Penerjemah: Keiyuki17
Editor: _yunda


Selama periode rut, dikombinasikan dengan heat, ditambah dengan ketertarikan seksual yang tak terkendali satu sama lain antara Alpha dan Omega setelah ditandai sepenuhnya, mereka berdua hampir tidak banyak beristirahat.

Bo Huai membeli dua kotak susu rasa stroberi saat dia pergi membeli obat di pagi hari.

Dia ingat bahwa Jian Songyi menyukai susu stroberi saat dia masih kecil dan seharusnya tidak membenci rasanya saat dia dewasa.

Fakta membuktikan bahwa Jian Songyi benar-benar tidak membencinya.

Dua kotak, isi enam, tidak ada yang tersisa.

Mereka tidak hanya tidak beristirahat di sore hari, tapi mereka juga tidak pergi ke tempat yang mereka tuju malam itu. Mereka tinggal bersama sampai keesokan harinya. Periode heat dan rut akhirnya berlalu, dan keduanya tertidur.

Bo Huai memeluk Jian Songyi dan tiba-tiba merasa bahwa memiliki pacar tiran sekolah itu menyenangkan. Dia bertarung sejak kecil dan tahu esensi berkelahi, sehingga dia bisa bertarung dengan cara lain dan bisa mengimbangi kekuatan dan keterampilan fisiknya.1Maksud Bo Huai, Jian Songyi memiliki stamina yang kuat jadi ketika masalah seks, dia bisa ngimbangin kekuatan Bo Huai yang seorang Alpha.

Kemampuan belajar yang utama sangat baik.

Apa saja bisa diajarkan.

Walaupun sangat galak, sangat pemarah, keras kepala, dan juga brengsek, tapi itu semua hanya penampilannya, nyatanya dia sangat lembut hati dan mudah dibujuk. Saat memanggil Huai gege juga sangat enak didengar.

Sebagai siswa laki-laki yang murni dan miskin, dia secara sepihak puas dengan pelayanan sugar daddy-nya itu.

Berbeda dengan sugar daddy-nya yang sangat lelah hingga hampir pingsan. Pada akhirnya, hanya ada dua pikiran yang tersisa di benaknya.

Apakah Bo Huai seekor sapi jantan, huh?2Begitu kuat.

Apakah Bo Huai diam-diam menyembunyikan sesuatu di belakangnya, kalau tidak bagaimana dia bisa melakukannya dalam posisi apa pun?

Sebelum Jian Songyi menemukan jawaban, dia sudah sangat lelah dan hanya bisa meringkuk di pelukan Bo Huai, tertidur lelap.

Jian Songyi datang ke Kota Bei dengan persetujuan Nyonya Tang.

Saat mereka berada dalam kegelapan kamar, Bo Huai tidak lupa meluangkan waktu untuk melaporkan perjalanan Jian Songyi pada Nyonya Tang, sehingga dalam hati Nyonya Tang, Jian Songyi merawat Bo Huai yang sakit sambil meninjau pekerjaan rumahnya.

Dia merasa sangat bersyukur bahwa putranya akhirnya tumbuh dewasa.

Orang dewasa harus memiliki kemandirian orang dewasa.

Karena itu, Jian Songyi merawat Bo Huai secara pribadi dan tidak bisa diganggu.

Setelah sangat memanjakannya, dia juga tidur sangat nyenyak.

Saat dia bangun, hari sudah gelap dan hujan sudah berhenti.

Jian Songyi berbaring malas di pelukan Bo Huai dan tidak bergerak sama sekali.

Bo Huai mencium kepalanya: “Sayang, kamu sudah tidur lebih dari sepuluh jam. Apa sebegitu lelahnya?”

Jian Songyi bahkan tidak ingin mengalihkan pandangannya.

Bo Huai terkekeh dan mengusap kepalanya: “Bangunlah, lalu kita akan pergi makan malam.”

Jian Songyi bergumam “Aku tidak mau bergerak. Aku lelah.”

“Apa kamu pikir kamu tidak membuatku lelah? Kenapa kamu tidak melihat seprai, selimut, dan penutup sofa yang dikeluarkan dari mesin cuci?” Bo Huai berkata dan mengetuk dinding dengan tangannya yang lain. “Baiklah. Ada juga bukti kejahatan yang tertinggal di sini. Saat kamu pulang nanti, aku harus menemukan cara untuk menanganinya.”

Jian Songyi membuka matanya dan menendangnya: “Kamu menyalahkanku atas ini?”

“Tidak menyalahkanmu, tidak, salahkan saja aku, aku yang sudah melakukannya sendiri, aku ceroboh, dan aku yang harus disalahkan.”

Bo Huai dalam suasana hati yang sangat baik hari ini, jadi dia memperlakukan Jian Songyi layaknya raja. Sambil membujuknya, dia memancingnya keluar dari tempat tidur dan mengenakan pakaiannya.

Dengan bujukan dan pelukan, dia akhirnya membuat tupai kecilnya ini keluar dari pintu.

Di kota setelah hujan lebat, bau actinomycetes3Ini bakteri.. mau tahu lebih lanjut silakan googling ya.. di tanah sangat enak, malam di bulan Mei tidak panas atau pun dingin, dan angin sepoi-sepoi terasa nyaman.

Mereka berjalan perlahan sambil bergandengan tangan. Jian Songyi tidak tahu ke mana Bo Huai membawanya, tapi dia pikir Bo Huai bisa membawanya kemanapun dia mau.

Ini benar-benar tidak bagus, tapi ada bagusnya untuk berjalan seperti ini seumur hidup.

Saat mereka berjalan, mereka tiba-tiba mendengar seseorang memanggil “Bo Huai.”

Melihat ke belakang, itu adalah dua Omega.

Jian Songyi mengangkat alisnya dan menatap Bo Huai. Matanya penuh dengan pertanyaan seperti “tertangkap kau kura-kura bau.”

Bo Huai tidak menjelaskan, tapi menatapnya sambil tersenyum.

Kedua gadis Omega itu memandang Bo Huai, lalu ke Jian Songyi, dan kemudian ke tangan mereka yang saling bertautan, dan keduanya seketika mengerti.

Kemudian dia dengan ramah bercanda: “Bo Huai, tidakkah kamu akan memperkenalkannya padaku?”

“Pacarku, Jian Songyi.”

Ringkas dan tenang.

Kedua gadis itu tertawa lebih cerah: “Tidak heran Dewa Bo kami tidak menyukai siapa pun selama bertahun-tahun, bahkan bunga sekolah. Ternyata tupai kecil yang sebenarnya lebih tampan daripada di foto. Dewa Bo, kamu memiliki mata yang bagus.”

Jian Songyi biasanya cukup narsis, tapi dia masih sedikit malu dipuji oleh orang asing. Selain itu, dipanggil tupai kecil oleh orang luar, membuatnya sangat malu. Jadi dia melototi Bo Huai dengan tatapan kesal.

Bo Huai menjelaskan dengan senyum ringan: “Mereka semua tahu bahwa ada tupai kecil di rumahku, dan di Moments-ku aku juga memposting fotomu.”

Dengan senyum ini, dia menatap dua Omega itu.

Dewa Bo mereka juga bisa tertawa? Bahkan mampu tersenyum begitu lembut?

Bo Huai menatap telinga merah Jian Songyi, dan sudut bibirnya terangkat lebih tinggi. Mengetahui bahwa Jian Songyi takut kehilangan wajahnya, dia tidak menggodanya di depan orang asing. Dia menoleh ke kedua Omega itu dan berkata, “Aku akan membawa pacarku makan malam dulu.”

Kedua Omega itu dengan cepat mengangguk, “Yah, pergilah!”

Setelah itu, Bo Huai meraih tangan Jian Songyi dan terus berjalan perlahan.

Tepat setelah dua langkah jauhnya, suara manis dari dua Omega datang dari belakang: “Tupai kecil! Dewa Bo kami hanya memiliki kamu di hatinya! Jadi kamu harus memperlakukan Dewa Bo kami dengan baik!”

Lalu ada tawa ramah diakhir.

Bo Huai mendengarkan, sedikit tidak berdaya.

Apakah Omega begitu lugas akhir-akhir ini? Bagaimana jika Jian Songyi kabur lagi?

Tapi saat dia baru saja akan menenangkan Jian Songyi, dia melihatnya menoleh dan tersenyum tampan pada kedua gadis itu: “Jangan khawatir, aku hanya memiliki Dewa Bo kalian di hatiku. Aku akan memperlakukannya dengan baik, jadi para Omega kecil di sekolahmu bisa istirahat memikirkannya.”

Kedua Omega kecil itu segera berteriak karena mereka dijejali dengan makanan anjing.

Jian Songyi sangat puas, dia menggenggam jari Bo Huai dan membawa Bo Huai pergi bersamanya.

Bo Huai terkejut: “Bukankah kamu akan melarikan diri jika aku menggodamu sebelumnya? Kenapa kamu tidak malu sekarang?”

Jian Songyi mengerucutkan bibirnya, “Apa yang membuat malu saat kita saling menyayangi? Dan sepertinya ada beberapa orang yang mengejarmu, jadi aku harus menyatakan kedaulatanku.”

Sedikit asam.

Ada cukup kecemburuan.

Bo Huai merasa sangat manis di hatinya: “Oke, nyatakan bahwa aku milikmu.”

“Itu harus, kedaulatan, kepemilikan, dan hakmu adalah milikku.” Jian Songyi merasa bahwa dirinya tidak masuk akal.

Bo Huai tersenyum dan berkata, “Yah, ya, itu semua milikmu.”

Jian Songyi awalnya mengira Bo Huai hanya membujuknya seperti biasa untuk membuatnya bahagia, tapi fakta membuktikan bahwa Bo Huai, apa yang dia katakan, itu selalu berarti.

Bahkan kata-kata cinta yang menipu orang juga membawa banyak ketulusan.

Setelah makan malam, Bo Huai memanggil taksi.

Taksinya melaju ke sebuah komunitas dan berhenti di depan sebuah bangunan.

Jian Songyi menyadari bahwa ini adalah tempat Bo Han membawa mereka terakhir kali.

“Kenapa kamu membawaku ke sini?”

“Menunjukkan rumah kita dalam tiga bulan.”

Rumah.

Kata ini tiba-tiba membuat hati Jian Songyi tergerak.

Bukan rumah seseorang, tapi rumahnya dan Bo Huai.

Dia merasa sedih atas kurangnya  kasih sayang yang seharusnya Bo Huai dapatkan dari keluarganya sejak dia masih kecil, tapi mulai sekarang, dia akan memberi Bo Huai kehangatan sebuah rumah dan luapan cinta yang luar biasa dari sebuah keluarga, memikirkan hal ini membuat Jian Songyi merasakan perasaaan aneh. Perasaan yang memberinya rasa gelitik di dalam dada.

Untuk rumah ini, dia tiba-tiba mulai menantikannya.

Bo Huai membuka pintu dan berjalan masuk sambil menggenggam tangannya.

Rumah tempat Bo Huai tinggal sekarang adalah rumah Bo Han, dan dekorasinya adalah gaya modern yang dingin dan mewah.

Sepintas, di situlah orang-orang yang disebut sukses tinggal.

Tapi Jian Songyi tidak terlalu menyukainya. Rumahnya terlalu besar dan ruangannya terlalu luas. Dan Bo Huai tinggal sendirian, betapa sepinya itu.

Di kediaman yang tersembunyi di komunitas lama di kawasan perkotaan ini tidak begitu besar, yang diperkirakan seluas 120- 130 meter persegi, namun sepertinya mau di mana pun itu, Jian Songyi menyukainya.

Lampu kulit domba, sofa kain, karpet tebal.

Terlihat sangat hangat dan nyaman.

Bo Huai berkata dengan lembut, “Sudah sebulan sejak dekorasi selesai. Saat sekolah dimulai pada Bulan September, formaldehida4Senyawa kimia formaldehida, merupakan aldehida dengan rumus kimia HCO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxaneakan. akan dihilangkan. Itu adalah saatnya kita pindah dan tinggal di sini.”

“Kamu biasanya tidak sibuk kecuali untuk pergi ke sekolah, apa kamu sibuk dengan renovasi?”

“Teman bibi menjalankan sebuah perusahaan dekorasi, yang cukup membebaskanku dari rasa khawatir. Saat aku pergi untuk memilih furnitur setiap akhir pekan, aku sebenarnya merasa sangat senang.”

“Apa yang menyenangkan tentang itu?”

“Memikirkan bahwa kamu mungkin akan menyukainya dan bahagia karenanya.”

Jian Songyi merasa bahwa dia akan dibunuh oleh Bo Huai cepat atau lambat akibat serangan jantung melihat betapa perhatian dan tingginya antusias Bo Huai demi membahagiakannya.

Bo Huai mengeluarkan sandal rumah dan memakaikannya untuknya.

“Aku memilih sofa paling empuk dan terluas, yang nyaman untuk berbaring. Aku memilih TV besar, 86 inch, 4K, sehingga kamu bisa bermain game dengan nyaman. Omong-omong, proyeksi holografik juga dipasang, dan pada hari-hari ketika hujan turun, kita bisa menonton film dan bermain game bersama di sofa.”

“Karpetnya juga lembut, karena kamu selalu suka duduk di lantai.”

“Oh, aku juga memasang backboard.5Ring basket Di sini, ada treadmill. Kamu terlalu kurus, jadi kamu harus berolahraga keras.” Setelah jeda, “Jika tidak, kekuatan fisikmu tidak bisa mengimbangiku di masa depan, dan kamu akan lelah dan pingsan lagi. Ini sangat menyedihkan.”

Jian Songyi, yang tergerak, langsung menahan air matanya kembali: “Bo Huai!”

Bo Huai tersenyum dan meraih tangannya, terus membawanya ke dalam.

“Ini dapurnya. Aku membeli banyak panci sup. Saat aku tidak sibuk, aku akan memasak untukmu untuk memastikan bahwa makanan itu bernutrisi dan lezat, serta membuatmu gemuk. Jangan khawatir, aku juga akan membeli mesin pencuci piring dan lemari desinfeksi. Tidak perlu berebut siapa yang akan mencuci piring di masa depan. Tentu saja, jika tidak ada mesin pencuci piring, aku yang akan mencucinya, karena teman kecil tidak bisa masuk ke dapur.

“Aku memasang bak mandi ganda di kamar mandi. Musim dingin di Kota Bei dingin. Kamu bisa membuat lebih banyak gelembung untuk menghangatkan tubuhmu, atau kamu akan membeku.”

“Sebenarnya, ruang belajar dan kamar tidur utama pada awalnya dipisahkan, tapi kupikir kamu pemalas dan suka bersarang di tempat tidur, jadi aku membiarkannya menyatu, lalu memasang proyektor dan layar besar di kamar tidur. Dengan cara ini, saat aku sibuk di masa depan, kamu tidak perlu duduk denganku di ruang belajar. Kamu cukup berbaring di tempat tidur dan bermain sendiri. Jika kamu bosan, panggil saja aku dan aku bisa menciummu segera setelah aku berbalik.”

“Jendela ceruknya6 sangat besar. Aku juga memasang tatami, aku pikir saat matahari sedang bagus, kita bisa bersarang di sana bersama dan berjemur di bawah sinar matahari. Dan itu pasti sangat nyaman.”

“Tentu saja, aku juga memilih tempat tidur terbesar dan terlembut. Kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau.”

“Ada juga ruang bagimu untuk bermain lego.”

“Aku membeli cermin lantai7 ini karena aku sendiri menyukainya, tapi kupikir kamu juga akan menyukainya di masa depan.”

Kemudian dia melihat kembali ke Jian Somgyi dan tersenyum, “Jadi pacarku, apakah kamu menyukainya?”

Jian Songyi tidak menyadari kenapa Bo Huai menyukai cermin lantai setinggi ini.

Dia hanya berpikir dia menyukai segalanya.

Yang paling dia sukai adalah hati Bo Huai.

Orang yang mengetahui semua kesukaannya, memikirkannya di mana pun berada, dan mengaturnya sepenuhnya dalam kehidupan masa depannya.

Dia memeluk Bo Huai dan membenamkan wajahnya di ceruk leher Bo Huai: “Aku menyukai semuanya.”

Melihat Jian Songyi begitu lembut, Bo Huai merasa bahwa kekasih kecilnya pasti sangat terharu, jadi dia mengusap kepalanya dan berkata dengan lembut, “Masih ada tempat yang belum kutunjukkan padamu. Kamu pasti sangat menyukainya.”

Ada lagi.

Setiap kali Jian Songyi berpikir Bo Huai sudah memberinya cukup dan tidak perlu berbuat lebih banyak, Bo Huai akan selalu mengatakan padanya bahwa tidak ada akhir dari apa yang bisa dia berikan padanya.

Pintu kamar tidur kedua didorong terbuka.

Ada tirai krem ​​tergantung di ujung ruangan, grand piano putih ditempatkan di lantai kayu, dan banyak lukisan dipajang di dinding sekitarnya, termasuk sketsa, lukisan cat minyak dan garis samar.

Bentuk yang berbeda namun remaja yang sama.

Dengan mata persik yang indah dan senyum nakal.

Dia melihat satu demi satu, tapi beberapa tidak dilihatnya.

Bo Huai berdiri di samping piano dan dengan lembut membelai tubuh piano dengan jari-jarinya: “Piano ini ditinggalkan oleh papaku.”

“Bagaimana dengan lukisannya?”

“Aku yang melukisnya.”

“Bagaimana bisa ada begitu banyak?”

“Setelah datang ke Kota Bei pada tahun itu, saat aku merindukanmu, aku melukisnya. Setelah selesai melukis, aku tidak berani melihatnya, tapi aku juga tidak tega untuk membuangnya, jadi aku menyimpannya. Aku tidak mengira akan ada begitu banyak.”

Nadanya tertahan, seolah dia tidak ingin Jian Songyi merasa tertekan.

Tapi Jian Songyi lebih tertekan.

Dia memunggungi Bo Huai, membelai lukisan-lukisan itu inci demi inci dengan ujung jarinya, dan merasakan cinta yang tidak bisa diceritakan dari sapuan jarinya.

Dia tidak berani melihat kembali ke Bo Huai, tapi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak segera menciumnya.

Kemudian dia mendengar shua dan tirai terbuka.

Melihat ke belakang, dia tercengang.

Di luar jendela dari lantai ke langit-langit adalah malam yang gelap.

Balkon yang luas dengan lampu menyala di malam hari dipenuhi dengan rangkaian bunga mawar berduri.

Di malam yang gelap, memantulkan cahaya putih yang dingin, merahnya tampak cantik dan anggun.

“Aku mendapat stek dari tukang kebun profesional. Ini adalah mawar liar umum, bukan jenis yang mahal. Karena aku takut aku tidak akan bisa merawatnya dengan baik. Namun mereka tumbuh dengan cantik dan menawan. Kemampuan berkembangnya juga kuat.”

Bo Huai membuka jendela dan pergi ke balkon, “Kamu tahu, kemarin badainya sangat kencang, mereka tidak hanya tidak rusak, tapi mereka semua juga mekar dalam semalam. Mereka sangat indah.”

Setelah berbicara, dia menoleh dan menatap Jian Songyi, tersenyum, “Apa menurutmu mereka tahu aku membawa pacarku hari ini, jadi mereka memberiku wajah ini.”

Wajah dingin dan putih Bo Huai terlihat sangat cantik dikelilingi oleh bunga mawar.

Hanya saja bibirnya terlalu ringan dan butuh ciuman.

Jain Songyi berjalan mendekat, mengangkat kepalanya, dan menciumnya.

Lembut dan melekat.

“Bo Huai, seperti aku, mereka mekar untukmu.”

Mata hitam Jian Songyi penuh dengan cinta dan kegembiraan yang penuh gairah.

Hati Bo Huai bergerak dan dia menundukkan kepalanya untuk menahan bibirnya. Dia ingin merasakan apakah ada gula yang tersembunyi di mulut ini, bagaimana dia bisa mengucapkan kata-kata manis seperti itu.

Benar saja, ada gula yang disembunyikan.

Itu sangat manis sehingga dia enggan untuk melepaskannya.

Terlalu rakus mencicipi, sehingga mawar di balkon berbalik malu.

Untuk waktu yang lama.

Bo Huai akhirnya merendahkan suaranya dan berkata dengan lembut, “Pacarku, bisakah kamu memberiku tanganmu?”

Jangan bicara tentang tangan, hidup pun bisa dia berikan.

Jian Songyi meletakkan tangannya di telapak tangan Bo Huai.

Tangannya juga indah, panjang dan kuat, dan persendiannya berwarna putih porselen.

Saat cincin polos bertatahkan berlian halus itu diletakkan di jari tengah tangan kirinya, cincin itu menjadi semakin indah.

Cincin itu tidak mewah, namun sederhana dan natural. Dia bisa melihat segala luapan yang dicurahkan di dalam detailnya.

Pada lingkaran polos platinum, deretan berlian halus tertanam, sangat kecil, yang masing-masing dipotong halus menjadi puluhan kelopak. Di bawah cahaya, dengan cahaya mengalir, ada kemewahan tersirat.

Untuk berlian sekecil itu, masing-masing dapat diproses secara merata dan halus, pengerjaan semacam ini pastilah dilakukan oleh seorang ahli.

Tepi lingkaran bawah juga diam-diam diukir dengan tekstur yang indah, yang bisa dilihat sebagai totem mawar.

Sebelum Jian Songyi bisa bereaksi, Bo Huai menjelaskan, “Aku merancang sendiri cincin ini dan mengukir nama kita di cincin bagian dalam. Sebenarnya, aku mendapatkannya dua hari yang lalu. Aku ingin memberikannya padamu nanti, tapi aku selalu berpikir bahwa aku harus memberimu kejelasan.”

Setelah jeda, dia menambahkan, “Tapi ini bukan lamaran.”

Jian Songyi berdebar sangat cepat sehingga berpikir jantungnya mungkin akan tiba-tiba berhenti kapan saja.

Seperti sedikit tersesat.

Bo Huai menangkap ekspresinya, dan membawanya ke dalam pelukannya: “Karena aku pikir jika ini adalah lamaran, ini tidak cukup serius atau cukup baik, dan itu akan sangat menyakitimu. Aku akan menjadi lebih baik di masa depan, aku akan memberimu segalanya yang lebih baik, dan aku akan memberimu upacara lamaran yang formal dan megah, yang akan membuat semua orang iri padamu. Aku memakaikan cincin ini padamu hari ini, hanya untuk memberitahumu, Jian Songyi, bahwa aku pasti akan menikahimu dalam hidupku. Aku sudah menangkapmu, kamu tidak bisa melarikan diri lagi.”

Dia menundukkan kepalanya dan mencium dahi Jian Songyi: “Karena kamu sudah menjadi Jian Songyi-ku.”

Jian Songyi membenamkan dirinya dalam pelukannya, dan berkata dengan suara kasar, “Kalau begitu kenapa kamu tidak memakainya sendiri.”

“Karena aku menunggumu memakaikannya untukku.”

“…”

“Jadi, apakah kamu bersedia memakaikannya untukku? Setelah memakainya, kedaulatan, kepemilikan, dan hakku menjadi milikmu.”

Suara Bo Huai sangat lembut, tulus dari lubuk hatinya.

Setiap kata dari tawanya sendiri dimasukkan ke dalam hatinya dan dijaga oleh Bo Huai.

Jian Songyi merasa bahwa dia harus mengutuk seseorang. Jika dia tidak mengutuknya, Bo Huai akan membuatnya menangis.

Dia kemudian dengan sengit berkata, “Omong kosong, kamu adalah milik Laozi bahkan tanpa mengenakan cincin. Kedaulatanmu sudah lama menjadi milikku.”

Imutnya.

Bo Huai terkekeh dan menyerahkan cincin lain padanya: “Oke, itu milikmu.”

Jian Songyi mengambil cincin itu dan terus melanjutkan: “Jika kamu memakainya, kamu tidak diizinkan untuk melepaskannya!”

“Tidak akan.”

“Jika kamu berani melepasnya tanpa persetujuanku, aku akan memotong tanganmu.”

“Oke, kalau begitu aku akan memberimu pisau.”

Jian Songyi mencoba yang terbaik untuk menjadi galak, terutama menjadi garang, seolah-olah dia bisa lebih keren dengan cara ini.

Tapi saat dia meletakkan cincin itu di jari Bo Huai, matanya memerah.

Dia tidak bisa menjadi kejam.

Suaranya sedikit mengeras.

Dia menggenggam tangan Bo Huai dan membiarkan kedua cincin itu saling bertemu.

Dia berkata, “Bo Huai, tunggu aku, tunggu beberapa bulan, aku akan datang ke Kota Bei, datang ke rumah kita, dan kamu tidak perlu sendirian lagi.”

Seketika dia dipeluk oleh Bo Huai. Masuk ke dalam dekapan hangat kekasihnya.

“Oke, aku akan menunggumu. Kamu harus menepati janjimu.”


Editor Note. Kenapa mereka bisa begitu manis, kenapa mereka bisa buat aku nangis kek gini. Sayang mereka berdua pokoknya. Tinggal 1 chapter terakhir untuk cerita utama. Kek gak nyangka bisa sampai di sini. Selain itu pengen satu yang kek Bo Huai, Tuhan.


 

KONTRIBUTOR

Keiyuki17

tunamayoo

yunda_7

memenia guard_

This Post Has One Comment

  1. GM*

    KETERLALUAN.
    SWEETNYA SO OVER

    SERIOUSLY,
    I CANT

    Kalau di dunia imajinasi Hua Cheng its only the best Man.
    Gue yakin di dunia ini Bo Huai yang paling manis

    Gue gak inget kapan terakhir kali nangis baca cerita bukan karena sedih, tapi karena emang semanis itu cerita dan scenenya
    Bener bener over swet

    Laki laki cem Bu Huoi really to imposibble become a real alias mustahil banget

    Karakter mereka berdua bener bener dah

Leave a Reply