menemukan bahwa bantal itu kosong.
Dia tercengang.
Dimana Omegaku?
Dimana keberadaan Omega yang sebesar diriku?!
Apa dia kabur lagi?!
Sebelum dirinya bisa membuat tebakan lain, dia mendengar suara kecil yang sedang khawatir.
“Bo Huai! Bo Huai!”
Bo Huai tercengang lagi.
Suara itu adalah suara Jian Songyi, namun suara itu adalah suara saat dia masih kecil.
Sedikit lucu.
Itu terlihat seperti tertutup sesuatu.
Sumber suaranya juga sangat aneh.
Bo Huai melihat selimut datar di sebelahnya yang jelas tidak bisa menyembunyikan omega sebesar itu. Perasaan ini membuatnya termenung.
Dia pasti berhalusinasi, kalau tidak bagaimana dia bisa berpikir bahwa suara itu berasal dari sini?
Namun, suara manis nan imut itu terdengar semakin cemas.
“Bo Huai! Bo Huai! Bisakah kamu mendengarku! Bisakah kamu mendengarku!”
Suaranya lucu dan mendesak, sehingga hati Bo Huai tergerak. Itu sangat nyata, jadi meskipun sulit dipercaya, dia mengangkat selimut seperti pasien gangguan jiwa.
Lalu dia melihat piyama sutra hitam yang dikenakan Jian Songyi tadi malam di bawah selimut.
Piyamanya ada, tapi yang memakai piyamanya sudah menghilang.
Hanya ada gundukan kecil yang menonjol sedikit di tengahnya.
Saat selimut tebal diangkat, gudukan yang tertekan selimut itu tampak lega dan mulai merayap perlahan ke arah kerah.
Bo Huai terdiam dan hanya fokus menatap gundukan kecil itu, yang tengah menggeliat.
Terus berjuang keras menggeliat hingga mencapai bagian kerah, memperlihatkan sesuatu yang berwarna cokelat, kecil, dan berbulu, sedikit demi sedikit.
Kelihatannya…
Sedikit seperti…
Ekor.
Ekor tupai.
Dan kemudian…
Pantat.
Di bawah bayang-bayang ekor besar, yang menjulang, dan seputih salju, itu adalah pantat.
Lalu ada cakar pendek putih salju yang sama, kaki pendek kecil, dan tubuh kecil hampir seukuran ibu jari.
Terakhir, ada kepala kecil yang tidak jauh lebih kecil dari tubuhnya.
Dan…
Sepasang telinga runcing di kepala kecilnya.
“….”
Bo Huai tiba-tiba merasa bahwa dia sudah gila. Dia melihat makhluk kecil telanjang sepanjang ibu jari dengan telinga tupai serta ekor berbulu menjulang, dia bahkan tidak berani untuk berpikir.
Dia takut dia akan menjadi gila hanya dengan memikirkannya.
Kemudian, saat makhluk kecil itu berbaring di tempat tidur dan merangkak mundur dari piyamanya, ia mengangkat kepalanya, menatapnya, dan disinilah Bo Huai menjadi benar-benar gila.
Sialan, ini adalah Jian Songyi.
Dengan telinga dan ekor tupai, lembut, chibi, dan berwajah bulat, itu adalah Jian Songyi.
Bo Huai mengira dia menjadi gila.
Gila karena kelucuan Jian Songyi.
Jian Songyi sendiri tidak tahu betapa imutnya dia sekarang. Dia mengepalkan tinjunya dan berteriak pada Bo Huai: “Bo Huai! Ada yang salah! Kamu menjadi sangat besar!!! Super tak terkalahkan!!!”
Bo Huai memandangi tupai seukuran ibu jari, lalu melihat ke interior rumah mereka, dan pergi ke ambang jendela untuk melihat pejalan kaki.
Kemudian dia kembali ke tempat tidur dan berkata, “Sayang, jika dunia semakin besar, maka dalam arti tertentu, kamu sebenarnya menjadi lebih kecil.”
“…”
Jian Songyi mengedipkan matanya dengan bingung.
Bo Huai menunduk, menatap seseorang yang tidak mengenakan pakaian karena dia menjadi lebih kecil dan berhenti sejenak: “Juga, itu sangat kecil.”
Jian Songyi mengikuti tatapan mata Bo Huai untuk mencari tahu apa itu. Saat dia tahu apa yang terjadi, dia menjadi sangat marah.
“Sialan, ini benar-benar kecil!”
Begitu dia mengatakannya, dia melompat, ingin memukul Bo Huai.
Akibatnya, dia melompat mati-matian, lima milimeter dari dasar.
Puk, dan berakhir jatuh di tempat tidur.
“…”
Jian Songyi yang kehilangan wajah berbalik dengan marah dan menutupi dirinya dengan ekornya yang besar.
Bo Huai menyodoknya.
Dia sangat galak: “Jangan sentuh aku!”
Bo Huai mengangkat dan meletakkannya di telapak tangannya, menghadapkan ke dirinya sendiri. Meskipun nadanya lembut, dia sangat serius: “Sekarang bukan waktunya untuk membuat masalah. Sekarang kita terutama ingin tahu kenapa kamu menjadi seperti ini, dan apakah kamu bisa berubah kembali.”
Jian Songyi memblokir tubuh kecilnya dengan ekornya. Dia memiringkan kepalanya dan berpikir, “Haruskah kita menelpon 120 atau 110?”
“Jangan membuat masalah.”
” ? “
“Apakah kamu bodoh? Pada pandangan pertama, ini adalah fenomena manusia yang tidak normal. Apakah kamu ingin dibawa di Laboratorium Nasional? Berhati-hatilah bahwa mereka akan membuatmu menjadi spesimen dan merendammu dalam cairan untuk penelitian.”
Jian Songyi membeku di telapak tangan Bo Huai.
Bo Huai menemukan bahwa jika orang menjadi lebih kecil, maka kapasitas otaknya juga menjadi lebih kecil.
Tapi dia mengatakan yang sebenarnya.
Memegang Jian Songyi di tangannya, dia meletakkannya di alas mouse dan menyalakan komputernya sendiri.
Jian Songyi meraih ekornya: “Apakah kamu ingin memeriksa di Internet?”
“Ya.”
Jian Songyi mengubur dirinya di ekornya: “Bagaimana jika aku tidak bisa kembali.”
“Kamu akan berubah kembali, pasti.”
“Bagaimana jika…”
“Kalau begitu aku akan menjagamu sepanjang hidupku. Aku akan membuatkanmu pakaian kecil, membelikanmu rumah kecil dan mobil kecil, dan membawamu kemanapun aku pergi.” Kemudian Bo Huai melihat benda kecil itu dan tersenyum, “Sekarang kamu benar-benar berada di sakuku.”
Jian Songyi melihat kekhawatiran Bo Huai dan tahu bahwa Bo Huai sedang menghibur dirinya, jadi dia tidak ingin menunjukkan kepanikannya untuk membuatnya khawatir, dia menggoyangkan ekornya yang besar: “Tidak apa-apa.”
Bo Huai tersenyum.
Tangannya menggetik di keyboard dengan cepat.
Akhirnya, dengan bantuan teknologi komputer, dia masuk ke Forum Anggota yang sangat rahasia.
Menemukan postingan.
“Permisi, Omega di rumah sudah berubah menjadi lebih kecil saat dia bangun, dengan telinga kelinci dan ekor kelinci. Apa yang harus aku lakukan?”
Tidak ada yang menjawab.
Mungkin karena tidak ada yang menganggapnya serius.
Bo Huai mengetuk akun sender1Pengirim postingan atau orang yang memosting suatu hal di forum. Di Chapter-chapter sebelumnya aku pakai tuan tanah/ pemilik tanah/ bangunan. Tapi keknya pasnya atau enaknya pake kata sender aja. Yang maen twt pasti paham ama istilah ini.: “Halo, bolehkah aku bertanya bagaimana Omegamu menjadi lebih kecil? Omegaku juga sudah menjadi tupai kecil hari ini.”
Dia tidak menaruh banyak harapan.
Namun, tak lama kemudian, sender menjawab: “Setelah aku menjaganya selama beberapa hari, dia berubah kembali. Semuanya normal, ini tampak seperti mimpi.”
Bo Huai menghela napas lega. Setelah melihat Jian Songyi, yang menyembunyikan seluruh tubuhnya di ekornya, dia bertanya, “Teman kecil, bagaimana dengan pakaiannya?”
Jian Songyi memiliki ekor tupai untuk menutupinya, lalu bagaimana dengan kelinci kecil?
Sender menjawab: “Itu dibuat secara khusus.”
Bo Huai merasa bahwa Jian Songyi mungkin akan telanjang selama beberapa hari.
Sender menambahkan satu lagi: “Alamat.”
Bo Huai: ” ? “
Sender: “Aku membuat lebih dari 100 set untuk kekasihku sebelumnya. Aku tidak menyelesaikannya tepat waktu. Aku akan mengirimkannya padamu.”
Bo Huai: “…”
Sender: “Ekor bisa dikeluarkan dari belakang celana.”
Bo Huai: “…”
Kedengarannya bagus.
Bo Huai menatap Jian Songyi dan melihat penampilannya yang kecil, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya seperti anak kecil, “Apakah sayangku menginginkan baju baru?”
Jian Songyi merasa bahwa apa yang dia katakan adalah omong kosong, dan ekornya meledak: “Lihat apakah aku terlihat seperti aku tidak menginginkan baju baru?! Lupakan tentang baju baru, beri aku sepotong kain!”
Mengetahui bahwa dia akan berubah kembali dalam beberapa hari, dan semuanya akan kembali seperti semula. Bo Huai merasa jauh lebih santai dan tersenyum: “Baju baru apa yang disukai kesayanganku? Jas kecil atau terusan kecil?”
“Brengsek! Jangan panggil aku sayang! Aku akan menggigitmu lagi!”
Jian Songyi menjadi marah. Wajahnya bulat dan putih, serta telinganya bergetar saat dia kehilangan kesabaran.
Benar-benar tidak bisa dicegah.
Bo Huai tidak bisa menahan tawa lagi: “Sayang.”
Jian Songyi sangat marah sehingga dia bergegas dan menggigit jarinya.
Setelah menggigit untuk waktu yang lama, sampai meninggalkan air liur di jari Bo Huai, Jian Songyi terkejut bahwa dia tidak sama sekali meninggalkan bekas gigitan. Melihat hal ini, kemarahan di dalam dirinya menanjak naik.
Bo Huai takut dia akan pingsan, jadi dia mengangkatnya dan mendengus lembut: “Patuhlah, jangan marah, aku sudah bertanya, dan kamu akan berubah kembali dalam beberapa hari. Tidak apa-apa.”
“Huh!”
“Kita akan memiliki pakaian besok.”
“Huh!”
Jian Songyi sudah berubah menjadi kecil, tapi emosinya tidak berkurang sama sekali.
Dia ingin mengalahkannya langsung dari telapak tangan Bo Huai, tapi hasilnya, Bo Huai dengan lembut memegangnya di tangannya.
Tanpa banyak usaha, Jian Songyi tidak bisa berjuang sama sekali.
Jian Songyi yang masih sangat marah, menggigit punggung tangan Bo Huai dengan keras.
Bo Huai mengetuk keyboard dengan satu tangan dan mendiskusikan berbagai hal tentang membesarkan seorang master dengan sender yang antusias. Hingga terdengar seperti seorang presiden yang tengah mendiskusikan hal penting tentang perusahaannya. Hal ini membuat Jian Songyi kembali menggigiti tangannya yang lain.
Saat akhirnya selesai, Bo Huai mencubit leher belakang Jian Songyi yang mencicit dan menyelipkannya ke wastafel di kamar mandi.
Jian Songyi mendapatkan kembali kebebasannya. Dia hanya ingin buru-buru meninju dan menendang Bo Huai. Namun, saat dia bergegas ke tepi wastafel, dia tiba-tiba mengerem dan wajahnya menjadi pucat karena ketakutan.
Oke! Tinggi!
Wastafel ini setidaknya setinggi Menara Oriental Pearl!2Tinggi menaranya adalah 465m).
Jian Songyi sangat ketakutan hingga ekornya terkulai, dan kaki kecilnya diam-diam mundur selangkah.
Melihat gerakan kecilnya, Bo Huai hampir pingsan karena tingkah imutnya.
Sambil menahan senyumnya, dia melipat handuk persegi dan meletakkan Jian Songyi di atasnya: “Patuh, duduk diam, gosok gigi, dan mandi.”
Jian Songyi sekarang seukuran ibu jari Bo Huai. Tubuhnya bulat dengan ekor berbulu yang besar. Memandikannya benar-benar masalah.
Jika dia melemparkannya ke bak mandi untuk dua orang, tupai itu akan menghilang.
Bo Huai menemukan cangkir kopi kecil, menyesuaikan suhu air, mengambil Jian Songyi dan memasukkannya.
Jian Songyi dengan cepat menutupi ekornya dengan tatapan ketakutan: “Ekor! Ekornya akan basah!”
Bo Huai tidak begitu mengerti, apakah hewan kecil takut air? Dia hanya bisa membujuknya dengan suara lembut: “Tidak apa-apa. Aku akan mengeringkannya untukmu setelah basah. Itu nantinya akan cantik.”
Jian Songyi tampak tidak yakin.
Tapi dia masih dengan hati-hati mencengkeram ekornya, dan bertingkah patuh ketika Bo Huai memasukkannya ke dalam cangkir.
Yah, nyaman.
Jian Songyi bersandar di dinding cangkir kopi dan menutup matanya.
Telinga dan ekornya bergetar tanpa sadar.
Melihatnya, hati Bo Huai gatal, dia mengulurkan tangannya dan ingin menyentuhnya, tapi dia merasa bahwa dia harus menunggu Jian Songyi selesai mandi.
Jadi dia menahan pikiran jahatnya.
Dia mengeluarkan sikat baru yang sangat halus untuk menggosok giginya, lalu memasukkannya ke dalam lemari desinfeksi, mensterilkan pada suhu tinggi, lalu menaruh sedikit pasta gigi, dan berkata pada Jian Songyi, yang sangat cantik dalam cangkir kopi: “Aa–“
Jian Songyi membuka matanya dan menatap Bo Huai dengan jijik: “Kamu sangat naif.”
Bo Huai: “…”
Alasan utamanya adalah karena dia sudah dewasa sehingga tidak ada cara untuk menghindari kepolosan seperti anak kecil.
Namun, Bo Huai tidak mengatakannya untuk harga diri saudaranya yang keren, tapi hanya kembali ke nada normalnya: “Buka mulutmu dan aku akan menyikat gigimu.”
Jian Songyi menyukai orang yang bersedia melayaninya, jadi dia membuka mulutnya dan memperlihatkan gigi susunya yang kecil.
Bo Huai memandangi senjata yang menggigit dirinya di setiap kesempatan. Dia berkata dengan lembut, “Apakah kamu ingin aku mengambil kesempatan ini untuk mencabutnya untukmu, agar kamu tidak menggigitku setiap hari.”
Jian Songyi menatap Bo Huai dengan waspada.
Bo Huai terkekeh: “Sekarang kamu lebih kecil. Apa kamu tahu apa itu takut sekarang? Ketika dirimu selalu menggertakku ketika besar?”
Mulutnya berkata demikian, namun gerakan di tangannya sangat lembut, menggosok gigi susu putih Jian Songui sedikit demi sedikit.
Menyikat giginya dengan sikat halus penuh kehati-hatian, rasanya benar-benar berbeda saat menyikat gigi pada waktu biasa, saat menyikat, gusinya terasa gatal dan garing.
Sangat nyaman.
Jadi Jian Songyi tidak peduli dengan komentar kasar Bo Huai dan menikmati layanan kelas VIP atas menyikat giginya.
Setelah akhirnya selesai melayaninya, Bo Huai membersihkan dirinya sendiri, memotong sepotong kecil kain dari T-shirt katun, membungkus Jian Songyi, dan membawanya ke kamar tidur.
Telinga dan ekornya yang basah perlu dikeringkan.
Jian Songyi duduk membelakangi Bo Huai, lalu membiarkannya mengeringkan ekornya.
Ekor Jian Songyi hampir lebih besar dari seluruh tubuhnya, dan menempel saat basah, tapi terlihat mengembang dan terasa sangat enak setelah dikeringkan.
Bo Huai tidak bisa menahannya, dia mengusapnya dan menemukan bahwa benda kecil itu tiba-tiba bergetar.
Bo Huai mengangkat alisnya dan dengan lembut menyentuh telinga kecilnya dengan ujung jarinya.
Benda kecil itu gemetar lagi.
Bo Huai tampaknya telah menemukan sesuatu.
Mencubit telinganya.
Gemetar lagi.
Mencubit ekornya lagi.
Dan gemetar lagi.
Dia membalikkan si kecil yang lucu itu.
Menemukan wajah kecil yang lucu itu tengah tersipu.
Bo Huai tiba-tiba tersenyum, dia tiba-tiba merasa bahwa beberapa hari ke depan akan sangat menarik.
Karena seseorang, tampaknya lebih baik untuk digertak.3 Seketika jiwa bullying Bo Huai terhadap Jian Songyi meningkat tajam wkwkwkw.
Editor Note: Aku bakalan update 2 hari sekali ya sampai akhir keseluruhan cerita. Makasih.