Penerjemah : Keiyuki17
Editor : _yunda
Bo Huai memegang tangan Jian Songyi dan menemukan bahwa tidak ada apa-apa di telapak tangannya.
Lalu senyuman muncul dari bibir hingga matanya.
Dia menundukkan kepalanya, menatap mata Jian Songyi, dan berkata dengan lembut: “Hadiah ini, dia masih ada di dalam hatiku.”
Wajah Jian Songyi tersipu lagi.
“Benarkan, pacarku?”
Nada suara Bo Huai sedikit terangkat di akhir, terdengar sangat kencang, dan dengan sedikit kasih sayang.
Jian Songyi mengangguk, dengan telinganya yang memerah.
“Ya, pacarku.”
Dia mengatakan tiga kata itu, pacar1 男朋友 boyfriend., tidak dengan keras, tapi juga tidak ragu-ragu.
Anak muda yang periang ini mengatakannya dengan yakin, meskipun suaranya agak malu-malu, dan gugup. Namun, kegembiraan yang tak terhitung muncul di hati Bo Huai.
Dalam hidupnya yang sepi dan tandus, satu-satunya benih harapan terakhirnya, sang mawar terindah di dunia akhirnya akan mekar setelah tahun-tahun perawatannya yang panjang.
Dia tidak pernah begitu bahagia, sebegitu bahagianya sehingga dia lupa harus berkata apa.
Bo Huai sangat bahagia sehingga dia merasa bahwa ini sedikit tidak nyata, dan bertanya dengan suara rendah: “Kenapa?”
“Kenapa, karena aku menyukaimu.” Jian Songyi masih sedikit malu dan menundukkan kepalanya.
“Kamu tidak berada di sisiku akhir-akhir ini, dan aku merasa sangat tidak bahagia. Lalu aku bertanya-tanya kenapa aku tidak bahagia. Kemudian aku berpikir bahwa aku mungkin menyukaimu lebih dari yang aku kira. Aku tidak pernah memikirkan dengan siapa aku akan bersama sebelumnya. Tidak peduli apakah itu Alpha atau Omega, aku tidak pernah memikirkannya, karena kupikir aku adalah pencuri yang baik, dan tidak ada yang pantas untukku.”
Bo Huai tidak bisa menahan tawanya.
Jian Songyi segera tersipu lagi: “Kamu jangan tertawa! Aku tidak akan mengatakan apa pun jika kamu tertawa lagi!”
Bo Huai memegang tangannya dengan erat, dan buru-buru membujuk, “Oke, aku tidak akan tertawa. Aku akan mendengarkanmu. Aku ingin mendengarkanmu.”
Jian Songyi mengerutkan bibirnya dan menurunkan pandangan matanya: “Tapi sekarang kupikir kamu terlalu baik, lebih baik dariku, sangat baik sehingga kupikir aku tidak pantas mendapatkanmu. Aku sangat munafik dan tidak masuk akal, jadi kupikir kamu yang sangat baik itu hanya bisa menjadi milikku, dan yang terbiasa denganku yang seperti ini. Kamu harus bertanggung jawab dan aku akan sepenuhnya mengandalkanmu.”
“Yah, itu semua milikmu, dan hanya akan menjadi milikmu. Aku yang akan bertanggung jawab, dan kamu bisa mengandalkanku.”
Jian Songyi merasa lega mendengarkan suara yang dalam dari orang itu. Dia hanya merasa bahwa Bo Huai benar-benar sosok roh jahat, yang membuat dirinya tidak bisa melepaskannya sepenuhnya.
Dia mengeratkan dirinya ke dalam pelukan Bo Huai, mendekap erat sang kekasih: “Aku yakin aku menyukaimu. Itu tidak ada hubungannya dengan Omega atau Alpha, dan itu tidak ada hubungannya dengan feromon. Aku menyukaimu lebih dari semua orang yang disatukan. Jadi… apa kamu menerima hadiah ini atau tidak?”
Jangan memberikan hadiah ini. Dia khawatir itu akan ditukar dengan hidupnya, tapi Bo Huai rela untuk menanggung kesulitan dengan senang hati.
Dia mengangkat dagu Jian Songyi dan menjatuhkan ciuman yang cukup lama dan penuh kasih sayang.
Salju turun dan jatuh di bahu dan kepala dua pemuda itu.
Hingga sampai mereka sulit bernapas, Bo Huai melepaskannya, dan dengan lembut mengusap bibir merah Jian Songyi dengan ujung jarinya, dengan lembut dan serius: “Sudah disegel, dan akan menjadi milikku mulai sekarang.”
Jian Songyi menyipitkan matanya, penuh dengan senyuman, dan mengecup sudut bibir Bo Huai dengan cepat.
Tepat setelah mengecupnya, ada teriakan melengking di belakangnya.
“Apa! Yang! Kalian! Sedang! Lakukan!”
Itu sungguh mengerikan.
Jian Songyi berbalik saat dia mendengar suara itu, dan melihat bahwa si rambut cepak sedang membungkuk, dengan tangan di lutut, terengah-engah, berteriak dengan marah dan panik.
Jian Songyi menatapnya dan merasa sedikit bersalah: “Sedang… menjalin sebuah hubungan?”
Si rambut cepak itu kehabisan napas, dia menegakkan punggungnya dan tatapan matanya lurus.
Bo Huai dengan enggan menariknya kembali: “Apa kamu Zhu Gong?”
Dia baru akan menjawabnya, tapi Jian Songyi dalam sekejap berkata: “Siapa Zhu Gong?”
Bo Huai: “Nama teman sekamarmu.”
“?” Jian Songyi terkejut, “Bukankah dia dipanggil rambut cepak?”
Zhu Gong, yang baru saja tersadar kembali, terkejut.
Setelah penundaan yang cukup lama, dia menunjuk bolak-balik pada mereka dan berkata, “Bukankah kalian berdua Alpha! Bagaimana bisa kalian saling jatuh cinta! Ya Tuhan! Pertemanan kalian benar-benar bukan hubungan murni antara dua Alpha! Aku tahu itu!”
Jian Songyi terdiam, dia berpikir apakah cinta antara dua Alpha akan membawa dampak yang lebih besar pada Zhu Gong, atau apakah dia yang seorang Omega akan membawa dampak yang lebih besar pada Zhu Gong.
Sebelum dia bisa memikirkan hasilnya, Zhu Gong tiba-tiba berlari ke arahnya dan Bo Huai. Begitu dia siap untuk melarikan diri, dia menemukan bahwa Zhu Gong langsung melewatinya.
Melihat ke belakang, dia melihat Zhu Gong bergegas menuju ke seorang gadis dengan kecepatan 800 meter, memeluknya, dan menangis: ” Laopo2 Istri.! Aku sangat takut!”
Gadis itu mengangkat alisnya. Zhu Gong menangis, menunjuk Jian Songyi dan Bo Huai, dengan gemetar.
Gadis itu mengikuti ke arah yang dia tunjuk, melihat Bo Huai, dan mengangguk lemah: “Lama tidak bertemu.”
Bo Huai juga mengangguk lemah: “Lama tidak bertemu.”
Gadis itu memandang Jian Songyi lagi, yang saling berpegangan tangan dengan erat, berkata sambil tersenyum, “Selamat.”
“Terima kasih.”
Zhu Gong melihat kedua orang itu dan terpana. Dia memeluk pacarnya lagi: “Laopo! Mereka berdua adalah Alpha!”
Gadis itu menariknya menjauh dengan jijik: “Lalu kenapa?”
“Hubungan dua Alpha! Harus membayar denda!”
Gadis itu sangat tenang: “Bukankah hanya 50.000 yuan, bukankah Bo Huai akan mampu untuk membayarnya. Oke, di mana asramamu, aku akan membantumu mengemasi barang-barang, lalu pergi makan malam.”
“Baiklah! Laopo! Aku mencintaimu, laopo! Laopo, kamu ikuti aku!”
“Jalan dan kenakan sarung tanganmu.”
Setelah melihat punggung keduanya menjauh dan pergi setelah beberapa saat, Jian Songyi memiringkan kepalanya dan melirik Bo Huai: “Seorang gadis yang baik, kenapa kamu tidak balik menyukainya?”
Bo Huai menyukai penampilannya yang masam. Dia menahan pinggangnya dan menekan Jian Songyi ke depannya. Dia tersenyum dan berkata, “Aku suka mereka yang tidak baik dan galak.”
Tepat saat Jian Songyi mengangkat tinjunya untuk memukul roh jahat ini, dua bunyi klakson datang dari belakangnya.
Keduanya menoleh untuk melihat, dan senyum di wajah mereka memudar.
Ada sebuah mobil bisnis hitam berhenti di pinggir jalan tidak jauh dari tempat mereka, bukan mobil mewah papan atas, tapi plat nomornya istimewa.
Jian Songyi menarik sudut bibirnya: “Apa dia di sini untuk menangkap pasangan?”
Bo Huai tidak berbicara, hanya memegang tangannya, dan berjalan selangkah demi selangkah.
Jendelanya diturunkan, memperlihatkan wajah Bo Han yang sebanding dengan Kota Bei di tengah musim dingin.
“Naik.”
Jian Songyi enggan: “Aku harus mengemasi barang-barangku.”
“Aku akan meminta orang untuk mengemasi barang-barangmu, dan mengirimkannya langsung ke Hotel Bo Huai, dan juga mengambil ponselmu.”
Bahkan Bo Huai sudah reservasi tempat tinggal, dia jelas datang dengan persiapan penuh.
Mereka berdua terlalu malas untuk membuang waktu dan langsung masuk ke mobil.
Mobil itu secara perlahan meninggalkan Universitas Kota Bei.
Bo Han duduk di sebelah mereka, melihat dokumen-dokumennya, tapi dia tidak lupa untuk mengkritik Bo Huai: “Kamu tidak seharusnya datang ke Kota Bei. Buang-buang waktu, tidak ada artinya, dan tidak efektif.”
Jian Songyi tidak bisa membantu tapi dengan ringan berkata: “Aku pikir tidak apa-apa. Lagi pula, aku juga putra orang terkaya di Kota Nan, dan itu cukup bernilai. Transaksi ini seharusnya menjadi kesepakatan yang bagus.”
Bo Han membolak-balik halaman dokumennya dan berkata dengan ringan: “Jika Bo Huai tidak datang, kamu juga akan tetap bersamanya cepat atau lambat. Yang pasti, melakukan hal-hal yang berlebihan itu sia-sia.”
Jian Songyi sebenarnya merasa bahwa perkataan Bo Han cukup masuk akal.
Bo Huai mencibir: “Menurutku apa yang kamu katakan itu sangat tidak penting. Bagaimanapun, aku mungkin akan menyia-nyiakan seluruh hidupku untuknya, yang itu sebenarnya tidak terlalu buruk.”
“Impulsif, naif, emosional.”
“Setidaknya aku tidak akan menua sendirian.”
Bo Han terdiam selama tiga detik, lalu perlahan berkata, “Bo Huai, kamu seharusnya tidak mengatakan itu.”
“Kamu juga seharusnya tidak mengatakan itu.”
Nada suara kedua ayah dan anak itu, yang satu lebih ringan dari yang lain, tapi yang satu lebih menyakitkan dari yang lain.
Konfrontasi yang dingin.
Jian Songyi memegang tangan Bo Huai ingin menyampaikan kehangatannya, dan Bo Huai menahannya.
Bo Han memperhatikan tindakan ini dan berkata perlahan, “Kamu tidak perlu gugup. Aku hanya akan membawa kalian ke suatu tempat. Aku tidak bermaksud untuk menyerang bebek mandarin.3 Memisahkan sepasang kekasih. “
Jian Songyi dan Bo Huai memperhatikan bahwa mobil itu melaju ke komunitas yang ternyata sangat dekat dengan Universitas Kota Bei dan Universitas Huaqing.
Sebelum mereka bertanya, mobilnya sudah berhenti.
Bo Han menyerahkan sebuah kunci pada Bo Huai: “801, kamu naiklah terlebih dulu. Aku memiliki sesuatu untuk dikatakan pada Jian Songyi sendirian.”
Bo Huai tidak bergerak, dan berkata dengan dingin, “Katakan saja padaku.”
“Jangan khawatir, aku tidak akan mempermalukannya.”
Jian Songyi meremas tangan Bo Huai, dan Bo Huai meliriknya, yang dia lihat hanyalah tekad dan keberanian, tidak ada yang perlu ditakutkan.
Bo Huai merasa bahwa dia bisa mempercayai Jian Songyi, dia cukup kuat, cukup tidak masuk akal, dan cukup menyukai dirinya sendiri.
Jadi dia tersenyum, memeluknya di depan Bo Han, dan mengecup ringan dahi Jian Songyi: “Aku menunggumu.”
Bo Han tidak bereaksi. Dia menunggu punggung Bo Huai menghilang dari pandangannya sebelum dia berkata perlahan: “Pertanyaan yang kamu tanyakan padaku malam sebelumnya, aku bisa menjawabmu.”
Jian Songyi tidak menyangka Bo Han tidak membiarkannya pergi hanya untuk mengatakan ini.
Sambil memegang pena untuk membubuhi keterangan pada dokumen, Bo Han dengan santai bertanya, “Apa kamu ingat kata-kata yang terukir di batu nisan Zhi Mian?”
“Ingat.”
[Ketika aku lahir, aku ingin mencintai dunia, dan ketika aku mati, aku berharap dunia tidak lagi mencintaiku — Wen Zhi Mian.]
“Itulah yang aku janjikan padanya saat aku menikah dengannya, jadi aku akan mencoba yang terbaik untuk melakukannya.” Masih ada dokumen yang dibubuhi dengan keterangan di tangannya, dia seperti membicarakan suatu hal yang tidak dia pedulikan lagi.
Namun, ini adalah bagaimana orang yang rasional dan tenang dan orang yang lembut dan kuat dapat membuat kesepakatan seperti itu saat mereka sangat mencintai satu sama lain.
Saat mendiang pergi, semua cinta tidak lain hanyalah rasa sakit, jadi jika aku pergi, tolong jangan mencintaiku lagi.
Jian Songyi melihat ke bawah: “Tapi kamu tidak melakukannya.”
Bo Han membalik halaman informasi lain dan suaranya tak tergoyahkan, “Itulah sebabnya aku tidak ingin Bo Huai melemparkan diri terlalu dalam ke masalah emosional. Karena itu akan membuatnya lemah.”
Jian Songyi berkata dengan tenang, “Aku tidak pernah berpikir bahwa dalam sepuluh tahun terakhir saat Bo Huai dan aku tumbuh bersama, kami mengalami masa sulit karena satu sama lain. Tapi sebaliknya, aku berpikir kami justru sudah menjadi lebih baik.”
Bo Han juga tidak menyangkalnya: “Aku ingat aku mengatakan bahwa kamu telah tumbuh dengan sangat baik.”
“Kemudian membiarkan aku membayar pesanan sekali, tapi juga memaksa Bo Huai menjadi yang pertama di kelas.”
“Teman kecil, tampaknya memiliki sedikit dendam,” Bo Han memberikan senyuman yang langka. “Itu benar, tapi hanya saja kamu bertanggung jawab atas pilihanmu. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun.”
“Kupikir kamu ingin aku tinggal untuk meredakan hubunganmu dengan Bo Huai, tapi kamu tampaknya tidak berpikir bahwa kamu bersalah.”
“Aku sangat benar. Aku tidak perlu meredakan hubunganku dengannya. Aku ayahnya, hanya itu saja. Dia tidak akan menemaniku seumur hidupku, dan dia tidak pernah melakukan apa pun untuk hidupku. Semua yang aku lakukan untuknya hanya karena dia adalah anakku. Oleh karena itu, sebenarnya aku tidak terlalu menyayanginya.”
Jian Songyi tidak pernah tahu bahwa seseorang bisa acuh tak acuh dengan alasan seperti ini, bahkan dia tetap begitu tenang ketika mengatakannya. Seperti dia hanya mencintai satu orang, dan setelah orang itu pergi, dia tidak mencintai apa pun lagi.
Bahkan anaknya sendiri.
Bo Han berpikir tidak ada yang salah: “Lagi pula, Bo Huai sudah mengetahui hal ini. Aku memberitahunya setelah papanya pergi.”
Ada awan tipis dan angin sepoi-sepoi mengiringi kalimat itu, tapi Jian Songyi harus menggertakkan giginya agar tidak kehilangan sopan santunnya sebanyak mungkin.
Dia berbisik, “Bahkan jika kamu berpikir begitu, apakah kamu perlu memberitahunya? Apa perbedaan antara dia dan anak yatim? Kamu tahu, pada waktu itu, aku ingin memeluknya setiap hari karena takut dia akan merasa sedikit sedih, tapi kamu adalah ayahnya dan justru mengatakan hal seperti itu.”
Jian Songyi merasa sakit hati sehingga dia tidak bisa bernapas.
Sebagai pengamat, dia merasa hatinya sangat dingin saat mendengarnya, lalu bagaimana suasana hati Bo Huai pada saat itu.
Bo Han akhirnya menutup dokumennya: “Jadi, aku menyuruhmu tinggal sendirian hari ini untuk memberi tahumu bahwa kamu adalah satu-satunya dalam kehidupan masa depan Bo Huai, dan dia belum bisa menjadi orang yang lebih acuh tak acuh dariku, jadi kamu harus menjadi lebih kuat, sehingga dia tidak akan pernah patah hati karena dia tidak bisa melindungimu suatu hari nanti. Ini yang perlu kamu lakukan, apa kamu mengerti?”
Tanpa menunggu jawaban Jian Songyi, Bo Han berkata dengan ringan, “Baiklah, aku sudah mengatakan begitu banyak. Kamu bisa turun.”
Salju semakin lebat dan semakin pekat, dan mobil bisnis hitam itu bergerak menjauh.
Berdiri di tengah angin dan salju, Jian Songyi tiba-tiba tidak tahu harus berkata apa, dia menghela napas dalam-dalam, berbalik, dan berlari ke pelukan Bo Huai.
Dia berkedip, “Kenapa kamu turun?”
Bo Huai memiliki payung ekstra dan syal di tangannya. Dia membuka payung untuk menghalangi angin dan salju, kemudian meletakkan ujung syal yang lain di lehernya dan berbisik, “Tidak ada yang bagus di atas, jadi aku turun.”
“Apakah ada sesuatu?”
“Tidak ada, hanya kamar kosong.”
“…”
Jian Songyi tidak yakin.
Bo Huai hanya mengangkat bahunya, sambil memegang payungnya dan berjalan keluar: “Aku lapar. Ayo pergi makan malam dan kembali ke hotel setelah makan.”
“Apa kamu tidak akan bertanya apa yang dikatakan Bo Han padaku?”
“Jika kamu ingin mengatakannya, kamu bisa mengatakannya tanpa aku perlu bertanya.”
“Dia berkata, biarkan aku sangat mencintaimu dan tidak pernah meninggalkanmu sepanjang hidupku.”
Bo Huai tahu bahwa Jian Songyi adalah pembohong kecil, tapi dia masih mempercayainya dan berbisik sambil tersenyum, “Lalu apa kamu berjanji padanya?”
“Aku berjanji padanya.”
“Kalau begitu, kamu harus melakukan apa yang kamu katakan.”
“Lihatlah perilaku seseorang.” Jian Songyi mengangkat dagunya dengan bangga.
Mereka sudah berjalan keluar dari komunitas. Di luar adalah jalan komersial yang ramai, dihiasi dengan lampu dan hiasan, orang-orang datang dan pergi, ada juga orang tua dengan topi merah dan janggut putih dengan selebaran dan pohon hijau dengan lampu. Di musim dingin bersalju, semarak ini sangat hidup dan manis.
Jian Songyi memikirkan sesuatu, dan tiba-tiba berbalik dan berdiri di depan Bo Huai: “Bisakah kita melewatkan kelas untuk sehari besok? Kita akan tinggal di Kota Bei selama satu malam untuk malam ini.”
Bo Huai tersenyum: “Kenapa? Apa kamu ingin menghabiskan malam yang baik denganku? Kalau begitu apa aku perlu meningkatkan layanan kamar?”
“Enyahlah! Kenapa kamu berpikiran tidak pantas!” Jian Songyi merasa sedikit malu setelah marah. “Aku hanya ingin menghabiskan Natal bersamamu.”
Seperti pasangan lain, dia ingin makan malam, menonton film, membeli seikat bunga, dan berciuman.
Dia ingin menggandakan rasa manis yang dimiliki Bo Huai.
Bo Huai melihat isi pikirannya dan menggulurkan tangannya, menggusap kepalanya: “Apakah pacarmu terlihat seperti orang yang tidak mengerti perasaan? Aku sudah memesan restoran untuk malam ini.”
Jian Songyi juga memikirkannya, bagaimana mungkin Bo Huai tidak bisa memikirkan apa yang dia pikirkan.
Dia merasa frustrasi, dia merasa sulit untuk menjadi seperti Bo Huai yang baik pada dirinya.
Tidak bisakah orang ini sedikit buruk?
Jian Songyi menundukkan kepalanya dan menendang salju di tanah. Kemudian dia tiba-tiba menyadari sesuatu. Dia mengangkat kepalanya dan menatap Bo Huai: “Bukankah kamu tidak memiliki uang? Kamu bahkan tidak mampu minum kopi. Di mana kamu bisa mendapatkan uang untuk membeli tiket pesawat, memesan hotel dan restoran?”
“….” Bo Huai ingat bahwa dia masih berbisnis dengannya, wajah dan ekspresinya tidak berubah, “Meminta pinjaman sebesar 20.000 yuan pada Lu Qifeng.”
Tanpa mengatakan apa-apa, Jian Songyi mengeluarkan ponselnya, membuka WeChat, mengklik antarmuka obrolan Lu Qifeng, dan mentransfer:
Sangat bangga.
Bo Huai tidak tahu harus berkata apa untuk sesaat.
Beginilah Jian Songyi yang ingin bersikap baik padanya. Anak itu sedikit bodoh, dia tidak tahu banyak tentang orang lain, dan selalu mengingat kebaikan orang lain, jadi dia tidak sabar untuk mengeluarkan semua yang dia miliki, walaupun itu tampak canggung tapi sangatlah imut.
Dan dia merasa sangat senang dan menghargai niat ini.
Jadi dia memanjakannya dan berkata sambil tersenyum: “Ternyata rasanya menyenangkan memiliki pacar.”
“Tentu saja.” Jian Songyi dengan bangga membusungkan dadanya, berbalik dan berjalan ke depan dengan kepala terangkat tinggi.
Namun, begitu dia berbalik, dia hampir menabrak seorang anak. Dia ingin bertanya pada anak itu apakah ada yang salah, tapi anak itu bahkan tidak memandangnya. Anak itu memegang seikat mawar dan berlari menuju sepasang Alpha Omega yang jelas-jelas adalah sepasang kekasih, mengambil sekuntum bunga mawar dan bertanya dengan manis, “Tuan, apakah kamu ingin membeli bunga mawar?”
Jian Songyi menegakkan tubuhnya dan melirik dengan tidak puas, “Kenapa dia tidak bertanya padaku apakah aku ingin membeli bunga mawar?”
“Mungkin kita berdua terlalu mirip Alpha, jadi teman kecil jangan menganggapnya serius.”
Bo Huai berpikir seharusnya Jian Songyi senang karena dia dikira Alpha.
Namun, Jian Songyi justru sedikit tertekan.
Pacar orang lain akan berhenti untuk membeli bunga mawar, tapi kenapa pacarnya tidak, apakah karena dia tidak semanis Omega lainnya?
“Kurasa kita terlihat seperti sepasang kekasih.”
Dia merasa bersalah.
Bo Huai menemukan bahwa Jian Songyi menjadi semakin kekanak-kanakan, dia tersenyum dan hendak menghiburnya.
Namun, Jian Songyi tiba-tiba meraih ujung syal, dan berbalik ke arahnya.
Syal itu melilit mereka berdua, menutupi dagu Jian Songyi dan hanya memperlihatkan sepasang mata yang indah.
Dia berkedip, dan mempelajari nada suara anak itu: “Tuan, apakah kamu ingin membeli bunga mawar?”
Bo Huai tidak tahu apa yang akan dia mainkan, dan terkekeh, “Aku akan membelinya, tapi aku miskin, aku tidak tahu apakah aku mampu untuk membelinya.”
“Ini murah, hanya dengan sebuah ciuman.”
Jian Songyi berkedip, terkekeh, tampak menggoda dan imut.
Hati Bo Huai tergerak, dia menundukkan kepalanya, dengan lembut mengusap bibirnya, dan berkata dengan suara bodoh, “Kalau begitu aku akan membeli 990 tangkai, apakah bisa?”
“Tidak bisa.”
“Kenapa?”
“Karena aku ingin menjual 30.000 tangkai padamu, satu untuk setiap harinya.”
“Kalau begitu, bukankah aku harus membayar hutangku itu seumur hidupku?”
“Tapi kamu memiliki mawar untuk setiap hari dalam hidupmu.”
“Sepertinya sangat menguntungkan.”
Bo Huai menarik syal-nya lebih tinggi, sampai menutupi sebagian besar wajah mereka dan menciumnya dalam-dalam.
“Kalau begitu katakan ‘ya’, 30.000, satu bunga setiap harinya, tidak boleh kurang satu pun.”