Penerjemah : Keiyuki17
Editor : _yunda
Satu bulan kemudian.
Dalam kegelapan malam di mana orang tidak dapat melihat jari-jemari mereka, hujan lebat turun di daratan. Guntur menggelegar dan kilatan petir melintasi langit malam, menerangi dataran dengan kilatannya.
“Aku tidak tahu harus lari ke mana!” Hong Jun mengelap wajahnya dan melihat sekelilingnya dalam kegelapan. Tampak bahaya yang tak terhitung jumlahnya mengintai pada malam hari. Yao Qi tampak tersebar dimanapun.
“Jangan mengejarnya lagi!” Ikan mas yao yang mengikuti dibelakangnya, berteriak, “Kita hampir tiba di Chang’an!”
Hongjun balas berteriak, “Kita harus menyingkirkan sebanyak mungkin yang kita bisa!”
Hong Jun berdiri di jalanan, tubuhnya basah kuyup dari ujung kepala sampai ujung kaki. Helaian rambutnya menempel di dahinya. Setelah satu bulan perjalanannya dari Gunung Taihang ke Guanlong, pakaiannya sudah compang-camping. Setengah dari tubuhnya masih berdarah, tapi darahnya yang mengalir sudah tersapu oleh hujan dan meresap ke lumpur.
Saat ini, pikirannya dipenuhi oleh pemandangan pondok-pondok jerami yang terbakar di daratan Qinchuan, serta gambaran anak-anak yang kepalanya terpenggal.
Dia mengamati sekelilingnya dengan waspada. Suara hujan menutupi suara gemerisik yao yang berpergian melalui ladang di dataran. Setelah kilatan petir, hanya hujan deras yang tersisa di daratan. Dalam kegelapan, liontin yang tergantung di lehernya merupakan satu-satunya sumber cahaya yang memancarkan kehangatan.
Kemudian, ledakan yang keras terdengar. Tiba tiba dari ladang gandum muncul yao yang panjangnya 2 zhang1 dan berwarna gelap pekat — mulutnya yang menganga penuh dengan deretan gigi yang tajam, ada 5 mata berdarah di kepalanya. Itu seperti lele yang ukurannya sebesar rumah, namun memiliki 4 cakar, dan cakarnya meneteskan lendir saat akan menggigit kelapa Hong Jun!
“Itu ikan ao!”
Ikan mas yao berteriak dan Hong Jun tiba-tiba berbalik. Kedua tangannya menyapu keluar, menciptakan penghalang cahaya seperti mimpi. Ikan ao itu menabrak penghalang itu dengan kepalanya terlebih dulu dan berteriak kesakitan saat jatuh kebelakang.
Dalam sekejap, Hongjun memutar Pisau Lemparnya di antara jari-jarinya dan menembaknya ke mata utama ikan ao, tepat di atas kepalanya!
Pisau lempar Zhanxian adalah harta berharga peninggalan Makhluk Abadi Luya Kuno, yang terbagi menjadi 4 elemen — angin, air, petir, dan api. Saat ini, kilatan Pisau Lempar yang terlempar keluar, memicu kilatan petir di langit yang jatuh seperti air terjun. Ikan ao memalingkan kepala untuk menghindarinya, tetapi mata di dahinya buta tertusuk oleh Pisau Lempar. Ikan ao itu meraung dengan keras, kemudian mulai berguling-guling di tanah sebelum menggali ke dalam lumpur dan menghilang.
Segera setelah itu, lumpur berhamburan dimana-mana di jalanan. Tanah di jalanan pecah seperti gelombang dan melesat ke kejauhan. Hong Jun segera mengambil ikan mas yao dan menaruhnya di buntelannya, kemudian menaiki kuda dan berteriak “jia—!”
Kota Chang’an diselimuti kegelapan yang disebabkan oleh badai. Banyak prajurit di atas kota menggunakan topi bambu saat mereka duduk di bawah atap yang melindungi mereka dari hujan. Kemudian, raungan keras dari monster yao dapat terdengar di luar kota.
“Apa yang sedang terjadi diluar?!”
Semua prajurit terkejut dan bangkit satu persatu. Mereka berkumpul di atas gerbang kota. Kilatan petir melintasi kota, dan mereka melihat kejadian yang sangat aneh di ujung jalan di luar kota — ada sesuatu yang bersinar di lumpur. Lumpur bertebaran di mana-mana seolah bumi terbelah, seperti ada kereta yang tak terlihat dengan cepat bergerak menuju gerbang kota Chang’an di sepanjang jalan.
Di belakangnya, seseorang mengejarnya sambil menunggang kuda, berteriak marah, “Ke mana kau akan pergi—!”
“Tembakkan panah! Tembakkan panah—!”
“Chang’an memiliki jam malam— kau tidak dapat memasuki kota—”
Namun, peringatan itu datang terlambat, atau seseorang dapat berkata bahwa hal yang tak terduga terjadi terlalu cepat. Sebelum pimpinan yang bertanggungjawab atas pertahanan kota menyelesaikan perkataannya, raksasa yang kasat mata yang diselimuti petir telah menabrak parit kota.
“AO—” dengan suara menggelegar, makhluk besar hitam menyerang parit kota dan melompat.
Semua prajurit di atas kota menatap tajam pada ikan ao raksasa dengan empat lengan yang mengibas-ngibaskan ekornya. Menjulang tinggi ke udara, di dahinya ada listrik yang berkedip-kedip.
Dia melompat setinggi sepuluh kaki ke udara, dengan lumpur dan air dari parit kota. Kemudian, terbang di atas kota, menghancurkan tepi kota menjadi berkeping-keping sebelum berbalik ke kota.
Pimpinan pertahanan kota, “…”
Sesaat setelahnya, ikan ao raksasa menghantam tanah di Kota Chang’an. Batu-batu hancur berkeping-keping sebelum terbang ke segala arah. Ikan ao menggali ke dalam tanah sebelum kembali ke jalan utama kota dengan cahaya listrik yang dapat dilihat di permukaan.
“AH—” kemudian lusinan penjaga melompat keluar dan berteriak ketakutan.
“Berhenti mengejarnya!” Sebuah suara berteriak di malam hari.
“Pisau Lemparku masih ada di sana!” Suara lain berteriak balik.
“Panggil kembali Pisau Lemparmu kalau begitu! Apa kamu bodoh?!”
“Aku tidak bisa memanggilnya kembali! Pisau itu tidak dapat keluar dari dalam tanah karena Pisau Lempar itu menancap disana. Sekali aku memanggilnya kembali, pisau itu akan kembali ke tanah dan menghilang!”
Segera setelah semua itu, sebuah kail melesat ke arah kota Chang’an dengan suara whoosh. Sosok yang kuat dan bugar terbang seperti dewa, diterangi oleh cahaya putih. Sekali lagi, para prajurit hanya bisa menatap kosong ketika Hong Jun melangkah dari atap ke atap. Dia mengayunkan tangannya ke udara, lalu melompat dari tanah dan terbang ke kota.
“Ce-ce- cepat…cepat, beri tahu pasukan kekaisaran—!” Di atas kota, pimpinan berteriak panik.
Di kota Chang’an, Hong Jun melemparkan kailnya lagi, mengaitkannya pada atap di sisi jalan, lalu mengurangi kecepatannya sebelum dia berguling di tanah hingga berhenti.
“Ke mana dia pergi?” Kata Hong Jun
“Aku sudah bilang padamu untuk berhenti mengejarnya…” Ikan mas yao yang berada di buntelan Hong Jun, sekarang mengeluarkan kepalanya, membuka dan menutup mulutnya saat minum air hujan.
“Tapi aku sudah mengejarnya!” Hong Jun berkata, “Bisakah kau berhenti mengomel?”
“Di belakangmu, di belakangmu!” Ikan mas yao berteriak. Dia melihat kilatan petir yang dengan cepat berubah di sebuah gang.
“Siapa yang melakukan kejahatan larut malam begini—!”
“Orang itu yang memancarkan cahaya! Tangkap dia!”
Suara tapak kaki kuda yang berdentum di tanah dapat terdengar. Prajurit patroli yang bertugas pada malam hari bergegas, disertai oleh hujan panah. Ikan mas yao berteriak ‘sial!’ dan dengan cepat menyuruh Hong Jun untuk mundur. Hong Jun dengan segera menuju ke arah gang untuk menangkap yao itu. Pecahan batu berserakan di tanah. Jejak ikan ao tidak terlihat lagi, digantikan oleh ledakan di gang sebelah dan teriakan orang-orang di tengah malam.
“Di mana ini?” Hong Jun akhirnya sadar, dia mendongak untuk menemukan atap, untuk melemparkan kait ke atasnya, tapi dia menyadari bahwa dia ada di gang yang dalam dan tanpa apapun yang dapat dikaitkan.
“Ada seseorang datang.” Ikan mas yao berkata lagi dari belakang.
Hong Jun segera berbalik, hanya untuk melihat bahwa ada prajurit yang sudah mengejarnya. Seseorang yang memimpin berteriak, ” Aku sudah menemukannya!, Dia ada di sini!”
Hong Jun terus mundur, tidak tahu bagaimana harus mengatasi situasi ini. Dia tidak bisa membunuh manusia yang tidak bersalah ini seolah-olah mereka adalah yao. Namun penjaga yang melawannya tidak menunjukkan belas kasihan — dengan suara whoosh panah mulai menghujaninya. Hong Jun segera mengeluarkan Cahaya Suci Pelindungnya dan memblokir semua panah sebelum panah itu memantul dari penghalangnya. Seseorang mulai berteriak kesakitan dari tempat mereka ketika ditembak jatuh dari kuda mereka.
“Apa kau baik-baik saja?” Hong Jun sedikit ketakutan, dia takut membunuh manusia secara tak sengaja.
“Yao!” Sebuah suara terdengar jelas, “Menyerahlah!”
Segera setelah itu, seorang jenderal militer menginjak air hujan di tanah saat ia berlari menuju Hongjun!
“Berhenti bertarung! Cepat pergilah!” Ikan mas yao menangis.
“Ke mana aku harus pergi?!” Hongjun terus menghindari serangannya, tidak berani menggunakan Pisau Lemparnya karena dia takut menyakiti pihak lain. Saat dia menghindari semua itu, dia berteriak, “Aku bukan yao!”
“Kau adalah seorang yao.” Ikan mas yao di belakangnya membenarkan perkataan Hong Jun, “Ayahmu adalah Yao Agung berdarah murni, bagaimana bisa kau bukan yao?”
Hong Jun, “…”
Meskipun jenderal militer tidak memiliki mana, keterampilan kung fu-nya luar biasa. Setiap kali Hong Jun mencoba untuk keluar dari gang, jalannya pasti akan dihadang oleh pedang jenderal itu dan dia akan dipaksa untuk mengaktifkan Cahaya Suci Lima Warnanya untuk bertahan.
Hujan deras menodai langit dan menutupi bumi, sementara guntur menggelegar di kejauhan.
“Aku tidak akan melawanmu lagi!” Hong Jun berteriak. Dia berlari menaiki tembok tinggi di gang sempit, kemudian dia berjungkir balik dan melompat dari dinding yang berlawanan dari jenderal militer untuk melarikan diri.
Siapa yang mengira bahwa jenderal militer itu tiba-tiba berbalik dan berteriak sebelum berlari ke depan mengejar Hong Jun dengan menghunuskan pedangnya. Namun, ketika bilah pedangnya menghantam Cahaya Suci Lima Warna, pedang itu benar-benar menerobos pertahanan Hong Jun dengan suara buzz!
Hong Jun tidak menyangka bahwa ada senjata di dunia ini yang dapat menerobos cahaya suci pertahanan tubuhnya. Dia segera berbalik di udara, melipat tangan kirinya dan menahan dengan tangan kanannya. Pada saat yang bersamaan, tubuh bagian atasnya tersentak mundur!
Dalam sekejap, tampak tetesan air hujan membeku di udara — setiap tetesan air mencerminkan pemandangan yang berkilauan dan aneh.
Sekilas, tatapannya bertemu dengan jenderal militer itu, tetapi sesaat kemudian, pedang ditangan jenderal militer itu menikam lurus ke tenggorokannya. Saat liontin yang tergantung di kalung Hongjun terbang ke belakangnya, benda itu berbenturan dengan pedangnya.
‘Senjata ditangannya sangat tidak biasa!’ Hong Jun merasa seperti disambar petir, tetapi sudah terlambat — pedang itu sudah memotong kalung itu, lalu menghancurkan liontinnya. Kristal di liontin itu meledak menjadi bubuk halus, segera setelah itu, gemerlap cahaya yang tidak bisa dilihat orang secara langsung meledak di dalam gang!
Di Kota Chang’an yang berangin, badai terbentuk dari cahaya putih yang menerangi ibukota Tang Yang Agung, dan membuatnya seperti waktu siang hari—
Cahaya yang menyilaukan tersisa untuk sesaat, hembusan angin menerbangkan Hong Jun dan jenderal militer sekaligus. Hong Jun diterbangkan oleh angin dan mendarat dengan keras di atas tanah.
Di sekeliling mereka kembali sunyi, dan hanya hujan deras yang dapat terdengar.
Hong Jun mengerang saat mencoba untuk bangun. Dia menyeka air yang ada di matanya dan tanpa sadar menyentuh lehernya, dan dia langsung merasa seperti disambar oleh petir 10.000 volt.
‘Di mana liontinya?! Liontin itu hancur?’
‘Liontin itu hancur?!’
‘Liontin itu hancur?!’
‘Langit runtuh!’2
Hong Jun tampak merasa hancur. Dia berbalik dan memandangi para prajurit yang mengerang ketika mereka terbaring di atas tanah, lalu memandangi jenderal di depannya. Jenderal itu tidak bergerak, tampaknya dia dalam keadaan pingsan.
“Apa kau baik baik saja?!” Hong Jon menepuk-nepuk mukanya, berteriak dengan cemas, “Bangun! Kemana perginya lampu hatiku?!”
Jenderal militer itu mengenakan baju zirah hitam. Ketika liontin itu hancur, dia tersapu oleh badai dan mendarat di ujung terdalam gang. Langit mulai kembali cerah. Berbagai macam teriakan terdengar di luar gang — tangisan, marah, jeritan para wanita …
‘Sial.’ Kebingungan muncul di pikiran Hong Jun — ‘Liontin itu sudah hilang, apa yang harus aku lakukan sekarang? Tidak, aku harus tenang, semua kekhawatiranku dapat diselesaikan oleh orang yang di depanku sekarang.‘
Hong Jun berusaha mengangkat jenderal militer itu sekuat tenaga, tapi baju zirahnya benar-benar terlalu berat. Bobot orang ini dan baju zirahnya hampir 200 jin3, jadi dia dengan sembrono mulai melepas dan melemparkan semua baju zirahnya ke tanah. Dia berjuang untuk membawa jenderal itu di bahunya, lalu menoleh untuk melihat bagian terdalam dari gang.
Di ujung gang, ada tembok setinggi hampir 1 zhang, tetapi dia tidak tahu ke mana arahnya. Hong Jun menyeret jenderal militer itu terlebih dahulu sebelum membawanya. Tinggi pria ini kira-kira 9 chi. Dengan kedua kaki yang diseret-seret di tanah, dia tetap tidak sadarkan diri. Setelah menyeretnya ke dinding, Hong Jun sangat lelah sampai dia kehabisan napas. Dia mengikat kaitnya di sekitar jenderal militer sebelum menyeretnya lagi sedikit demi sedikit.
Di belakang tembok ada taman. Di dalamnya, dipenuhi oleh pot bunga. Hong Jun mendengar banyak pengejar datang dari sisi yang berlawanan dari dinding, jadi dia dengan cepat meraih tangan jenderal militer dan menyeretnya ke halaman depan sambil terengah-engah. Saat itu, secercah cahaya pertama terlihat. Masih ada gerimis kecil. Kebanyakan orang di Kota Chang’an masih belum bangun. Kemudian, Hong Jun meninggalkan rumah itu, melihat jalanan yang membingungkan dan gang di mana pun. Setelah berbelok, akan ada jalan lain. Dan dia langsung merasa sangat bodoh (sampai tidak bisa berkata apapun).
Pada saat itu, Kota Chang’an di Tang Yang Agung memiliki dua belas gerbang dan 110 rumah di dalamnya. Itu dirancang sendiri oleh Master Yuwen Kai. Di sepanjang jalan, meskipun Hong Jun telah melakukan perjalanan melalui banyak desa, dia belum pernah datang ke ibu kota yang sebesar ini, jadi dia tidak tahu ke mana dia harus pergi.
“Hei! Zhao Zilong! Zhao Zilong!” Hong Jun berbalik untuk melihat ikan mas yang beratnya dua jin. Mata ikan mas yao itu melotot. Mulut ikan itu menganga dan tetap tidak bergerak selama beberapa saat. Dia mungkin tidak sadar setelah Hong Jun jatuh dan kepalanya terbentur ke tanah.
“Bangun!” Hong Jun tidak berdaya dalam menghadapi hal ini, namun dia tidak bisa meninggalkan orang ini dan melarikan diri sendirian, tetapi dia juga tidak tahu harus pergi ke mana.
Di kejauhan, sekelompok penjaga yang lain lewat. Hong Jun tidak berani membuat masalah lagi. Dia tiba-tiba melihat pintu kecil yang terbuka di gang di depannya. Seorang wanita cekikikan di luar pintu ketika dia mengirim seorang pria gemuk keluar, dan setelah beberapa saat menggodanya, dia menuntun keluar seekor kuda. Pria itu kemudian menaiki kudanya dan pergi.
Hong Jun menyeret jenderal bersamanya dan bersembunyi dalam gelap untuk mengamati sebentar. Dia mendengar suara kaki kuda dari tanah di belakangnya — para penjaga yang bertugas mencarinya semakin dekat, jadi dia hanya bisa menguatkan tekadnya dan mengangkat jenderal militer ke atasnya, kemudian berlari menuju pintu yang sedikit tertutup.
Bab Sebelumnya Ι Bab Selanjutnya
KONTRIBUTOR
yunda_7
memenia guard_