• Post category:Nights
  • Reading time:9 mins read

Diluar harapan

Penerjemah: HooliganFei


Berdiri di belakang Kim berkata dengan datar, “Apa maksudmu dengan… dibuang?”

Tatapan Chu Si jatuh pada Ruang Tugas No. 3 yang hanya menyisakan cangkang logam saat dia menjawab, “Maksud harfiah. Ada gagap bodoh yang menyapu Sa’e Yang keluar sekaligus ruangannya.”

Kim: “….. Sa…. Apa dia tahu? Apa dia secara mental bersiap sebelum dibuang?”

Chu Si menembakkannya sebuah lirikan. “Kau pikir idiot ini akan menanyakan persetujuanmu sebelum membuang mereka?”

“Jadi, orang itu sedang mandi atau tidur saat dibuang….” Kim menutup wajahnya dengan serius dan meratap, “Menurutmu dia marah? Aku sedikit takut.”

Ding―

“Aku juga takut.”

“Datang darimu?” Kata Chu Si

Ding―

“Tidak bisa menyalahkanku akan ini. Pemisahan dari tubuh utama dianggap sebagai cedera serius. Aku harus dimaafkan atas keterlambatan reaksi.”

Chu Si mencibir, “Kau bisa katakan ini pada Sa’e Yang dan lihat apa dia akan memaafkanmu.”

Ding―

“Menurut hasil analisis dari sampel data yang memadai, dikeluarkan ke luar angkasa tanpa lokasi pendaratan sebenarnya perpisahan. Peluang dia dan aku bertemu lagi sekitar 0.00000000010529.”

Chu Si menjawab, “Kau bisa tambahkan 10.000 nol lagi dan itu masih tidak berguna. Kalau perilaku dan akibatnya bisa diprediksi dengan akal sehat dan logika, dia bukan Sa’e Yang.”

Sejujurnya, bahkan Chu Si tidak bisa memprediksi apakah Sa’e Yang akan murka atau melampiaskan amarahnya pada orang lain.

Kalau dia bisa diprediksi, dia bukan Sa’e Yang

Dia mengernyit dan berpikir selama beberapa saat. Kemudian, dia mengeluarkan komunikatornya dan membuka pesan yang dikirim Sa’e Yang tadi.

Dia menggulir atas bawah dua kali, akhirnya menjawab:

Sudah bangun? Apa ada yang salah di sekitarmu

Saat sedang mengetik pesan, Komandan Chu, tidak pernah takut dikejar, tiba-tiba berhenti. Dengan sisa-sisa hati nuraninya, dia tersadar bahwa daripada menenangkan seseorang, dia sedang menikmati situasi Sa’e dengan pertanyaan ini.

Saat Chu Si akan menghapus pesan, Pel Kim tiba-tiba menyenggolnya. “Hah, pak, bagaimana kalau kita cepat-cepat turun dari kapal pencuri, pindah ke lokasi lain, dan biarkan orang itu melampiaskan amarahnya pada sistem bodoh ini?”

Terima kasih pada Pel, Chu Si secara tidak sengaja menekan tombol kirim.

Chu Si: “….”

Bagus sekali. Menambah minyak pada api.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia berbalik dan menuju Pusat Pengawasan. “Mata Ilahi, jangan tarik penutup tak terlihat. Arahkan pengintai ke Target 9501.”

Sekali lagi memasuki Pusat Pengawasan, layar besar memproyeksikan peta pengintaian 9501 dengan sekumpulan nilai-nilai data awal yang tercantum di sampingnya.

Itu fragmen planet berbentuk hati, tiga kali besarnya dari wilayah hutan pinus hitam yang dikelilingi oleh bukit dan hutan.

“Area yang diarsir adalah Benteng Tua Barney,” Chu Si memutar jarinya di sekitar titik hitam besar di dekat bagian tengah.

“Seluruh fragmen akan memasuki zona bintang-α dalam dua menit. Proses masuk akan sedikit berguncang karena medan gravitasi. Sistem pseudo gravitasi Tiang Nada dan sistem equilibrium rotasi akan mengalami penyesuaian diri.”

Jarinya bergerak di sepanjang tepian fragmen lagi, berhenti pada ekor kecil mencolok dan terhubung ke dasar bentuk hati. Mirip seperti semenanjuk pada peta pengintai.

Chu Si melanjutkan, “Kita akan berkeliling di sini selama fluktuasi. Sensor Pusat Tiang Naga paling lemah di area ini, jadi kita bisa mendarat di sini untuk meminimalisir kekacauan. Kalau benar-benar ada orang yang menempati Benteng Barney, mereka tidak akan sadar begitu mudah.”

Kim mengangguk. “Baik, apapun yang kau katakan! Aku akan pergi mengemas barang-barangku.”

Dengan hanya dua menit berjarak dari luar angkasa, mereka tampak seperti dua perampok bank yang menggeledah seluruh lemari petugas penjara mencari tas dan menyapu barang-barang di dalamnya.

Makanan, penunjuk seukuran kantung, senjata portabel, obat-obatan umum, navigasi genggam, panel surya….

Begitu Kim menggendong Pel Kecil dan sebuah tas besar di punggungnya, dia bergegas ke arah palka.

Dia melihat Chu Si melilit tali jangkar pada pergelangannya dan memasang pelindung pergelangan tangan dengan sebaris soket di pergelangan tangan yang lain.

Chu Si mencolok sebaris benda mirip kapsul logam ke dalam soket. Kemudian dia membawa sebuah tas hitam dan memiringkan kepalanya. “Ayo”

Kim: “….” Aku baru tahu kalau sebaris kapsul logam kaitannya dengan bom.

Dari pada seragam biasa, kemeja angkatan laut biasa lebih mirip dengan kemeja jahitan, menunjukkan figurnya yang ramping dan tegak.

Dia menuju bunker bom dengan wajah pria gentleman―sangat tidak pada tempatnya sampai tak ada yang berani lihat…

ding―

“Target memasuki zona bintang- α. Palka telah dibuka. Konektor pada tempatnya. Proses masuk akan sangat berguncang. Selamat muntah-ah-ah-ah―”

Mendengar suara menakutkan dari kebiasaan macet Mata Ilahi, kedua pria bertemu dengan perasaan sesak yang familiar begitu mereka keluar dari palka. Mesin perpindahan udara, masih tergantung di telinga mereka, tidak seefektif generator oksigen di penjara.

“Berguncang betul!” Kim berteriak.

Fragmen Benteng Barney telah tersentak dengan kuat seperti pesawat udara dalam turbulensi, mempengaruhi penumpang juga.

Sistem bodoh untuk sekali akhirnya melakukan sesuatu yang pintar: karena penutup tak terlihat belum ditarik, sistem diam-diam melebarkan satu ‘kaki.’ Sama seperti sebelumnya, saat sistem menjepit fragmen yang berisikan Chu Si dan yang lain, kini dia menjepit fragmen Benteng Barney.

Fragmen kecil bertubrukan dengan tepian fragmen Benteng Barney. Sentakan semakin menguat saat pelindung dari Tiang Naga menutup kedua fragmen menjadi satu.

Kedua pria nyaris tak bisa menjaga keseimbangan mereka saat mereka bergerak ke persimpangan kedua fragmen.

Sayangnya, persimpangan tersebut ternyata berupa batu yang panjang dan menonjol, menyerupai jembatan papan tunggal alami.

Chu Si menuju jembatan, sepenuhnya tidak khawatir tentang seberapa dalam kedalaman jurang bintang di bawah kakinya.

“Tidak tidak tidak tunggu!” Kim meraihnya. “Aku-aku duluan. Dia akan memegang baju dan mengikutiku, dan kau akan menolongku menjaganya di belakang,” katanya sambil menunjuk Pel Kecil.

“Kalau begitu cepat!” Chu Si tidak mengatakan apapun lagi dan menyingkir, menepuk punggung Kim.

“Kau tahu aku sangat takut pada ketinggian kan――” Kim berteriak seperti akan menangis, tapi kakinya tidak berhenti.

Untuk siapa pun yang takut ketinggian, menyebrangi jembatan ini akan sama rasanya seperti mati sekali, terutama karena jembatan ini terus menerus berguncang atas bawah.

Tidak peduli dengan citranya, Kim berlutut begitu dia naik ke atas jembatan dan merangkak ke depan.

Chu Si: “…”

Walaupun Pel Kecil tidak dapat berbicara, dia tampak sepenuhnya tak takut sambil memegang ujung celana Kim, berjalan ke depan tanpa ekspresi.

Bahkan Chu Si terkejut akan sikapnya.

Untungnya, jembatan yang sempit bagi orang dewasa itu cukup lebar untuk Pel Kecil. Dengan pusat gravitasi yang rendah, dia bergerak lebih stabil daripada Kim.

Chu Si dengan segera mengikuti untuk naik ke atas jembatan.

Kim mendesah lega pada saat dia mencapai sisi lain, nyaris jatuh ke tanah. Dia melempar ranselnya di dekat kaki, membebaskan tangannya untuk menangkap Pel Kecil, dan meraihnya ke sisi lain juga.

Kemudian, saat sebelum Chu Si mencapai sisi lain, ransel Kim tersentak dan jatuh bersamaan kerikil di tebing.

“Ah――” Secara insting Kim berteriak

Chu Si dengan segera membungkuk dan meraihnya, dengan sukses mengaitkan jari manisnya pada tali ransel.

Tapi karena ini, ransel tersebut juga menarik seluruh tubuhnya ke bawah.

Chu Si: “….” Apa dia memasukkan seluruh vila ke dalam ransel ini?!

Yang paling buruk adalah ketika dia terjatuh, hentakannya tiba-tiba semakin cepat.

Seluruh jembatan batu berayun dan membalik Chu Si.

Saat pupil Chu Si menyusut, dia merasakan tangan sedingin es melilit pergelangannya.

Chu Si membeku sejenak dan mendongak hanya untuk melihat Pel Kecil yang dia menarik erat pergelangan tangannya; matanya yang gelap dan berkilau menatapnya tanpa berkedip.

Kekuatannya tampak tak wajar―tidak seperti orang normal. Bahkan yang lebih mengagetkan Chu Si adalah senyuman sederhana di wajahnya, tapi karena dia menggertakkan giginya dengan seluruh kekuatannya….

Anak ini tersenyum seakan-akan dia akan memakan seseorang.

Sayangnya, sebelum dia bisa tersenyum lebih lama, mereka bertiga terperosok.

Potongan itu sedikit miring karena sentakan, dan tiga orang tergantung bersamaan meluncur seakan-akan sedang melakukan seluncur es di tepinya.

Chu Si: “…”

Pel Kecil: “…”

Kim: “…”

Sial, ini diluar harapan.

KONTRIBUTOR

HooliganFei

I need caffeine.

Leave a Reply