Penerjemah : Keiyuki17
Editor : _yunda


Saat Jian Songyi bangun, kepalanya sedikit sakit, entah itu karena mabuk atau terlalu menikmati pesta.

Apakah dia mabuk?

Apakah dia terlalu menikmatinya?

Dia sepertinya tidak ingat.

Jian Songyi mencubit bagian di antara kedua alisnya dan dengan tidak sabar ingin berbalik.

Tapi dia gagal untuk berbalik.

Dia terjebak.

Dia tertegun, matanya bergerak ke bawah dan melihat ada tangan di bawah bahunya.

Tangan.

Tangan?

Tangan!

Dia menahan napas dan melihat lebih ke bawah.

Piyama dan celananya, sudah diganti.

Seprai dan selimut sudah diganti.

Pakaian Bo Huai juga sudah diganti.

Tissu di tempat sampah mengubur ribuan anak cucunya dan Bo Huai.

Dia ingat semuanya.

Tapi itu tidak masalah, orang yang semalam bukanlah dirinya.

Itu adalah tubuh tanpa jiwa yang dimiliki oleh hantu, jadi itu tidak masalah baginya.

Ya, benar, begitulah, tenang dan jangan khawatir.

Ya, benar… dia adalah laki-laki tertampan…

Sialan, bagaimana dia bisa menghadapi orang itu sekarang?

Jian Songyi meringkuk menjadi udang, menutupi wajahnya dengan telapak tangannya, dan meletakkan jari-jarinya di tulang alisnya, dia ingin menekan wajahnya ke telapak tangannya dan tidak pernah menunjukkannya untuk menghadapi orang lagi.

Semakin dia memikirkannya, semakin malu dirinya, dan semakin dia ingin mati di tempat. Gambaran kejadian kemarin dan kata-kata yang berani dan proaktif berulang kali muncul di benaknya. Wajahnya sangat panas sehingga dia bisa merebus telur di sana.

Bagaimana dia bisa, bagaimana dia bisa begitu tak terkendali.

Masalahnya adalah dia melakukannya karena dirinya sendiri mabuk, sedangkan Bo Huai dalam keadaan sadar, bagaimana dia bisa menyetujui permintaannya untuk saling membantu?

Tapi bisakah dia mengatakan sesuatu pada Bo Huai?

Tidak bisa.

Dia meminta bantuan orang lain, memohon pada orang lain, bahkan memanggilnya Huai Gege.

Dia sendirilah orang yang bermain hooligan dan tak tahu malu. Syarat apa yang dia miliki untuk berbicara pada Bo Huai?

Dan yang paling terpenting adalah sebelum hal yang tidak tahu malu seperti itu terjadi, dia terus mengatakan bahwa dia tidak menyukai Bo Huai. Dia tidak menginginkannya, dan selalu bertindak layaknya bajingan dingin yang tidak ingin mengakuinya. Akibatnya, segera setelah dia kehilangan kesadaran, dia menjadi roh kecil jahat dan termakan bujuk rayuan Bo Huai untuk mengatakan semuanya.

Saat Bo Huai bangun, dia mungkin akan merasa malu pada dirinya sendiri.

Jian Songyi diam-diam mengintip melalui sela-sela jari-jarinya, melirik jari Bo Huai yang ada di depannya, lalu dengan cepat menarik kembali pandangannya dan menutup tangannya.

Dia tidak berani untuk melihatnya, bahkan untuk sekilas. Dia hanya bisa melihat dirinya sendiri.

Sekarang dia merasa malu dan sangat marah, saat Bo Huai mulai menjadi orang jahat, diperkirakan dia hanya bisa segera menggantung dirinya di balok kayu.

Dia tidak bisa melewati hari ini.

Jian Songyi jelas menyadari bahwa dia hanya bisa menunggu kematiannya dengan dua cara, yang pertama dimakan oleh Bo Huai, dan yang lainnya adalah mati karena malu.

Jadi dia hanya bisa memilih cara ketiga.

Dia harus lari.

Lari segera sebelum Bo Huai bangun.

Selama dia bisa melarikan diri, lalu sampai ke Kota Bei, dan berada di kamp pelatihan, ponselnya akan dikumpulkan, dan kemudian dia akan berhasil mencegah Bo Huai menemukan dirinya.

Dia bisa bersembunyi dari hari ke hari.

Memikirkan hal ini, Jian Songyi segera keluar dari pelukan Bo Huai, bangun dari tempat tidur, mengenakan dua potong pakaian dengan santai, mengambil ponselnya, dan berjalan keluar dengan berjinjit.

Dia membuka pintu perlahan, keluar perlahan, dan menutup pintu perlahan.

Bo Huai tidak bangun, itu sempurna.

Tadi malam dia membuat keributan sepanjang malam dan pergi tidur setelah bersenang-senang. Bo Huai harus berurusan dengan semua kekacauan dan membujuknya karena takut dia akan merasa tidak nyaman. Bo Huai menunggunya sampai dia benar-benar tertidur. Dia tidak beristirahat sampai fajar. Pada saat ini, dia sedang tidur nyenyak, dengan Jian Songyi disampingnya, dia tidur dengan sangat damai, jadi dia benar-benar tidak bangun.

Jian Songyi hanya menghela napas lega.

Suara yang samar dari Nyonya Tang datang dari belakangnya: “Kenapa kamu seperti pencuri di rumahmu sendiri?”

“…”

Jian Songyi berbalik, wajahnya tidak berubah, tapi jantungnya berdetak kencang, super kencang, lalu dia berkata “Bo Huai minum terlalu banyak di pesta tadi malam. Dia tidur di sini dan belum bangun.”

Nyonya Tang mengatakan “Oh~” yang penuh arti, nadanya panjang, kemudian berdecak dua kali dan turun ke bawah dengan masker wajahnya.

Seperti “Aku secara tidak sengaja mengungkap hubungan gelap kalian, tapi aku tidak akan mengeksposmu”.

Jian Songyi ingin menjelaskan, tapi dia juga merasa tidak bisa menjelaskannya. Dirinya merasa bersalah. Dia hanya ingin segera melarikan diri dari TKP. Sambil membasuh wajahnya sembarangan, dia bertanya, “Ma, di mana tasku?”

“Di sofa.”

“Oh, ok, ma, aku pergi sekarang.” Jian Songyi memeriksa barang-barangnya dan berjalan keluar dengan tas di punggungnya.

Nyonya Tang mengangkat alisnya: “Bukankah kamu membeli tiket pesawat untuk malam hari? Kenapa pergi sepagi ini?”

Jika dia tidak kabur sekarang, dan binatang buas di lantai atas itu terbangun, putramu ini takut bahwa dia tidak akan bisa pergi ke Kota Bei untuk mengikuti kamp pelatihan.

Jian Songyi tersipu, tidak mengatakan apa pun, dan hampir memakai sepatu yang salah.

Nyonya Tang tidak bisa untuk tidak bertanya, “Apa yang sudah kamu lakukan pada Bo Huai, kenapa kamu ingin melarikan diri?”

Rahasia Jian Songyi tiba-tiba terbongkar, pipinya merona, dan dia dengan cepat mengganti sepatunya. Sebelum dia bisa mengikat tali sepatunya, dia membanting pintu dan melemparkan kalimat “Ma, aku pergi dulu” dan melarikan diri tanpa jejak.

Apa yang disebut dengan melarikan diri dari alam liar? Inilah yang disebut melarikan diri dari alam liar.

Nyonya Tang selalu melihat Jian Songyi menjaga harga dirinya tinggi-tinggi, dan jarang melihatnya begitu panik sehingga dia merasa putranya itu sedikit lucu.

Kulitnya terlalu tipis.1 Malu.

Sambil menepuk masker wajahnya, dia tidak bisa menahan senyum dan mengutuk: “Tidak menjanjikan.”

Dan yang tidak menjanjikan itu masuk ke dalam taksi seperti pencuri, mendesak pengemudi untuk cepat berangkat, dan kemudian beralih ke penerbangan terdekat, check-in, boarding, dan mematikan ponselnya.

Saat dia akhirnya naik pesawat ke Kota Bei dan memastikan bahwa Bo Huai tidak bisa menyusulnya, dia menghela napas lega.

Dia merasa bahwa pendekatannya sangat tidak baik, tampak seperti bajingan, tapi tidak ada cara lain lagi, jika dia tidak melarikan diri maka dia tidak akan bisa pergi.

Harus lari.

Benar-benar harus lari.

Jian Songyi menipu dirinya sendiri dan orang lain bahwa selama dia melarikan diri dan kembali dalam seminggu, Bo Huai akan melupakannya, dan dia akan tetap menjadi Jian Songyi yang bersih dan polos.

Bagaimanapun, tidak peduli apa yang terjadi, itu pasti lebih baik daripada bertatap muka dengan Bo Huai sekarang.

Namun, dirinya lupa, selembut dan sebaik apapun Bo Huai, dia tetap memiliki kebencian di tulangnya.

Saat dia bangun dan menemukan bantal disampingnya kosong, dia mungkin bisa menebaknya.

Jian Songyi, si kecil ini, pasti sudah melarikan diri.

Dia melarikan diri tanpa mengucapkan terima kasih, dia benar-benar tidak memiliki hati nurani.

Bo Huai membayangkan Jian Songyi yang semerah udang dan melarikan diri. Bo Huai menaruh telapak tangannya ke wajahnya, dari sela-sela jarinya, senyuman tipis namun penuh makna muncul.

Jian Songyi suka melarikan diri, biarkan dia melarikan diri sampai tidak memiliki kekuatan untuk melarikan diri lain kali.

Jian Songyi yang terlalu banyak menipunya. Dia tidak bisa menyalahkan Bo Huai atas pembalasannya nanti.

Dia menatap kalender.

17 Desember.

Tidak lama.

Jian Songyi merasa bahwa Kota Bei sangat dingin, kalau tidak kenapa dia bersin saat turun dari pesawat.

Karena baru melarikan diri dari hidupnya, Jian Songyi yang terburu-buru hanya mengenakan pakaian tipis di pagi hari. Begitu dia memasuki udara yang kering dan dingin di Kota Bei, hawa dingin langsung menembus sampai ke tulangnya, yang membuatnya seketika terkejut.

Dingin, dia merindukan penghangat Bo Huai.

Dia seketika bereaksi, memarahi dirinya sendiri, membungkus mantelnya dengan erat, naik taksi dan pergi ke kota.

Karena dia takut ditangkap oleh Bo Huai, dia bahkan tidak berani membuka ponselnya.

Dia hanya membawa ranselnya. Selain dompet, kartu bank, inhibitor, beberapa dokumen yang diperlukan, pakaian lain, sepatu, dan perlengkapan mandi, dia tidak memiliki apa-apa. Dia hanya bisa membelinya sekarang.

Dia tidak memiliki pengalaman dan takut akan melewatkan sesuatu, sehingga dia mungkin akan mengalami kesulitan dalam tujuh hari pelatihan tertutup, jadi dia berkeliaran dan menjejalkan banyak barang yang bisa dia pikirkan ke keranjang belanjanya sampai penuh, entah apakah itu nantinya berguna atau tidak.

Saat dia selesai berbelanja, hari sudah gelap, jadi dia berjalan ke asrama kamp pelatihan universitas Kota Bei dengan tas besar dan kecil.

Saat dia memasuki pintu, dia hampir menabrak Alpha berambut cepak2 Kek tentara gitu.. Namun, Alpha berambut cepak itu adalah orang yang baik. Dia berinisiatif untuk membantunya. Jian Songyi menolak kebaikannya, untungnya dia tidak kesal. Dia kemudian menanyakan asrama Jian Songyi dan menemukan bahwa mereka berada di asrama yang sama. Dia merasa senang sehingga mengambil dua tas belanja supermarket besar itu untuk membantu Jian Songyi membawanya.

Dia banyak berbicara: “Tuan muda dari mana kamu? Apa kamu pergi ke department store untuk membeli pasta gigi dan sikat gigi? Lalu tas dan pakaian ini, semuanya barang mewah, tidakkah itu terlalu berlebihan? Aku tahu kamu di sini untuk pelatihan. Tapi bagi mereka yang tidak tahu, mereka pikir kamu berada di sini untuk berlibur. Terlebih lagi, musim dingin di Kota Bei sangat dingin. Aku tidak melihat apa pun yang bisa membuatmu tetap hangat, aku khawatir jika kamu akan kedinginan.”

Meskipun dia cerewet dan blak-blakkan, dia tidak bermaksud jahat.

Jian Songyi berkata dengan malas, “Apakah tidak ada pemanas?”

“Ada di asrama, tapi tidak di ruang kelas. Ini benar-benar tidak baik bagimu. Aku akan memberimu beberapa penghangat nanti.”

“Terima kasih, tapi tidak untuk saat ini.”

“Baiklah, katakan saja padaku saat kamu kedinginan.”

Si rambut cepak akhirnya berhenti berbicara, tapi saat Jian Songyi mengemasi barang-barangnya, dia melihat beberapa barang di lantai dan tidak bisa menahan diri untuk berdecak.

“Gege, kenapa kamu membeli pelembab udara ini? Dan pembersih udara mini? Menurutmu apa aku begitu kotor! Dan pakaian ini, ya ampun, apa kamu ingin bergaya tanpa memikirkan suhunya? Apa kamu pikir mantel jaket dan pakaian rajut ini dapat menahan suhu udara yang minus di Kota Bei? Ya ampun, aku benar-benar… sekarang ada versi nyata dari seorang tuan muda yang tidak tahu penderitaan dunia, ya ampun.”

Jian Songyi melihat ekspresi si rambut cepak yang hampir pingsan, dan dia mengangkat alisnya, apakah separah itu.

Si rambut cepak melihat maksudnya: “Separah itu! Kenapa tidak! Lupakan saja. Tanyakan saja padaku apapun yang kamu butuhkan. Rumahku di Kota Bei dan aku memiliki semua yang dibutuhkan.”

Meskipun Jian Songyi pasti tidak akan menggunakan barang orang lain, dia tetap mengucapkan terima kasih.

Dia sangat mirip dengan Bo Huai dalam hal ini, tidak peduli bagaimana dia berpura-pura menjadi buruk di depan kenalannya, dia akan menjaga kesopanan dan pendidikannya di depan orang asing.

Jadi meskipun dia adalah orang kaya yang malas dan harga dirinya setinggi langit tidak bisa disembunyikan, si rambut cepak merasa bahwa dia adalah orang yang baik.

Setelah selesai mengemasi barang-barang, dia keluar untuk menelepon pacarnya.

Jian Songyi juga ingin menelepon Bo Huai.

Dia duduk sendirian di kursi, menatap layar ponsel yang gelap, tidak berani untuk menyalakannya.

Dia takut akan merasa malu pada Bo Huai saat dia menyalakan ponselnya.

Gambaran yang sudah dilupakan karena kesibukannya, muncul kembali.

Jian Songyi berpikir pemanas di Kota Bei sangat panas sampai membuat telinganya terbakar.

Dia benar-benar tidak berani membaca pesan baru.

Tapi saat konselor datang, dia harus menyerahkan ponselnya, dan dia tidak bisa menelepon Bo Huai selama tujuh atau delapan hari.

Jian Songyi merasa malu, dia sedikit merindukan Bo Huai.

Setelah berjuang untuk waktu yang lama, dia melihat bahwa si rambut cepak belum kembali. Dia merasa malu karena Bo Huai, tapi dia tidak akan bisa mendengar suaranya selama tujuh atau delapan hari. Dia harus bergegas dan mendengarkan suaranya lebih banyak .

Dengan wajah merah, dia menyalakan ponselnya.

Dia memikirkan semua kata kejam dan berani.

Hasilnya setelah dia menyalakan ponselnya, hanya ada dua pesan dari [kreditur].

[Ingatlah untuk membeli pasta gigi, sikat gigi, tiga handuk, shower gel, sampo, body lotion, tas penyimpanan pakaian kotor, termos, penghangat, botol air panas, krim tangan, pelembab bibir, sweater tebal, mantel, jaket, tujuh pasang kaus kaki tebal, dua pasang sarung tangan, dua syal, dua kotak permen.]

[Kota Bei jauh lebih dingin dari Kota Nan. Jangan terlalu tampan, kenakan pakaian tebal. Di sana cukup kering, ingatlah untuk minum lebih banyak air dan mengoleskan pelembab bibir lebih banyak. Jadilah baik.]

Kemudian tidak ada yang lain.

Bo Huai tidak menggoda dirinya, tidak mempermalukan dirinya atau memarahi dirinya. Dia3 Bo Huai. hanya tahu bahwa dirinya bahkan tidak mengemasi barang bawaannya. Dia mengira bahwa dirinya tidak tahu harus membeli apa, jadi dia membuat daftar barang untuk dirinya.

Jian Songyi melihat barang-barang berantakan yang dibelinya dan merasa menyesal dan bersalah.

Dirinya serakah akan tubuh Bo Huai, dirinya juga sungguh tercela, dia memalingkan wajahnya dan tidak mengenalinya setelah melampiaskannya. Namun, Bo Huai tidak membalaskan dendam sama sekali. Dia sangat lembut dan perhatian, dan tidak tahu baik atau buruk, dirinya tampak seperti Omega sampah dalam kisah berdarah Alpha murahan.

Jadi dia menyerahkan diri dengan jujur: Aku melarikan diri dan harus melarikan diri selama tujuh atau delapan hari, ponselku akan disita selama pelatihan.

[Kreditur] Sudah lama aku tidak mengetik.

Jian Songyi merasa bahwa Bo Huai marah.

Dia baru memikirkannya, saat panggilan itu masuk, sebelum dia sempat menjawab, jarinya dengan sadar menekan tombol jawab.

Suara Bo Huai yang rendah dan lembut terdengar: “Hei.”

Jian Songyi tidak bisa menutup telepon saat ini, dia hanya bisa berpura-pura seolah-olah tidak ada yang terjadi: “Kenapa kamu menelepon?”

“Apa maksudmu, bukankah kamu ingin mendengar suaraku?”

“…”

Apakah Bo Huai adalah cacing gelang?!

“Omong kosong!”

“Kalau begitu katakan padaku, apa maksudmu?”

“Tidak ada maksud. Aku hanya ingin kamu memberi tahu mamaku dan membantuku melaporkan bahwa aku baik-baik saja.”

“Yah, masuk akal. Bagaimanapun, hubunganku dengan mamamu pasti lebih baik daripada denganmu. Kalau tidak, bagaimana aku bisa menjadi menantunya. Kamu dan aku sudah setengah menikah sekarang. Kamu harus memberiku nama.”

Jian Songyi merasa bahwa suara Bo Huai terdengar lebih buruk di gelombang elektromagnetik. Benar saja, kelembutan orang ini adalah penampilannya, dan binatang buas adalah kebenarannya.

“Bo Huai! Kamu diamlah!”

“Kita tidak akan saling melihat dalam tujuh atau delapan hari, apakah kamu yakin ingin aku diam?”

“Tidak masalah jika aku tidak melihatmu selama tujuh atau delapan tahun!”

“Oh? Kalau begitu aku tidak tahu anak anjing mana yang memintaku untuk menggigitnya, ahh aku ingat dia juga memintaku untuk menciumnya.”

“…”

“Kamu diamlah!”

“Bagaimana aku bisa membujukmu kalau aku diam?”

“Tidak perlu bujukanmu.”

“Jian Songyi.”

“En.”

“Kamu baru saja pergi untuk waktu yang lama. Aku merindukanmu. Apa yang harus aku lakukan?”

Kata cinta sarkastik yang tiba-tiba, membuat Jian Songyi lengah dan melunak.

Dia juga sedikit merindukan Bo Huai, tapi dia menggigit bibirnya dan malu untuk mengatakannya. Dia akhirnya memutuskan untuk mengatakannya dengan suara yang sangat rendah. Namun, pintu asrama tiba-tiba didorong terbuka.

Si rambut cepak berjalan dengan cemberut, diikuti oleh seorang konselor, mengetuk kusen pintu, dan menunjuk ke Jian Songyi: “Ini sudah jam sepuluh, segera matikan lampu dan serahkan ponselmu.”

Tatapannya tegas.

“Bo Huai, tunggu aku.”

Jian Songyi baru saja akan meminta pada konselor untuk menelpon selama tiga menit lagi, tapi Bo Huai di ujung telepon yang lain berbisik, “Hei, tidak apa-apa. Serahkan ponselmu. Patuhlah. Jangan kehilangan kesabaran di luar. Aku akan menjemputmu saat kamu kembali.”

Hidung Jian Songyi masam, tapi ada dua orang asing di sini, jadi dia hanya bisa berpura-pura tenang: “Baiklah, selamat malam.”

“Selamat malam.”

Pada saat ponselnya diserahkan, Jian Songyi membenci dirinya sendiri sampai mati.

Daripada melarikan diri, lebih baik dia dipermalukan oleh Bo Huai sepanjang hari.

Dia menghela napas, dan bersiap untuk tidur.

Si rambut cepak itu tiba-tiba berjalan perlahan ke arahnya: “Apakah kamu dari Kota Nan?”

Jian Songyi mengangkat alisnya.

Si rambut cepak menepuk pahanya: “Persetan, apa kamu itu benar-benar dari Kota Nan? Apakah Bo Huai yang kamu sebut tadi adalah Bo Huai yang aku kenal!”

“Yang mana?”

“Wajah mati yang seperti berpura-pura dipaksakan.”

“…”

Itu seharusnya dia.

Si rambut cepak melihat bahwa dirinya setuju secara diam-diam, dia mengelus kepalanya dan berkata dengan penuh minat: “Hei, bukankah ini kebetulan?”


KONTRIBUTOR

yunda_7

memenia guard_

Keiyuki17

tunamayoo

Leave a Reply