English Translator : foxghost @foxghost tumblr/ko-fi (https://ko-fi.com/foxghost)
Beta : meet-me-in-oblivion @meet-me-in-oblivion tumblr
Original by 非天夜翔 Fei Tian Ye Xiang
Penerjemah Indonesia : Keiyuki17
Editor : _yunda
Prolog
Badai salju mengamuk di hamparan lapangan bersalju yang tak terbatas. Para prajurit berjalan di salju seperti ular panjang yang berkelok-kelok; kavaleri seribu orang yang kuat mengejar seorang prajurit. Dibalut zirah dari besi hitam legam, kudanya mengeluarkan darah saat dia berlari. Ribuan anak panah menghujaninya dari langit, sangat tebal hingga menyelimuti daratan bersalju.
“Kau terlalu meninggikan dirimu sendiri! Benar-benar hal yang bodoh!” Agak jauh dari sana, pemimpin musuh berteriak, “Jika kau punya akal sehat, kau akan berhenti bertempur sekarang dan membiarkan kami menangkapmu. Kembali ke ibukota timur untuk diadili! “
Prajurit itu berteriak, “Bahkan kau mengkhianatiku!”
“Jianhong.” Satu batalyon prajurit lainnya tiba di sampingnya, dan dia dikepung dari kedua sisi. Pasukan musuh pun tampak ada di mana-mana.
“Pangeran, semua orang telah melawanmu. Kamu tidak bisa melakukan ini sendirian. Mengapa kamu tidak bisa membiarkannya saja? Jika kamu terus melawan dengan keras kepala seperti ini, itu akan menyebabkan para prajuritmu membuang nyawa mereka secara percuma.” Di pasukan musuh, terdengar suara yang menggema, “Persahabatan yang dulu kau miliki dengan saudara seperjuanganmu, apa sudah tidak berarti?”
“Persahabatan? Saudara seperjuangan?” Prajurit itu mengembalikan pedangnya ke sarungnya dan menyeringai. “Sumpah yang lalu, sekarang hanyalah sebuah kebohongan. Siapa yang dapat mengingat janji apa yang kita buat sebelum semua ini?! Bahkan jika itu berarti mengorbankan orang-orang yang ada di sini hari ini, haruskah kau menggulingkanku dengan segala cara?”
“Hidup atau mati, semuanya akan sama pada akhirnya!1 Dunia mungkin besar, tetapi tidak ada lagi tempat untukmu!”
Salju terus berputar-putar; genderang perang terus terdengar.
Suara genderang terdengar seperti dewa raksasa yang berbaris ke dunia fana dari tepi cakrawala, setiap langkahnya dapat menciptakan gemuruh badai salju.
“Biarkan saja, Pangeran. Kamu tidak punya tempat lagi untuk melarikan diri.”
Batalyon pengejar ketiga terlihat dalam badai salju. Seorang prajurit muda yang tampan melepas helmnya, dan melemparkannya ke salju.
Itu membuat percikan serbuk putih beterbangan. Suara pria itu terdengar di seberang lapangan.
“Mengapa kamu menyerahkan Zhenshanhe2 yang kamu pegang, minum secangkir anggur, dan biarkan aku menuntunmu dalam perjalanan?”
“Semua orang mati,” sebuah suara beresonansi, “Mengapa kau harus mempersulit dirimu sendiri?”
“Kau benar.” Tepi gaun Li Jianhong berkibar di balik zirahnya. Punggungnya tegak ketika dia duduk di atas kudanya melawan angin yang menderu-deru, dan dia berseru dengan suara yang jelas, “Semua orang mati, tapi aku tahu saat ini waktuku belum habis. Orang yang mati di sini hari ini bukanlah aku!”
Yubiguan3 jauh dari peradaban, tapi seseorang, di suatu tempat telah mulai memainkan seruling qiang4; melodi kesepian melayang-layang di udara, jatuh ke tanah bersama butiran salju. Prajurit berkuda mengangkat tombak mereka bersamaan dengan ketukan genderang perang. Begitu genderang berhenti, tiga batalyon tentara berkumpul dan melemparkan tombak mereka ke arah Li Jianhong, Pangeran Beiliang.
“Sudah cukup dengan semua sampah yang kau ucapkan,” kata Li Jianhong dingin. “Siapa yang ingin menjadi orang pertama yang menemui ajalnya?”
“Jika kau ingin bertarung sampai mati di tempat ini dan melepaskan semua kejayaanmu sebelumnya, juga tidak masalah.” Suara pemuda itu tiba-tiba melolong marah, “Siapapun yang berhasil memenggal kepala Li Jianhong hari ini, aku akan memberikan 1000 tael emas! Dan aku akan menjadikanmu seorang marquis5!”
Suara genderang berhenti. Kavaleri mengaum, tetapi geraman amarah Li Jianhong menggema dari bumi ke langit. Dia memacu kudanya saat itu juga, sampai kudanya tidak bisa melaju lebih cepat, dan berbalik, berlari ke arah lereng bukit. Pasukan yang mempertahankan tempat yang lebih tinggi berteriak dan menyerang ke arahnya.
Lebih dari sepuluh ribu orang mencoba untuk menangkap satu orang, formasi pertempuran mereka lengkap. Mereka berkumpul menuju titik pusatnya. Li Jianhong mencengkeram kudanya dengan kakinya, dan menyeret tombak di tangan kirinya dan menghunuskan pedang di tangan kanannya, dia berlari langsung ke arah kekuatan luar biasa yang menerjangnya, seolah-olah berenang melawan arus yang mengamuk. Dengan suara gemuruh, puncak bukit salju runtuh; prajurit yang mengejar tanpa henti tenggelam di bawah gemuruh serbuk putih dan kabut.
Percikan darah di mana-mana. Li Jianhong memotong pedang yang datang ke arahnya menjadi dua bagian dengan satu ayunan pedangnya, dan menjatuhkan kavaleri yang berlari kencang dengan tombak panjangnya, pedangnya meninggalkan jejak kaki yang terputus di belakangnya. Pedangnya memotong besi semudah menembus lumpur, entah bagaimana, pedang itu memotong dengan bersih melalui longsoran salju yang mengarah ke dirinya.
Sepuluh ribu melawan satu, tapi Li Jianhong seperti seekor harimau yang menerobos ke kawanan domba, menghancurkan formasi musuh di tengah kekacauan.
Di bukit bersalju, yang dapat didengar hanyalah ringkikan kuda-kuda perang, suara sepatu bot yang berhenti, dan deru longsoran salju; kegelapan bergulung-gulung menuju ke arah mereka dari langit, seperti awan badai yang berkecamuk, menutupi wilayah utara yang luas. Pemimpin pasukan pemberontak (yang) berkuda berhenti di depan jurang. Salju turun dengan halus dan lebat, meninggalkan debu putih di baju zirah tembaga merahnya.
“Jenderal, kita kehilangan jejak pengkhianat itu.”
“Lupakan. Saat ini kita kembali dulu.”
KONTRIBUTOR
Footnotes
- Ini dari puisi Bai Juyi; ini tentang Daoisme dan kefanaan hidup.
- 鎮山河 Zhenshanhe berarti “penjaga tanah”. Itu adalah pedang besar yang dipegang Li Jianhong di satu tangannya.
- Secara literal, gerbang dinding giok.
- Mereka bukan berasal dari suku Han; itu adalah salah satu instrumen dari banyak suku minoritas di China.
- 萬戶侯 / terkadang diterjemahkan sebagai marquis. Secara harfiah berarti ‘tuan dari 10.000 rumah’.
baru prolognya aja udah seru