Penerjemah: SelirChu


Li Dong dan yang lain tahu kalau mereka membuatnya tambah repot dan tidak berani menghadangnya. Mereka tetap terdiam dan melangkah ke samping, membuka jalan bagi Xie Bai. 

Xie Bai melangkah lebar hingga ia tiba di sisi pintu bilik. Ia lebih dulu mengumpulkan tiga inti yao dari tanah. Lalu, ia berjongkok di samping celah di antara keramik lantai sambil memegang keliman bajunya. Tepat saat ia akan mengulurkan tangannya, ia mendengar Yin Wushu berkata dengan suara jengkel dan pahit di belakang, “Ck, aku menginjak darah.” 

Xie Bai menulikan telinga dan menarik benda yang hampir terlewatkan dari antara celah keramik lantai. 

Sebuah mutiara merah gelap, bahkan lebih kecil dari sebutir nasi. Dijepit di antara jarinya, tekstur benda itu rapuh dan keras, sedikit tidak nyaman ketika ditekan. Xie Bai takut akan menghancurkannya, jadi ujung jarinya tidak mengeluarkan banyak kekuatan. 

“Apa ini?” Ia bangun dan berjalan kembali. Ditempatkannya mutiara merah kecil di tengah telapak tangannya dan memegangnya di depan Yin Wushu. 

Sekilas, benda ini biasa saja. Jika seseorang mengatakan bahwa benda ini adalah dekorasi yang jatuh dari baju seseorang, maka orang akan mempercayainya. Tapi karena benda itu muncul di sini, pasti artinya tidak sesederhana itu. Lagi pula, potongan mayat telah diatur oleh seseorang membentuk sebuah formasi. Apabila sebuah formasi memiliki lebih banyak atau kurang satu benda saja di dalamnya, akan ada efek yang krusial. Orang yang membuat formasi tentu tidak akan seceroboh itu. Dan lagi, mutiara merah gelap yang kelihatannya biasa ini bisa saja tanpa diduga berguna. 

Dalam benaknya, ia dengan cepat memindai benda yang mungkin memiliki efek tambahan pada formasi mayat, tapi tidak ada satupun yang terlihat seperti ini. 

Kali ini, Xie Bai hanya bisa bertanya pada Yin Wushu. Lagi pula, diantara semua orang yang hadir, Yin Wushu telah hidup paling lama dan telah melihat paling banyak hal. 

Yin Wushu menyipitkan mata sambil menggerakan kepalanya ke belakang dengan ekspresi ‘apa yang kau pegang di depan wajahku’. Ia sepertinya menghina benda yang dipungut dari tanah. Ia melambaikan tangannya, lalu mengernyit sambil menutup hidungnya, “Baunya seperti darah.” 

Setelah ia bicara, ia ingat bahwa Xie Bai tidak memiliki indera penciuman dan terbatuk kering. Ia menurunkan tangannya, menahan aroma itu dengan susah payah dan berkata, “Kelihatannya tidak familiar. Aku tidak bisa memikirkannya saat kau menyiksa hidungku seperti ini. Aku akan memberitahumu hasilnya setelah aku kembali dan memikirkannya, tapi jangan terlalu berharap. Lagipula, aku sudah tua.” 

Xie Bai menarik jarinya bersamaan, menggenggam mutiara tersebut di tengah telapak tangannya. Ia membiarkan tangannya jatuh dan berkata, “Simpan basa basimu.” 

“Mana ada basa basi, mungkin aku akan mengetahui sesuatu pada pertemuan kita selanjutnya,” kata Yin Wushu sambil menaikkan alisnya. 

“Selanjutnya?” Xie Bai sudah bersiap untuk pergi. Mendengar ini, ia tidak tahan untuk tidak mengangkat kepalanya dan berkata datar, “Selanjutnya maksudmu seratus tahun lagi?”

Yin Wushu terdiam karena ketelitian Xie Bai, tidak bisa menemukan kata untuk menanggapinya selama sesaat. Sementara ia kehabisan kata-kata, Xie Bai sudah keluar dari kamar mandi dan menuruni tangga. Kalau bukan karena banyaknya orang di gedung ini yang sakit kronis dan membuatnya takut bertabrakan dengan mereka, maka Xie Bai sudah membuat Pintu Spiritual Yin 1Pintu dalam kabut hitam yang dikontrol oleh Xie Bai. sedari tadi untuk pulang. 

Bahkan sejak ia kembali dari atas sampai ke tempat parkir bawah tanah, Xie Bai telah menggunakan mantra pengalihan pada dirinya. Orang bisa tidak akan bisa melihatnya, jadi ia semestinya tidak perlu khawatir. Ia berjalan melalui pintu kaca di aula lantai satu tanpa menghasilkan suara langkah. Tepat saat ia akan keluar dari gerbang halaman, ujung kepalanya sekali lagi ditepuk pelan oleh seseorang. 

Xie Bai tinggi dan kurus. Kenalannya, entah itu Li Dong dan kawan-kawan serta para koleganya di Pusat Forensik, hampir semuanya lebih pendek dari ia. Mereka tidak akan pernah menepuk kepalanya tak peduli bahkan jika mereka dianugerahi keberanian dari seluruh penjuru dunia 2给十个胆子, Gěi shí gè dǎnzi, diberikan sepuluh kantong empedu. Artinya, diberikan banyak keberanian.

Sepanjang langit dan bumi, hanya Yin Wushu seorang yang berani memakai cara seperti ini untuk memanggilnya. 

Xiao Bai, tunggu, aku ingat sekarang.” 

Xie Bai melangkah sekali dan berbalik untuk melihat orang di belakangnya, “Apa?” 

Yin Wushu menunjuk tangan kiri Xie Bai dengan dagu. “Mutiara itu, aku memang sudah pernah melihatnya, sekitar setengah bulan yang lalu.” 

“Dimana?” tanya Xie Bai. 

Yin Wushu memiringkan kepala, “Aku akan mengantarmu ke sana.” 

Xie Bai sedikit ragu. Ia tadi jelas berkata bahwa benda itu terlihat tidak familiar. Bahkan belum setengah menit berlalu dan ia sudah ingat? Ia dan Yin Wushu telah hidup bersama selama seratus tahun, jadi Xie Bai memiliki pemahaman yang dalam mengenai kemampuan berbohong Yin Wushu. Untuk sesaat, ia tidak tahu yang mana dari kalimat tadi yang merupakan kebohongan dan kebenaran. Tapi, masalah ini berhubungan dengan tugasnya. Oleh karena itu, ia mengangguk setelah meragu sejenak. “Ayo pergi.” 

Keduanya langsung pergi ke arah timur laut Kota Lin, mendarat di depan sebuah pintu toko kecil yang benar-benar diasingkan di pinggiran kota tetangga. 

Ada sebuah papan lampu berbentuk pergi di atas pintu sebuah toko kecil. Entah sudah berapa lama benda itu digunakan. Ia terlihat amat tua, berkedip dan menampilkan nama toko kecil itu dengan redup—Gerbang Huai Tembakau dan Minuman. Hal yang paling menyebalkan adalah lampu di belakang karakter ‘Huai’ rusak dan hanya separuhnya yang menyala. Sekilas, delapan dari sepuluh orang lewat akan membacanya sebagai Gerbang Hantu Tembakau dan Minuman3(槐) artinya (Huái) vs(鬼) (guǐ) yang berarti hantu.

Jalan ini kemungkinan adalah jalan paling sepi di distrik Kota Lin. Di sepanjang kedua sisi, jumlah rumah yang terjual di area perumahan dapat dihitung dengan jari. Daerah ini menjadi sangat gelap saat malam dan tempat sekitarnya memiliki tanda ‘disewakan’. Hanya toko tembakau dan minuman inilah yang berdiri sendiri di ujung jalan seperti ciri khas buatan, membagi wilayah perkotaan dengan distrik pinggir kota. 

“Di sini?” Xie Bai menolehkan kepala dan menyapukan pandangannya segera setelah ia mendarat. 

Pemilik Gerbang Huai Tembakau dan Minuman tiba-tiba mengangkat kepalanya dari belakang meja, kacamatanya melorot dari batang hidung hingga ke ujung, mengikuti pergerakannya. Ia terpaku sesaat sebelum buru-buru menyingkirkan tablet di tangannya, berdiri dan memberi salam pada Xie Bai dan Yin Wushu dari jauh. Kemudian, ia dengan mulus mengeluarkan sebuah penyimpan dupa dari bawah meja dan buru-buru memasukkan tiga batang dupa, dengan penuh hormat menyalakannya ke arah dua sosok tersebut. 

Xie Bai: “….” 

Yin Wushu menyunggingkan senyum palsu dan mengangguk ke arah si pemilik yang gemetar. Wajahnya berubah pada waktu ia menolehkan kepalanya, menarik Xie Bai menjauh dengan ekspresi berkecil hati dan frustasi. 

Yin Wushu tidak pernah tahan menerima penghormatan seperti ini. Apa yang ia katakan pada Xie Bai sewaktu dulu ialah: “Aku belum pikun. Ketika mereka menempatkan dupa batangan dan menyembahku seperti ini, aku mendadak menjadi leluhur yang telah mati.” 4Istilah sebenarnya adalah 仙人板板, sebuah ucapan Sichuan (biasanya digunakan sebagai umpatan). 板板 berarti papan peti mati.  仙人adalah homofon untuk 先人 yang berarti leluhur.

Tertular dengan cara berpikir Yin Wushu, kapanpun Xie Bai menemukan sikap pemujaan seperti ini setelahnya, ia secara khusus merasa tidak nyaman dan punggungnya secara refleks selalu kaku seperti papan peti. 

“Ayo, kita susuri jalan ini.” Yin Wushu menunjuk ke arah tangga menurun di samping dinding toko tembakau dan minuman, mengisyaratkan agar Xie Bai pergi lebih dulu. 

Setelah menuruni tangga itu tiga langkah dan berjalan, ada sebuah sungai yang setengah mengitari distrik kota. Sungai ini tidak begitu besar, hanya sekitar sepuluh meter, tapi sangat panjang, berliku dan berkelok hingga ujungnya tak terlihat. Dulu, ada sebuah perkumpulan yang dibangun di tepi sungai. Perkumpulan itu telah dihancurkan dua tahun lalu tapi reruntuhannya masih belum dibersihkan sepenuhnya. Sekilas, area itu dipenuhi tembok yang telah menjadi puing. 

Xie Bai memaku sesaat sebelum menuruni tangga. Ia menghindari puing dan langsung berjalan ke ujung sungai. 

Malam di Kota Lin selalu gelap dan lembap, udara dingin terasa amat berat. Selapis kabut tipis menutupi permukaan sungai. Area yang sedikit lebih jauh nampak sedikit kabur dan tidak jelas di antara kabut. 

“Berjalanlah, sudah dekat.” Yin Wushu menyusulnya dari belakang dan mendorong pelan punggung Xie Bai, mengisyaratkan agar ia tidak berhenti. 

Jalan di sepanjang tepi sungai sangat sempit, hanya bisa dilewati satu orang. Xie Bai tidak menuruti ucapan Yin Wushu dan tidak maju lagi. Sebaliknya, ia memiringkan tubuhnya  dan memberi isyarat sambil berkata datar, “Kau jalan lebih dulu, aku akan mengikuti.” 

Yin Wushu mengangguk, “Ya sudah.” Setelahnya, ia juga memiringkan tubuhnya. 

Saat pria itu melewatinya, Xie Bai sedikit menundukkan kepalanya, sedikit menggeser tubuh bagian atasnya ke belakang agar tidak menyentuh Yin Wushu. 

Untuk yang bingung bagaimana posisi mereka, jadi semisal ada dinding berarti punggung XB dan punggung YWS sama-sama menghadap dinding, sementara tubuh bagian depan mereka saling berhadapan.

Keduanya berganti posisi dalam sekejap mata. Yin Wushu di depan, Xie Bai di belakang, tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat, sekitar satu langkah jaraknya. Karena tadi hujan, tidak ada cahaya bulan maupun bintang. Hanya ada sinar dari kota di belakang mereka, bersinar samar, membuat suasana tidak begitu gelap. 

Yin Wushu sangat tinggi, begitu tinggi hingga bahkan Xie Bai harus sedikit mendongak untuk melihatnya. Tapi, bayangannya sangat pendek, selalu mendarat di bawah langkah kaki Xie Bai, sangat pudar hingga nyaris tak terlihat. 

Ketika mereka melangkah lebih jauh, kabut di permukaan sungai pun semakin pekat dan lebat. Kemudian, bahkan siluet Yin Wushu juga tidak terlihat. 

“Kau sudah selesai bekerja, kenapa masih menutupi matamu?” Keduanya sudah berjalan dalam diam sejauh ini. Yin Wushu yang berjalan di depan, mendadak membuka mulutnya. Suaranya sangat pelan dan ringan, seolah suaranya akan hilang ke dalam kabut setelah ia mengucapkannya. 

Xie Bai terkejut namun tidak langsung merespon. Setelah beberapa langkah kemudian, ia dengan datar menjawab, “Toh tidak ada bedanya meski kubuka.” 

Yin Wushu tersenyum dan berkata, “Sepertinya sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihat matamu.” 

Xie Bai berkata, “ …. kau berjalan di depan, kau tetap tidak bisa melihatnya meski kubuka.” 

Mendengar ini, Yin Wushu menolehkan kepalanya dan melihat ke belakang, matanya mengernyit ke arah perban hitam di mata Xie Bai untuk sementara. Kemudian, ia berdiri di tempat dan mengetukkan kakinya di tanah, “Kalau tidak salah, ini dia tempatnya.” 

Mereka berada di tengah sungai, kabut di sini lebih tebal di antara lainnya. Di depan mereka, ada dua jembatan paralel yang melintasi permukaan sungai, satu melengkung dan yang satu lurus. Dek jembatan yang lurus terlihat sangat tua. Tampaknya cukup banyak orang yang menggunakannya, permukaan batunya telah usang hingga polanya terlihat. Namun jembatan yang melengkung terlihat sangat terpencil, setiap celah di antara batuannya berwarna kehijauan dan ditumbuhi cukup banyak lumut. 

Xie Bai sangat familiar dengan kedua jembatan ini. Yang lurus diperuntukkan kepada pengunjung. Tak peduli berapa lama kau mencoba, kau hanya bisa berjalan maju atau mundur di antara dua tepi sungai. Tapi yang melengkung, setengah berada di luar sementara yang lain berada di dalam kabut, tidak mungkin melihat kemana jembatan itu mengarah. Apabila orang luar menyusuri jembatan ini, mereka akan menemukan bahwa jembatan itu rusak di tengahnya dan akan jatuh ke sungai bila tidak sadar. 

Hanya Xie Bai yang bisa menyebrang tanpa halangan, karena di sisi lain jembatan yang melengkung ini merupakan kediaman generasi Tamu Yin yang sebelumnya. 

“Kau pernah melihat mutiara seperti ini di sini?” Xie Bai mengangkat tangan kirinya dan bertanya sambil mengerutkan alis. “Kenapa kau datang ke sini?” 

“Oh, aku datang ke area ini untuk bekerja setengah bulan lalu. Aku melewati tempat ini, jadi datang untuk berkeliling.” Yin Wushu balik menatap bolak balik antara kedua jembatan dan melangkah ke jembatan yang lurus. “Kau tidak tinggal di sini lagi, kan? Kulihat tak ada seorangpun yang menyusuri jembatan ini untuk waktu yang lama.” 

Xie Bai berdiri di tempat untuk sejenak, melihatnya berjalan ke tengah jembatan lurus sebelum berkata ‘en’. Ia berkata, “Terlalu ribut. Aku pindah ke tempat yang tenang dan sunyi.” 

“Ribut?’ Yin Wushu menatapnya dengan kagum. “Kalau tidak salah, kediaman Tamu Yin selalu berubah sesuai dengan preferensi Tamu Yin itu sendiri. Tidak mungkin ia menentangmu. Apa rumahnya terlalu bobrok dan rusak? Beri catatan pada para atasan, ba.” 

Xie Bai menggelengkan kepalanya. Tepat saat ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, ia melihat sebuah cahaya redup bersinar, dari sebuah objek di antara celah batu yang berada di belakang Yin Wushu. 


Catatan Penerjemah:

Hai, maaf karena keterlambatan updatenya. Omong-omong, aku menunggu Eng-TL update, tapi sampai sekarang mereka baru up hingga chapter 12. Kalau seandainya aku berhasil mengejar, maka aku akan mengerjakan DDP lebih dulu sambil menunggu update Yin Guest, atau aku akan berusaha TL dari MTL (kalau ada).

KONTRIBUTOR

SelirChu

Leave a Reply