Penerjemah: Keiyuki
Proofreader: Rusma
1,
Sheng Renxing pernah mengirimkan pada Xing Ye sebuah foto mobil dengan bagian belakang yang penyok dan bertanya seperti apa bentuknya.
Xing Ye mengatakan itu terlihat seperti pohon yang meledak, tapi Sheng Renxing mengatakan bahwa itu terlihat seperti dua orang yang sedang berciuman.
Xing Ye: [Dari mana kamu melihatnya?]
Sheng Renxing: [Bukankah terlihat seperti itu?]
Sheng Renxing: [Mungkin karena aku sangat ingin menciummu sekarang, jadi aku salah.]
Di tahun terakhir mereka di sekolah menengah atas, keduanya sangat sibuk. Xing Ye belajar membuat tato di tempat Liang-ge dan Sheng Renxing mengambil kelas di sekolah.
Suatu kali, ketika mereka tidak saling bertemu selama dua hari, Xing Ye yang sedang berada di tengah-tengah pelatihannya tiba-tiba melihat sebuah mobil van penyok di jalan.
Dia melihatnya sebentar, mengangkat tangannya untuk mengambil gambar dan mengirimkannya ke Sheng Renxing, lalu kemudian melintasi sebagian besar Xuancheng dan bersepeda menuju Sekolah Menengah No. 13.
Ketika Sheng Renxing menerima pesan itu, dia memberi tahu gurunya bahwa dia harus pergi ke toilet, dan keluar dari sekolah dengan memanjat dinding.
Mereka berdua berciuman sebentar dan tergesa-gesa di sudut pintu belakang sekolah.
2,
Ketika mereka berdua sedang berbelanja, seseorang mendatangi Sheng Renxing dan berkata, “Permisi, apakah kamu Chong Youjian? Aku sangat suka lagumu!” Dia adalah penyanyi idola.1Di sini menurutku kayaknya si mbaknya emg udah ada niat godain Renxing pake membual segala.
Sheng Renxing menjawab dengan tenang, “Ya, Chengfu2Kelihaian. Ini mengandung dua makna, yang pertama adalah pujian dan yang kedua adalah makna yang merendahkan. adalah lagu yang aku nyanyikan.”3Disini Renxing juga kayaknya sadar sama godaan si mbaknya, jadi dia ikutin arusnya.
Gadis kecil: “…” Dia tercekik oleh omong kosong Sheng Renxing, dan kalimat yang dia ingin katakan tersangkut di tenggorokannya, tidak bisa naik atau pun turun.
Setelah beberapa saat, dia tersenyum canggung, menyadari teknik menggodanya sudah ketahuan. Akhirnya dia pasrah saja dan berkata, “Jadi… “
Sheng Renxing menolak dengan sangat serius: “Penyanyi yang serius dengan karirnya, tidak akan berkencan secara daring, dan tidak memiliki penggemar”.
Gadis kecil: “…”
Melihat gadis kecil itu pergi, Sheng Renxing berbisik pada Xing Ye, memberikan komentar dengan gaya seolah-olah paham betul: “Teknik menggoda ini… barusan aku pikir seperti zaman Renaisans saja.”
Xing Ye: “?” Apakah itu menggoda?
“… ” Dia diam-diam menutup halaman web pencarian judul lagu.
3,
Xing Ye membuatkan Sheng Renxing sebuah proyektor langit berbintang, berharap saat Sheng Renxing mematikannya, dia bisa mengejutkannya.
4,
Sheng Renxing memberi pekerjaan rumah pada Xing Ye selama kelas.
Pertama kali melihat ini, dia tidak bisa mengerjakannya, jadi dia mengirim pesan ke Sheng Renxing, Sheng Renxing mengatakan bahwa dia bisa menunjukkan beberapa jawaban, tapi dia harus menjanjikan sesuatu kepadanya.
Xing Ye: “Apa itu?”
Sheng Renxing: “Panggil aku Ayah.”
Xing Ye: “?”
Keduanya saling tarik ulur untuk sementara waktu, tapi Xing Ye masih saja menandatangani beberapa perjanjian yang melemahkan dan memalukan, dan memanggilnya, “Ayah.”
Akhirnya, Sheng Renxing mengirimkan sebuah foto padanya.
Jawabannya bertuliskan: [Rahasia.]
Xing Ye: “…”
5,
Ketika Sheng Renxing lelah belajar, dia setengah berbaring di sofa dan menyikat situs mikroblog, saat dia menyikat pelajaran itu, dia menemukan artikel berikut: “Aku bekerja keras untuk ujian masuk perguruan tinggi dan menyikat nilai, apakah itu hanya untuk menjadi orang biasa?”
Setelah membacanya sebentar, dia menoleh ke Xing Ye dan bertanya kepadanya, “Xing ge, apakah menurutmu kamu adalah orang biasa?
Xing Ye bersandar di sofa dan beristirahat dengan mata terpejam, menganggukkan kepalanya: “Ya.”
“Bagaimana denganku?” Sheng Renxing bertanya.
Xing Ye berkata tanpa ragu: “Tidak.”
Sheng Renxing berbalik dan menatapnya: “Kebetulan, menurutku juga begitu.”
Xing Ye tersenyum, “Kamu pandai dalam segala hal, kamu adalah pangeran kecil.”
Sheng Renxing menggelengkan kepalanya: “Bukan karena itu.”
Xing Ye menatapnya dengan rasa ingin tahu.
“Karena aku bertanya kepadamu, jadi aku bukan orang biasa.” Sheng Renxing serius.
“Jika kamu bertanya kepadaku tentang mereka yang bermain piano dengan baik, mereka yang memiliki IQ tinggi, dan mereka yang telah memenangkan Hadiah Nobel, maka mereka semua adalah orang biasa.”
“Mengapa?”
“Karena aku tidak mengenal mereka, dan bagiku mereka sama saja dengan orang-orang yang berjalan di jalan sekarang.” Dia menunjuk ke jendela.
“Jika kamu bertanya kepadaku apakah Xing Ye adalah orang biasa, aku akan menjawab tidak. Karena dia telah memasak untukku dan kami telah mengalami banyak hal, jadi bagiku, Xing Ye bukanlah orang biasa.”
Xing Ye menatapnya lama sekali, “Benar. Karena kamu adalah Sheng Renxing, bukan si peringkat pertama di tempat lainnya, bukan pianis hebat lainnya, jadi bagiku, kamu bukan orang biasa.”
Ketika dia mengatakan itu, telinga Sheng Renxing memerah, dan dia mengalihkan pandangannya, “Jika aku adalah pangeran kecil, maka kamu adalah mawar.”
“Karena aku sudah menyiram dan melindungimu dari hujan, jadi kamu berbeda dari mawar lainnya!”4Ini adalah ungkapan kasih sayang yang dalam, terinspirasi oleh novel The Little Prince karya Antoine de Saint-Exupéry. Dalam novel itu, Pangeran Kecil merawat satu mawar yang sangat berarti baginya, dan walaupun ada banyak mawar lain di dunia, mawar itu unik baginya karena hubungan dan perhatian yang telah diberikannya.
6,
Sheng Renxing: “Ketika kita bertemu untuk kedua kalinya, bukankah kamu sangat tidak kooperatif? Saat itu, aku benar-benar siap untuk mengirimmu ke rumah sakit.” Dia berkata, “Apa kamu suka atau tidak, itu masalah lain, tapi aku tidak bisa membiarkan siapa pun mati di tempat tidurku.”
“…” Xing Ye, “Terima kasih banyak.”
“Sama-sama.”
Xing Ye: “Jangan khawatir, aku juga tidak akan membiarkanmu mati di tempat tidurku.”
“…” Sheng Renxing memelototinya, dan saat dia melakukannya, telinganya mulai memerah.
7,
Ngomong-ngomong tentang cinta pertama.
Xing Ye: “Kamu adalah cinta pertamaku.”
Ketika mereka berdua sedang berbagi momen bersama, dan Xing Ye bertanya, “Bagaimana dengan cinta pertamamu?”
Sheng Renxing terdiam sejenak, pikirannya berputar.
Xing Ye menyipitkan matanya dan mendekatinya: “Siapa?
“…” Sheng Renxing tidak ingin menyembunyikannya, “Seorang gadis kecil di sekolah menengah pertama.”
Xing Ye menatapnya dengan tatapan yang dalam dan tersenyum, “Begitu cepat?” Tapi tidak ada senyuman di matanya.
“Sudah berapa lama kalian bersama?
Sheng Renxing memikirkannya, seharusnya lebih dari satu minggu. Tapi melihat Xing Ye, dia berkata, “Aku tidak ingat, mungkin satu minggu.”
Wajah Xing Ye terlihat lebih baik setelah mendengar ini, dan dia mengangkat alisnya, “Sejauh mana perkembangannya?”
“Apa?” Sheng Renxing berkata, “Tidak ada.”
“Benarkah?”
“Sungguh.” Sheng Renxing menatapnya, “Aku tidak mengerti apa-apa saat itu, dia ingin memegang tanganku, tapi kupikir tangannya berkeringat, jadi aku tidak memegang tangannya dan kami putus.”
Xing Ye menatapnya sejenak untuk memastikan dia tidak berbohong, lalu tersenyum sejenak, seolah mengejek, “Apa itu bisa dianggap sebagai menjalin hubungan?”
Sheng Renxing bereaksi dengan sangat cepat: “Ini adalah percintaan anak-anak, jadi pasti tidak masuk hitungan. Kamu adalah cinta pertamaku!”
Xing Ye menatapnya dengan tenang.
Dia melangkah maju, mendekat dan mencium Xing Ye: “Itu kamu.”
Ciuman lainnya: “Cinta pertamaku.”
Ciuman lainnya: “Botol cuka.”
Dia tertawa dan memberikan ciuman lagi, “Pacar.”
Xing Ye tidak bisa menahan senyumnya lagi, dia menekan tengkuk Sheng Renxing dan mendekat.
8,
Pertama kali melihatnya, aku sangat senang melihatnya.
Xing Ye memiliki cara yang unik saat mengambil botol air mineral, yaitu dengan memegangnya seperti memegang tongkat baseball. Seolah-olah dia siap untuk mengangkat botol air mineral itu dan memukul seseorang dengan gaya yang mengancam.
9,
Bimasakti tampak cerah di langit, angin panas bertiup di sekitar, dan aroma bir yang manis di tangan mereka, waktunya sangat tepat.
Sheng Renxing baru saja selesai membacakan puisi kuno Xing Ye, dan melihat pemandangan malam di bawah, dia ingin mengambil kesempatan untuk mencium Xing Ye, jadi dia meningkatnya suasananya:
“Pertama kali kita bertemu adalah saat kamu bertengkar dengan sekelompok orang itu. Apa kamu tahu apa yang kupikirkan saat itu?
Xing Ye mengingat situasinya: “Kamu ingin menyingkirkanku dan segera membunuhku?”
Sheng Renxing: “…”
10,
Sheng Renxing pernah bermimpi, dan ketika dia bangun, dia segera mendorong Xing Ye hingga bangun.
“Aku bermimpi pergi ke luar negeri untuk belajar,” Sheng Renxing masih memikirkan adegan mimpi itu, dan mau tidak mau mengatakan kepadanya sekarang, “Kamu datang untuk mengantarku pergi.”
Ketika dia melewati bea cukai di bandara, dia menoleh ke belakang dan melihat separuh wajah Xing Ye berbalik.
Xing Ye menatapnya dengan linglung untuk beberapa saat, kemudian mengulurkan tangan dan mengusap rambutnya, mengaitkan bahunya dan membenamkan diri ke dalam selimut: “Baiklah, tidurlah.” Sambil menepuk-nepuk punggungnya.
Baru di pagi hari Sheng Renxing menyadari bahwa dia telah memanjakan Xing Ye – dia telah memastikan bahwa dia tidak akan belajar di luar negeri, dan Xing Ye tahu mengapa dia tidak mau.
Dia memandang Xing Ye dan tiba-tiba mengerti mengapa dia menceritakan mimpinya.
Di balik perilaku itu ada pengakuan yang sangat halus, sebuah kisah cinta di masa depan.