Penerjemah : Keiyuki17
Editor : _yunda
“Jadi kita harus kembali ke ruangan itu dan melihat… Hong Jun?”
Li Jinglong mengerutkan alisnya. Semua orang melihat ke arah Hong Jun, hanya untuk melihatnya berdiri secara tidak sadar, berjalan keluar dari aula dan berhenti di lorong.
Ini adalah tempat yang dia kenali, tapi di dalam kenangannya semua nampak berbeda. Hong Jun melihat ke sekelilingnya dan merasa bahwa dia telah mengingat serangkaian kenangan yang tidak dia miliki sebelumnya —
— Apa yang terjadi? Apa itu disebabkan oleh Serbuk Lihun? Tapi bukankan Serbuk Lihun hanya memiliki kegunaan untuk membuat seseorang melupakan kejadian yang sebelumnya terjadi? Lalu bagaimana hal itu menyebabkan dia mengingat masa lalunya?
” Ayah—! Ayah!”
Di dalam ingatannya, suara Hong Jun kecil terdengar keras dan serak saat bayangan hitam melintas, mendarat di halaman.
Itu adalah Qing Xiong! Hong Jun tiba-tiba memalingkan kepalanya, hanya untuk melihat Qing Xiong di masa lalu.
Dia mengenakan setelan jubah panjang, dan melangkah ke depan, “Kau sudah membunuh cukup banyak, kan?”
Di dalam aula itu sendiri, di bawah kilauan cahaya keemasan, sepasang suami istri berpelukan satu sama lain dalam kematiannya. Wajah mereka sudah kabur dan tak dapat dikenali, dan Hong Jun kecil melompat ke arah mayat-mayat itu, berteriak dan menangis histeris, tapi Qing Xiong mengangkat kerahnya dan menariknya kembali.
“Ayah—” Hong Jun kecil berteriak memelas, tapi suara Qing Xiong terdengar dari suatu tempat di dekat telinganya.
“Shh. Lihat aku, lihat aku.” Qing Xiong berlutut dan membalik tubuh Hong Jun ke arahnya, kedua matanya menatap Hong Jun. Mulutnya bergetar sedikit saat dia mengatakan sebuah kalimat ke Hong Jun.
Hong Jun kecil berdiri dengan bodohnya di halaman, menatap ke sekelilingnya, sebelum Qing Xiong memaksa untuk hanya melihat ke arahnya, dia menepuk kepala Hong Jun kecil dengan lembut — tapi kata-kata itu menjadi kabur dan tak terdengar.
Apa yang telah dikatakan Qing Xiong? Hong Jun mengerutkan keningnya. Kalimat itu tampaknya pernah dikatakan Qing Xiong berulang kali, tapi dia sudah melupakannya. Tapi di Departemen Exorcist, dan pasangan yang tewas itu, apa yang terjadi disana?
“Hong Jun!” semua orang memanggilnya.
Li Jinglong berjalan keluar ke halaman, menaikkan tangannya dan melambaikannya di depan wajah Hong Jun, lalu bertanya, “Apa kau baik-baik saja?”
Hong Jun merasa bahwa dia telah melupakan sesuatu yang Qing Xiong pernah katakan padanya, sesuatu yang penting, tapi dia malah mengingat hal-hal yang lebih aneh. Dia menutup matanya dan menggelengkan kepalanya dengan tujuan untuk membersihkan ingatan yang kacau dari pikirannya.
Li Jinglong terkejut dan bertanya, “Ada yang salah?”
Hong Jun menarik napas dalam-dalam sebelum memberi isyarat bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mereka kembali ke aula utama dan duduk disana. Dia menaikkan alisnya dan bertanya tentang kesimpulan yang mereka dapatkan.
“Malam ini kita akan bergerak,” kata Li Jinglong. “Aku rasa aku tahu apa yang akan kita lakukan. Kita harus menemukan semacam petunjuk di Yishi Lan, tapi kita harus memeriksanya lagi untuk memastikannya. Sekarang, semua orang harus beristirahat dulu sejenak, dan kita akan berkumpul lagi malam nanti.”
Mo Rigen, A-Tai, dan Qiu Yongsi mengangguk, tapi tak seorang pun dari mereka ada yang bergerak, semuanya melihat ke arah Hong Jun. Hong Jun bergegas meyakinkan semua orang bahwa dia baik-baik saja, dan akhirnya mereka pergi.
Di sore hari, tepat saat Hong Jun sedang berbaring, Li Jinglong datang untuk memeriksanya. Dia duduk di pinggir tempat tidur dan bertanya, “Kong Hong Jun, hari ini apa yang terjadi padamu?”
Dan saat mengatakan itu, Li Jinglong mengangkat tangannya dan meletakkannya di atas tangan Hong Jun.
Jantung Hong Jun tiba-tiba berdetak sangat cepat, dan dari lubuk hatinya yang paling dalam muncul sebuah dorongan yang aneh untuk menjangkau dan menggenggam tangan Li Jinglong dengan tangannya sendiri saat dia mengatakan semua kenangannya yang terjadi barusan — tapi dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada mereka, jadi dia hanya menjawab, “Tidak ada apa-apa.”
“Jika kau memiliki kekhawatiran dalam pikiranmu, kau dapat menceritakannya padaku kapanpun kau mau,” kata Li Jinglong sambil menarik tangannya kembali. “Jika kau merasa tidak nyaman setelah menghirup Serbuk Lihun, kita harus cepat mencari solusinya.”
Hong Jun segera meyakinkannya bahwa hal itu tidak ada hubungannya dengan Serbuk Lihun, dan Li Jinglong mengangguk sebelum dia berbalik untuk pergi. Hong Jun berguling, menguap, dan akhirnya tidur.
Matahari terbenam, dan bayangan gunung-gunung menutupi Istana Daming1.
Seorang wanita yang mengenakan gaun yang rumit melangkah di bawah bayangan dinding luar istana, berjalan seperti hantu, tak bersuara.
“Aku dapat merasakannya, itu ada di Kota Chang’an.”
Pria berpakaian hitam dengan luka di keningnya berdiri dalam diam disana.
“Fei Ao, kau pergi memeriksanya,” wanita itu menekannya.
“Berikan aku sesuatu untuk dimakan,” pria berjubah hitam yang baru saja dipanggil Fei Ao, menjawab dengan tidak sabar.
“Disana akan ada makanan,” wanita itu berkata dengan aura yang berat. “Kita harus menemuan orang itu. Mara2 belum stabil…”
“Beri aku makan!” Fei Ao menarik bibirnya untuk memamerkan gigi-gigi tajamnya.
“Itu bukan makananmu!” kata wanita itu sambil mengancam dan melangkah maju. “Bawa dia kembali, dan akan ada sesuatu di sana untuk kau makan.”
Matanya tiba-tiba memancarkan warna merah. Fei Ao mundur setengah langkah, diam sebentar, sebelum dia berbalik dan melompati dinding, menghilang ke dalam senja.
“Nyonya.” Seorang pelayan terburu-buru, tapi dia tidak melihat orang lain di sana. Dia dengan lembut bertanya, “Apa ada orang lain di sini? Anda…”
Dalan sekejap, wanita itu memalingkan kepalanya, dan pelayan itu menjerit menusuk telinga.
“Tolong—” pelayan itu mencoba berteriak tapi teriakannya teredam oleh uraian kabut hitam. Matanya terbuka lebar, menatap ke rambut-rambut yang menutupi wajahnya, sebelum tatapannya melekat pada monster yang mengenakan gaun yang rumit. Tawa cekikikan keluar dari tenggorokanya saat semua tubuh pelayan itu dihisap sampai kering dengan kecepatan yang sangat cepat dari yang bisa diikuti oleh penglihatan manusia, dan dalam sekejap pelayan itu berubah menjadi kerangka, seperti manusia yang keriput. Dengan suara yang ringan, pelayan itu jatuh ke lantai.
Guifei itu, masih mengenakan terusan gaun yang rumit, berjalan ke arah cahaya matahari saat dia bersiul ke arah gunung-gunung. Beberapa serigala liar melompati dinding dan mengambil mayat pelayan itu, menyeretnya keluar dari Istana Daming dan melemparkannya ke jurang.
“Hong Jun, bangunlah.” Mo Rigen menepuk-nepuk pundak Hong Jun. Hong Jun merasa bahwa kepalanya sangat sakit, tapi dia berguling dan bangun.
Mo Rigen menyentuh kening Hong Jun; dia tidak terkena demam, jadi dia bertanya, “Merasa tak enak? Apa kau ingin tidur sedikit lebih lama?”
Hong Jun bermimpi sangat panjang dan aneh tapi ketika dia bangun dia melupakan segalanya, jadi dia membuat isyarat untuk menunjukkan bahwa tidak ada apa-apa. Disaat mereka meninggalkan Departemen Exorcist, semua orang telah membuat persiapan mereka sendiri. Li Jinglong membawa busur yang disampirkan di punggungnya dan pedangnya di pinggangnya, yang sekarang membagikan tugas ke semua orang.
Hong Jun mengingat kejadian di sore hari tadi di saat Li Jinglong meletakkan tangannya di tangan Hong Jun, dan Hong Jun merada bahwa dia dapat diandalkan, jadi dia melangkah lebih dekat, tapi ketika orang lain di sekelilingnya tidak mengatakan apapun, jadi dia hanya menganggukkan kepalanya sekali.
Ikan mas yao berada di punggung kuda. Kedua kakinya menjuntai di udara dan kepalanya bersandar di punggung Li Jinglong saat ia tertidur, tangannya terkulai di atas bahunya.
“En.. ayo pergi.” Hong Jun memutuskan untuk melupakan kejadian di sore tadi, meskipun itu memberinya perasaan gelisah yang samar-samar.
Suara genderang mulai terdengar, dan mereka berlima melompat ke atas kuda. Mereka memacu kudanya dengan cepat, dan setelah tiba tepat di luar Pingkang Li, A-Tai dan Qiu Yongsi berbelok ke arah jalan utama sedangkan Li Jinglong, Hong Jun, dan Mo Rigen berjalan ke gang belakang. Mo Rigen mengangguk kepada mereka berdua sebelum berbalik ke arah dinding, memasuki halaman belakang Yishi Lan.
“Hammurabi dan Qiu Yongsi akan pergi untuk mengalihkan orang-orang yang ada di dalam gedung,” jelas Li Jinglong saat dia menurunkan ikan mas yao dan melihat Hong Jun yang menatap sekelilingnya. “Mo Rigen yang akan bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan kepada kedua grup, dan kita berdua akan kembali ke kamar itu untuk menyelidikinya lagi.”
“Wow, di sini sangat meriah,” kata Hong Jun.
Ini adalah pertama kalinya Hong Jun datang setelah genderang berbunyi, dan dia merasa bahwa Chang’an berubah. Semua bangunan di Pingkang Li dipenuhi dengan cahaya dan tarian, dan lentera merah yang menyala, memancarkan cahaya merah di sekitar mereka saat musik bergema di jalanan.
Di sebelah kirinya, alat musik pipa terdengar ke jalanan Nightingale of Spring Dawn, seperti ribuan mutiara yang jatuh dengan lembut ke drum besar; di sebelah kanannya, Yishi Lan dipenuhi dengan suara sepuluh lebih konghou3 yang menggelegak tak henti-henti seperti mata air pegunungan yang baru saja terbebas dari kungkungan salju. Dari atas kedua menara, kain kasa merah berjatuhan, mengiringi teriakan pujian dari para pengusaha dan orang terpelajar saat wanitanya tersenyum tanpa henti. Menatap ke atas Yishi Lan, semua menara diterangi oleh cahaya lentera, dan di balik tirai mereka berhias dekorasi emas dan Zamrud Qianfeng, sementara bayangan manusia lewat seperti siluet yang terpancarkan dari lentera yang berputar4. Sebuah ungkapan, “bernyanyi dan menari di sepanjang malam, sejauh 10 mil di Pingkang Li” sangat cocok menggambarkan pemandangan ini.
“Sebenarnya tempat macam apa ini?” akhirnya Hong Jun merasakan keraguan dalam hatinya.
Li Jinglong tidak dapat mempercayainya, Hong Jun bahkan tidak tahu apa itu rumah bordil. Dia tidak tahu apakah Hong Jun benar-benar naif seperti yang dia bayangkan, jadi dia sejenak menatap Hong Jun yang ada di depannya, dan melihat bahwa wajahnya benar-benar sangat polos, lalu dia bertanya, “Apa kau serius?”
Hong Jun: “?”
“Itu adalah…” Li Jinglong berpikir keras, sebelum berkata, “jadi, ini bukan tempat yang baik.”
Hong Jun bertanya lagi, “Terakhir kali ketika aku membawamu ke Nightingale of Spring Dawn, kenapa mereka mengejekmu sampai segitunya?”
Li Jinglong menaruh tangannya di keningnya, menandakan bahwa dia seharusnya tidak perlu terus bertanya. Kenyataannya adalah bahwa di antara semua pejabat di Chang’an, siapa yang tidak akan datang kesini? Itu hanya sebuah alasan untuk menggunakan dirinya sebagai contoh, itu saja.
Tapi Hong Jun benar-benar mempunyai rasa ingin tahu yang sangat dalam sampai ke dasarnya, jadi dia lanjut bertanya, “Apa kau pernah datang kesini sebelumnya?”
“Tidak pernah,” jawab Li Jinglong. Tepat pada saat itu, seorang terpelajar memeluk wanita cantik dan terhuyung-huyung keluar dari gang kecil di dekatnya. Dia jelas sedang mabuk ketika dia terhuyung-huyung menuju pintu belakang, dan Li Jinglong menarik Hong Jun ke sampingnya, keduanya bersembunyi di tempat yang lebih gelap.
Hong Jun tidak dapat menahan diri untuk tidak mengintip, karena keingintahuan dalam hatinya hampir menembus langit. Li Jinglong melihat bahwa tampaknya dia sedang tidak berpura-pura, dan menjawab dengan terus terang, “Aku tidak suka…”
“Tidak suka apa?” Hong Jun memalingkan kepalanya ke belakang. Mereka berdua berdiri sangat dekat, dan Li Jinglong bergerak sedikit ke belakang untuk memberi jarak di antara mereka berdua.
“Aku tidak suka teman kencan yang bersifat sementara seperti itu,” jawab Li Jinglong.
Hong Jun dapat menebak ada arti yang tersembunyi di dalam kalimat itu. Li Jinglong bertanya keheranan, “Kenapa kau tidak mengetahui apapun? Selain orang tuamu, bukankah ikan mas yao pernah mengajarimu?”
“Kalau begitu, kau yang beritahu aku?” Hong Jun meletakkan satu tangannya di dekat telinganya. Sesuatu yang lebih misterius dan dirahasiakan, maka akan jadi lebih menarik.
Li Jinglong: “…”
Di saat yang sama, di pintu masuk Yishi Lan.
“Hai mei hou bi—” A-Tai tersenyum lebar saat dia membuka lengannya lebar-lebar.
“Wah—dia datang lagi!”
“Itu dia si orang Hu! Orang Hu yang memainkan kecapi datang kesini lagi!”
“Kekasihku— sayang—”
A-Tai mengangkat dagu wanita tua itu dan dengan lembut membuat gerakan kecupan. Wajah wanita itu sangat merah, dia tersenyum dan berkata,”Gongzi-ge5, datang ke sini lagi! Kamu tidak datang selama beberapa hari belakangan, semua gadis-gadis itu menunggumu.”
A-Tai tersenyum, “Aku tidak punya pilihan, ay, setelah pertama kali aku datang kesini, aku harus menebus kesalahanku dengan atasanku. Sekarang aku punya waktu luang, bukankah aku datang kesini untuk melihat kalian semua?”
“Ah—”
Segera setelah A-Tai masuk ke aula, para wanita itu turun ke bawah dan dengan teriakan nyaring mereka memenuhi aula. Kejadian itu membuat semua tamu di balik layar sangat penasaran, jadi mereka menjulurkan kepala mereka untuk melihatnya.
“Qiu-gongzi juga datang!” kata seorang wanita. “Bagaimana jika kamu membuatkan sebuah puisi untuk kami?”
“Ceritakan pada kami tentang biaoge-mu6.”
Qiu Yongsi tersenyum dan menjawab, “Malam ini, mari mendengarkan permainan kecapi A-Tai terlebih dulu.”
A-Tai berjalan ke aula, dan para penari wanita menghentikan gerakan tariannya, menyingkir untuk membiarkannya lewat. A-Tai memeluk salah satu dari mereka, mendaratkan kecupan lembut di wajah lembutnya, sebelum berjalan sendirian ke kursi terdalam di aula.
“Tidakkah kalian akan memberi kami anggur?” Qiu Yongsi tersenyum.
Salah satu pelayan segera membawakan anggur. Malam ini, banyak orang terpelajar yang datang dari jauh7 untuk mengunjungi ibu kota, dan melihat bahwa teman wanita mereka menjulurkan kepalanya dan mengintipnya, lalu mereka bertanya dengan tidak senang, “Ada apa dengan orang Hu itu?”
“Shh.” Para wanita itu mengisyaratkan agar mereka tidak bertanya lagi, sebelum mereka menjulurkan kepala mereka lagi dari belakang layar untuk melihatnya.
Di atas kepala A-Tai, tergantung banyak lentera yang bercahaya, dan di lantai dua dan tiga dipenuhi oleh gadis-gadis. Di belakang mereka, banyak pengunjung yang bingung dan akhirnya mengikuti mereka untuk melihatnya — hanya untuk melirik saja, di bawah cahaya lampu, rambut ikal A-Tai yang berwarna coklat tua, matanya yang dalam dan berkilau seperti lautan, hidungnya yang mancung dan alisnya yang dalam, dan kulitnya yang berwarna susu. Dia tersenyum kepada semua yang hadir untuk menyaksikannya.
Seluruh aula menjadi hening saat A-Tai duduk dan menyilangkan kakinya. Memegang kecapi barbat di lengannya, tanpa memetik senarnya, dia berdehem dan mulai bernyanyi.
“Berapa banyak taman terlantar yang dulunya dipenuhi oleh kebun bunga…”
“Berapa banyak istana yang telah menjadi reruntuhan…“
Di jeda setelah nyanyiannya, kelima jarinya memetik senar kecapi barbat, dan senarnya bergema satu demi satu, itu seperti gelombang energi yang aneh yang mengalir keluar dari jari-jarinya, seperti cahaya bulan yang memenuhi aula dan halaman. Senar peraknya mengeluarkan nada stakato, dan dari rumput liar yang ada di luar, muncullah seekor rusa jantan yang bercahaya putih. Dan dalam sekejap, bunga kelopak putih memenuhi aula.
“Aku mabuk akan kedalaman matamu, dan aku telah lama melupakan waktu yang telah berlalu…“
A-Tai sedikit memiringkan kepalanya dan menutup matanya. Wajah tampan dan postur yang bagus mencuri perhatian semua orang. Dan semua pintu di lantai dua dan tiga terbuka lebar saat semua orang sudah terperangkap dalam mantra musik, berjalan pelan menuruni tangga untuk mendengarkan musik A-Tai.
Pada saat itu, seluruh orang di dalam bangunan tampak terperangkap dalam mimpi, dan semua orang tenggelam ke dalam musik.
Tampak senyuman lembut terlukis di wajah Qiu Yongsi. Dengan dua bola kapas dimasukkan ke dalam telinganya, dia mengayunkan kepalanya dengan lembut sesuai irama musik.
Di gang belakang, setelah Hong Jun mendengarkan penjelasan Li Jinglong, seluruh wajahnya berubah merah, dengan campuran keingintahuan dan kegembiraan, dia bertanya, “Benarkah?”
Li Jinglong tidak akan pernah mengulangi apa yang telah di katakan kepada Hong Jun seumur hidupnya.
“Kau tidak boleh mengatakannya kepada orang lain!” perintah Li Jinglong.
Secara teknis, Hong Jun sudah berumur 16 tahun, dan Tang yang Agung sangat terbuka akan hal seperti itu, jadi pemuda berumur 13 atau 14 tahun sudah dianggap dewasa di Chang’an. Melihat mereka berkeliaran di Pingkang Li bukanlah hal yang aneh. Selama berada di keprajuritan Longwu, Li Jinglong juga membiarkan anak buahnya membicarakan tentang hal ini. Namun, ketika itu adalah Hong Jun, dia merasakan sesuatu yang aneh seakan-akan dia melakukan kesalahan dalam hatinya.
“Ini adalah tempat yang hebat. Kenapa kau tidak mengunjunginya?” tanya Hong Jun.
“Aku jelas tidak akan datang!” Li Jinglong sangat marah ketika mengeluarkan kata-kata ini dan dia hampir meledak. “Apa aku tampak seperti orang macam itu?”
Mo Rigen menjulurkan kepalanya dari halaman belakang dan bersiul ke arah mereka berdua, memberi isyarat untuk mereka agar segera masuk ke dalam. Ekspresi Li Jinglong sangat tegas, dan itu menunjukkan bahwa Hong Jun harus menutup mulutnya, tapi sebenarnya itu tak perlu dilakukan.
“Waktunya untuk bekerja!” Li Jinglong menyenggol ikan mas yao, dan berkata, “Pergilah berjaga di depan menara.”
Dua orang itu berbalik, dan dengan langkah yang cepat berlari ke arah halaman belakang.
Lantai dua dan tiga benar-benar sangat kosong! Hong Jun melempar pengaitnya, dan dengan Li Jinglong di belakangnya, mereka melompat ke lantai 2. Mo Rigen bersandar di dinding lantai 2, dan dia memberikan Li Jinglong dan Hong Jun dua bola-bola kapas. Li Jinglong memasukkannya ke kedua telinganya, tapi Hong Jun membawanya dengan bingung.
Li Jinglong berjalan ke depan dan Hong Jun mengambil kesempatan untuk mengintip dari pagar dan melihat kejadian yang ada di bawah. Suara kecapi yang memukau mengalir ke arah mereka saat semua orang di Yishi Lan tampak di mabukkan oleh suara musiknya, seperti boneka kayu.
Hong Jun: “…”
Suara A-Tai seperti cahaya bulan yang bergerak seperti air mengalir, dan mengelilingi halaman… tapi sebelum dia menyelesaikan sesuatu yang dipikirkannya, Mo Rigen meraih tangan Hong Jun, dan memasukkan bola-bola kapas itu ke telinganya. Dalam sekejap, melodi yang dihasilkan oleh kecapi dan nyanyiannya memudar menjadi dengungan, dan Hong Jun kembali sadar.
Li Jinglong sudah menunggunya di depan, dan dia menariknya masuk ke dalam kamar, berkata dengan pelan, “Jangan mendengarkannya lagi, dan cepat kembali bekerja.”
Mo Rigen menjaga pintu luar untuk mencegah kejadian yang tak terduga lainnya. Hong Jun tidak dapat menahan untuk melirik ke ambang pintu lagi, dan bertanya, “Itu tadi A-Tai yang memainkan kecapi?!”
Hong Jun dapat menebak bahwa mungkin itu tadi adalah salah satu mantra A-Tai; ketika mereka memainkan musik di Departemen Exorcism seperti biasanya, dia tidak menggunakan kekuatannya pada mereka. Hong Jun terlentang di lantai, melihat ke bawah tempat tidur, dan karena Li Jinglong tidak melihat ada sesuatu yang aneh, dia menyarungkan kembali pedangnya dan mendekat untuk mengangkat tempat tidurnya. Sambil menggertakkan giginya, dia bertanya, “Apa kau belum pernah mendengarnya sebelumnya?”
“Tidak seperti yang terdengar hari ini… ketemu!” Hong Jun menemukan tas kain yang panjang di bawah tempat tidur, dan dengan cepat menariknya, hanya untuk menyambut kepala mayat yang sudah kering.
“Wa ah—! Hong Jun sangat ketakutan dan mulai berteriak, “Ini lagi!”
Mo Rigen mengetuk pintu luar, dan Li Jinglong menjawab, mengisyaratkan bahwa tidak ada masalah di dalam.
“Yi! Kenapa aku mengatakan ‘lagi’?” Hong Jun bergumam pada dirinya sendiri.
“Tarik keluar,” kata Li Jinglong.
Setelah Hong Jun menyeret mayat kering itu keluar, Li Jinglong meletakkan kembali tempat tidur itu. Saat ini, Li Jinglong sudah melakukan persiapan, dan dia menggunakan sepasang sarung tangan hitam berbahan sutra dan mulai untuk memeriksa tubuh itu. Hong Jun menatap itu dari sudut matanya saat seluruh wajahnya mati rasa karena ketakutan. Dan pada akhirnya, dia bersembunyi di belakang Li Jinglong.
“Pria berumur sekitar 30 atau 40 tahun,” kata Li Jinglong. Lihat pakaiannya, itu bukan pakaian seorang pedagang atau petugas pemerintahan, jadi mungkin dia adalah pelajar yang datang ke ibukota untuk mengikuti ujian kekaisaran… Hong Jun?”
“Aku tidak berani untuk melihatnya!” Hong Jun melihat Li Jinglong melepas pakaian si mayat yang sudah kering dan menghitam, mulutnya terbuka lebar dan gusinya terlihat. Di bawah cahaya lampu, mayat itu tampak menjijikkan, dan semua rambutnya berdiri.
Li Jinglong berkata, “Jangan takut, dia tidak akan memakanmu. Lihat k esini, yao macam apa yang dapat menghisap sampai kering? Ini tidak mungkin terjadi karena proses alami pembusukan.”
“Apakah Yaoguai itu adalah pemilik kamar ini?” Hong Jun tiba-tiba tersadar, dan dia mulai mengacak-acak lemari dan laci dengan panik.
Li Jinglong berkata, “Jangan sembarangan memegang barang, kita akan ketahuan jika kau seperti itu.”
Hong Jun menunduk ke arah laci itu dan menjawab, “Jika dia adalah yaoguai, pasti ada artefak atau benda jahat yang disimpan di sekitarnya, tapi tidak ada hal seperti itu disini.”
Li Jinglong berpikir dalam-dalam sejenak saat musik dari lantai bawah terus berlanjut. Dari luar, Mo Rigen bertanya, “Masih belum selesai?”
Setelah mencari di semua tempat, Hong Jun menjawab, “Tidak ada yaoguai di kamar ini.”
“Aku memiliki sebuah pertanyaan. Apa kau merasakan ada energi yao?” tanya Li Jinglong.
Hong Jun menggelengkan kepalanya dan Li Jinglong berpikir sebelum dia melanjutkan, “Yao itu pasti ada di bangunan ini… agar rencana kita hari ini berhasil, kita harus sedikit lebih berani. Hong Jun, biarkan aku meminjam pengaitmu. Sebentar lagi, kau dan Mo Rigen pergi ke dua sisi bangunan ini dan perhatikan dengan teliti orang-orang yang berkumpul di aula. Siapkan pisau lemparmu.”
“Aku hanya memiliki 3 pisau lempar yang tersisa.”
“Kau bisa mengandalkanku, aku akan membawa mereka kembali.”
Di aula utama Yishi Lan, A-Tai memetik kecapinya, dan dengan kecepatan seperti awan dan air yang mengalir, sudah waktunya untuk pesta yang luar biasa. Melodinya naik seperti angin dan awan yang menutupi bulan, dan seperti puluhan ribu dedaunan yang terbang, hal itu menyelimuti langit dan bumi.
“… aku mencarimu dengan getir dalam badai ini…”
Suara A-Tai terdengar di seluruh bangunan ini, dan setelah itu, terdengar suara ‘hong‘ saat leher mayat kering itu terikat dan terjatuh dari atas. A-Tai dan Qiu Yongsi terkejut. Tidak tahu apa yang terjadi, A-Tai tanpa sadar membalikkan kepalanya dan melihat ke lantai dua.
Nyanyiannya tiba-tiba terhenti, dan semua orang terdiam ketika menatap mayat itu. Beberapa saat kemudian, serangakaian jeritan melengking terdengar di mana-mana!
Di dalam Yishi Lan, si wanita tua itu sangat ketakutan sehingga dia berteriak dengan liar dan para pelanggannya terkejut dan akhirnya pingsan. Kekacauan terjadi di seluruh bangunan, dan jeritan terdengar dimana-mana dan banyak wanita yang pingsan.
Tepat pada saat yang sama, Li Jinglong, Hong Jun dan Mo Rigen, melihat para pelanggan dari sudut pandang mereka di lantai dua, hanya untuk melihat seorang wanita yang ada di sudut mundur selangkah demi selangkah dengan ekpresi wajahnya yang berubah.
Di dua sudut aula lainnya, dua wanita lain yang menemani pelanggannya sangat terkejut, keduanya melirik wanita pertama. Tanpa bertukar isyarat apa pun, mereka bertiga semua mengangkat matanya dan melihat ke arah pintu kamar Jin Yun yang ada di lantai dua.
Saat mereka bergerak, tiga pisau lempar terbang di udara, melesat tepat ke arah mereka! Para wanita belum menyadari bahwa mereka telah menampakkan diri, tetapi mereka bisa merasakan kematian mereka yang akan segera terjadi, jadi dengan gerakan tangan mereka, para wanita itu membuka lengan jubah mereka, mengeluarkan cahaya ungu samar. Namun, mereka tidak menyangka pisau lempar itu dapat menembus cahaya ungu, dan dengan api menyembul darinya, pisau lempar itu menusuk dalam ke bahu mereka!
“Ikuti pisau-pisau itu!” teriak Li Jinglong. “Jangan biarkan mereka melarikan diri!”
Li Jinglong berbalik ke arah pagar, dan melompat ke aula lantai satu. Pada saat itu, aula dipenuhi oleh kekacauan; A-Tai mengemas kecapinya dan dengan Qiu Yongsi, mereka berdua bergegas keluar. Mo Rigen kembali mendorong tubuhnya di pagar itu dan menggunakan bahunya untuk membuka pintu di lantai dua.
Para wanita yang berada di dekat pintu aula berteriak kesakitan. Ketiga wanita itu masing-masing mengulurkan tangan untuk mengeluarkan pisau lempar yang tertancap di bahu mereka, tetapi ketika tangan mereka bertemu dengan logam pisau itu, mereka terbakar sampai mereka berteriak kesakitan. Mereka tahu bahwa seorang master telah datang, dan takut melibatkannya dalam pertempuran, mereka berbalik untuk melarikan diri.
Salah satu wanita tampaknya memiliki tingkat kultivasi tinggi, dia berbalik saat dia memanjat keluar jendela. Api keluar dari jarinya, terbang menuju ruang di atas kepala semua orang di tengah aula.
Hong Jun baru saja melompat dari lantai dua ketika Li Jinglong berteriak, “Hong Jun, awas!”
Hongjun memalingkan kepalanya dan melihat api berterbangan. Namun, targetnya bukanlah dia, melainkan si mayat kering yang tergelantung di udara. Api mengenai mayat itu dan dalam sekejap berubah menjadi api yang berkobar-kobar, dan membakarnya menjadi abu!
Ketiga wanita itu bergegas keluar dari pintu, dan Mo Rigen melompati jendela lantai dua. Di tengah udara, dia memasang anak panah ke busurnya, dan dengan suara “shua shua shua” dia melepaskan tiga anak panah.
Salah satu wanita tidak dapat menahan diri untuk tidak menoleh untuk mencari orang yang mengejar mereka ketika dia bergegas keluar, dia merasa khawatir, tetapi ketika dia memalingkan kepalanya, lehernya bertemu dengan panah yang ditembakkan lurus. Dengan suara “weng“, tubuhnya sekilas diselimuti oleh cahaya putih, dan ketika cahaya itu memudar, yang ada di tempatnya adalah seekor rubah berbulu coklat bermata biru dengan darah segar menyembur dari mulutnya yang terbuka lebar. Dalam pengejaran jarak dekat, dua anak panah lainnya terbang dan mengenai perut dan kaki, memastikan kematiannya!
Li Jinglong berteriak marah, “Kau terlalu keras kepala! Ini adalah peringatan pertamamu! Dimana dua yang lain?!”
Mo Rigen mendarat, dan dengan gerakan tangannya, ketiga anak panah itu tertarik keluar dan kembali ke pemiliknya bersamaan dengan darah rubah yang terciprat ke mana-mana.
“Aku tidak bermaksud untuk mengenai lehernya!” Mo Rigen memprotes dengan agak tidak berdaya.
Pada saat ini Hong Jun juga sedang bergegas. Di dalam Yishi Lan, semua orang saling mendorong dengan liar; semua yang ada di sana sudah menjadi sangat berantakan.
Hong Jun menggerakkan tangannya dan pisau lempar itu kembali padanya. Dia bertanya dengan terkejut, “Rubah?”
“Rubah Yao,” kata Li Jinglong. “Pergi lacak pisau lemparmu, cepat!”
“Itu…” Hong Jun melihat ke empat arah sebelum berkata, “Di sebuah gang!”
“Dimana Zhao Zhilong?!” kata Li Jinglong. “Cepat, cepat! Kenapa tidak ada seorang pun dari kalian yang memiliki kerja sama tim?”
Ikan mas yao menarik tas kain saat dia menggoyangkan ekornya dan berlari, dia berkata, “Aku datang, aku datang!”
Dengan satu kaki, Li Jinglong menendang ikan mas yao ke dalam bangunan, dan dia, Hong Jun, dan Mo Rigen kembali mengejar dua rubah yao yang lain.
Bab Sebelumnya Ι Bab Selanjutnya
KONTRIBUTOR
yunda_7
memenia guard_
Footnotes
- Istana yang terletak di paling timur laut dari tiga istana tempat kaisar dan para pejabat tinggal, dan juga istana terbesar. Ini menjadi kediaman utama kaisar saat pemerintahan Kaisar Gaozong (649-683 M). Istana itu sebenarnya terletak di utara dibatas Kota Chang’an.
- Mara: Dewa Iblis Jahat yang besar.
- Konghou: Harpa kuno yang sempat menghilang beberapa waktu saat Dinasti Ming.
- Semacam lentera, yang biasanya didalamnya ada lukisan pemandangan, dapat berputar karena panas dari nyala api lilin.
- Gongzi-ge: Gongzi untuk tuan muda dan ge untuk saudara laki-laki tertua.
- Biaoge: saudara sepupu laki-laki tertua.
- Para terpelajar biasanya datang ke ibukota untuk mengikuti ujian kekaisaran.