Penerjemah : Keiyuki17
Editor : _yunda


Ketika Jian Songyi bangun di pagi hari, dia melihat dapur dan ruang makannya dingin dan kosong, seketika dia tercengang.

Dimana sarapanku?

WeChatnya berdering disertai suara ‘dingdong—’

Nyonya Tang: [ Putranya bibi sedang sakit, jadi dia mengambil cuti selama satu minggu. Kamu bisa pergi ke rumah seberang dan makan apapun yang kamu mau.]

Nyonya Tang: [ Ngomong-ngomong, Mama akan menunjukkan candlelight dinner yang dibuat oleh papamu sendiri.]

Nyonya Tang: [ Steak.jpg]

Dia mungkin sedang terkena sial.

Jian Songyi merasa bahwa dunia ini terlalu kejam untuknya.

Dia tidak punya muka untuk pergi ke rumah seseorang di pagi-pagi buta hanya untuk minta makan dan minum. Jadi, dia hanya dapat mengacak-acak rambutnya, dengan wajahnya yang masih mengantuk, dia membawa payungnya dan keluar dari rumah. Di luar, Bantley hitam berhenti di depan pintu rumahnya.

Untungnya, orang tuanya meninggalkannya dengan Paman Zhang.

Jian Songyi menghembuskan napas seakan kesialannya telah hilang. Namun, saat dia membuka pintu mobil, napasnya tersangkut di tenggorokannya.

Kenapa Bo Huai ada di dalam mobilnya? Bahkan duduk di kursi belakang? Dan membawa kotak makan siang di tangannya?

Karena bangun cukup pagi pikirannya masih belum cukup jernih, Jian Songyi bertanya-tanya. Sambil duduk di samping Bo Huai, dia menutup pintu mobil.

Baru setelah mobil berjalan, dia bertanya dengan bingung, “Kamu melewatkan sesi belajar pagi segera setelah kamu pindah?”

Jian Songyi tidak bisa bangun jam enam pagi. Jadi, di bawah jaminan dari Nyonya Tang dan statusnya sebagai siswa peringkat pertama, sekolah secara khusus mengizinkannya untuk tidak mengikuti sesi belajar pagi. Dia akan pergi ke kelas saat sesi belajar pertama di jam delapan.

Tapi ada apa dengan Bo Huai? Apa dia bisa mendapatkan peringkat pertama?

Tidak mungkin.

Bo Huai menunduk dan membuka kotak makan siangnya, wajahnya acuh tak acuh, dia berkata, “Kakek bilang aku sedang tidak dalam keadaan sehat, jadi aku harus lebih banyak tidur di pagi hari.”

Jian Songyi benar-benar tidak melihat ada yang salah dengan kesehatannya. Para pemimpin sekolah benar-benar menutup mata dan telah membutakan hati nurani mereka setelah mendengar kata ‘Bo’.

“Aku merasa terharu atas perilaku Kakek Bo yang memanjakan cucunya.”

“Kita berdua.” Bo Huai menyerahkan kotak makan siang untuknya.

Semangkuk wonton.

Jian Songyi mengambil mangkuk itu dan dengan sangat sopan berkata, “Terimakasih Kakek Bo.”

“Tidak perlu memanggil kakek.”

“……”

Jian Songyi merasa bahwa dia seharusnya tidak melewatkan kata ‘untukku’.

Gege saja tidak apa-apa.”

“Oh, kamu masih berhutang memanggilku ayah.”

Bo Huai menaikkan alisnya dan tidak membalasnya sama sekali.

Jian Songyi menyadari bahwa selama orang ini tidak memakai kacamata, dan saat dia melihat seseorang, dia merasa bahwa orang ini sangat ingin dipukuli. Dan dia menyadari bahwa kacamata pria ini sebenarnya tidak memiliki kekuatan sama sekali, dia tidak tahu untuk apa orang ini bertingkah seperti itu.

Tapi karena orang ini telah memberinya makanan, dia tidak akan memperdulikannya untuk saat ini.

Namun, dia sudah mengaduk-aduk dengan sendok dua kali, tapi tidak ada yang bisa dia makan.

Bo Huai meliriknya, dia mengambil mangkuk itu dan memberinya sekotak biskuit, lalu berkata, “Kamu makan ini dulu.”

Kemudian dia mengambil sepasang sumpit dan mulai mengambil daun ketumbar di dalamnya.

Ketika bibi sedang membuat sarapan, dia tidak tahu bahwa tidak ada orang di rumah Jian Songyi, jadi dia tidak ada waktu untuk mengingatkannya. Untungnya, hanya ada sedikit daun ketumbar untuk dekorasi, dan tidak dipotong, jadi dia bisa dengan cepat mengambilnya.

Ketika wonton yang sudah bersih kembali ke tangan Jian Songyi, dia menelan biskuit yang ada di mulutnya dan menghirup napas dari AC mobil, “Sialan, Tuan Bo sangat keren. Dia benar-benar mengembalikan keaslian dari semangkuk wonton ini.”

Apa itu berarti orang yang makan wonton dengan daun ketumbar tidaklah polos?

Bo Huai merasa bahwa orang ini bermasalah dengan pernyataannya.

Tapi julukan ‘Tuan Bo’ itu sangat bagus.

Setelah makan dan minum dengan cukup, Jian Songyi mengingatkan dirinya bahwa dia harus membalas kebaikan Bo Huai. Dia menyenggol lengan Bo Huai; “Semalam aku belum membantumu untuk memeriksa jawaban pertanyaan terakhir dari soal fisika. Kenapa kamu tidak mengeluarkannya saja sekarang? Jadi, Song-ge ini bisa memberitahumu.”

“Tidak perlu, kita sudah sampai di sekolah.”

“Jangan menyesal dengan apa yang kamu katakan, jangan salahkan aku jika kamu gagal dalam ujian.”

“Tidak akan, nilaiku cukup baik.”

“…..”

Itu sebenarnya cukup masuk akal, karena dia adalah si juara di Kota Bei.

Orang ini berpura-pura menjadi menarik untuk bisa bersaing dengannya.

Jian Songyi diam-diam mengutuknya saat dia membuka pintu dan keluar dari mobil, tapi dia tidak lupa untuk memegang payung dan menunggu Bo Huai untuk beberapa saat.

Hujannya masih sederas kemarin, tapi ketika sampai di ruang kelas, rambut kastanye Bo Huai masih menempel rapi di dahinya. Tidak berantakan seperti kemarin.


Karena ini hanya ujian pendahuluan, umumnya para siswa NFLS memiliki kesadaran diri, tidak ada ruang khusus untuk ujian, jadi setiap siswa duduk di tempatnya masing-masing.

Di pagi hari ada ujian bahasa dan literatur, di siang hari ada matematika dan Bahasa Inggris, dan di malam hari, ada sesi belajar sains mandiri.

Ujian selesai dalam satu hari, dan tidak menyisakan sehelai rambut pun untuk para siswa.

Sejalan dengan prinsip siswa kelas 3 menengah atas, untuk memacu mereka agar bekerja keras, kali ini, pertanyaan dari soal-soal tes ini sulitnya sampai ke langit. Lantai pertama dan kedua dari gedung Utara dipenuhi dengan kesedihan.

NFLS dibagi ke dalam kelas-kelas menurut peringkat, dari kelas satu sampai lima, secara berurutan. Jadi masuk akal jika suasana di kelas 3-1 seharusnya cukup santai.

Awalnya sangat mudah, dan mereka merasa kesulitan semacam ini dapat mereka atasi, tapi sekarang ada dua raja iblis dalam kelas mereka.

Awalnya Jian Songyi adalah orang yang berbakat, dengan otak yang fleksibel, ingatan yang baik, dan respon yang cepat. Terkadang dia menggunakan nalurinya untuk mengerjakan pertanyaan, oleh karena itu kecepatannya selalu jauh di depan yang lain. Menyerahkan kertas jawaban setengah jam lebih awal adalah hal yang normal, dan para siswa di kelas 3-1 juga sudah terbiasa dengannya.

Tapi sekarang ada Bo Huai yang duduk di sampingnya.

Cara Bo Huai mengerjakan soal berbeda dengan Jian Songyi, Bo Huai tampak serius dan teliti, dan mengerjakan dengan perlahan, tapi seperti itulah kelihatannya. Ketika Jian Songyi masih mengerjakan analisis terakhir dari soal pemahaman membaca1 soal reading , Bo Huai sudah membalik kertas jawabannya dan mulai menulis esai.

Jika hal ini bisa ditoleransi, apa yang tidak bisa ditoleransi?

Jian Songyi tidak memutar-mutar pulpennya lagi, pria kecil itu juga tidak mencoret-coret lagi. Dia segera memfokuskan pikirannya dan perhatiannya, lalu mempercepat pengerjaan soalnya. Pada akhirnya, dia dan Bo Huai menyerahkan kertas jawaban pada menit yang sama.

Di siang hari, ketika ujian Bahasa Inggris dan matematika dimulai, perang tanpa asap ini menjadi semakin memburuk.

Mereka menyerahkan kertas jawaban Bahasa Inggris dalam waktu 1 jam 10 menit.

Lalu menyerahkan kertas jawaban matematika dalam waktu 1 jam 20 menit.

Setiap kali teman sekelas mereka mendengar suara pulpen diletakkan di atas meja dari pojok belakang kelas, mereka akan melihat dua sosok tampan perlahan berjalan menuju ke depan untuk menyerahkan kertas jawaban. Dan setelah menyerahkan kertas jawaban mereka, kemudian mereka kembali ke kursi masing-masing.

Yang satu mulai tidur, yang satunya mulai membaca buku.

Penampilan mereka yang santai dan puas, menyebabkan kelas 3-1 yang merupakan kelas terbaik di provinsi ini, jatuh dalam keraguan diri.

Kenapa mereka berdua bisa menyelesaikan soal itu dengan cepat?

Apa aku bodoh?

Apa memang seharusnya aku berada di kelas ini?

Apa aku tidak layak duduk di sini?

Aku tampak agak idiot.

:)


Ada jarak satu jam antara ujian matematika dengan sesi belajar mandiri di malam hari.

Karena sekolah belum secara resmi dibuka, kantin sekolah hanya membuka dua jendelanya. Jian Songyi adalah orang yang suka pilih-pilih makanan, dan ketika dia melihat makanan, dia menjadi tidak nafsu makan. Di luar sedang turun hujan dan dia terlalu malas untuk keluar mencari makan. Jadi, dia tetap berada di kelas dan mengerjakan soal latihan.

Jian Songyi sedikit lebih lambat dari Bo Huai dalam 3 mata ujian di hari ini, meskipun jarak waktu terakhir hanya terpaut satu menit. Tapi di dalam hatinya dia tahu bahwa tulisan tangannya sudah terbang jauh ke langit.

Dan dia telah membaca kertas jawaban Bo Huai, semuanya bersih dan rapi, dengan tulisan tangan yang jelas.

Ini agak menjengkelkan.

Jadi dia berencana untuk melatih tangannya terlebih dahulu, lalu menemukan maksud dari pertanyaannya, dan di malam hari, dia akan mengajarkan pria bermarga ‘Bo’ itu menjadi orang yang baik.

Tapi pria bermarga ‘Bo’ itu jelas-jelas tidak peduli dengan idenya. Bo Huai justru meminjam payung milik Jian Songyi dan pergi entah kemana. Jadi, hanya dia satu-satunya orang yang ada di kelas yang tenang ini.

Namun, para remaja tidak akan pernah tenang. Pada waktu antri makan, terdengar kabar bahwa di kelas 3-1 telah kedatangan murid pindahan yang adalah seorang Alpha dan merupakan Raja Iblis seperti Jian Songyi.

Di kelas 3-1 yang penuh dengan darah dan air mata, bercampur dengan kepolosan teman mereka di kelas yang lain.

Semakin jauh jaraknya, semakin kecil pula kemungkinan mereka akan iri. Di kelas 3-4 dan 3-5, sangat sedikit orang yang bisa menyelesaikan semua soal ujian. Jadi untuk orang seperti mereka berdua2  Bo Huai dan Jian Songyi yang menyerahkan kertas jawaban di separuh waktu ujian, mereka tidak bisa merasakan tekanan itu sama sekali, hanya bisa merasa kagum.

Oleh karena itu, mereka lebih memperhatikan apakah siswa yang baru dipindahkan itu benar-benar tampan daripada memperhatikan hasil ujiannya.

Para siswa kelas 3-1 sangat cerewet tentang hal ini, terutama Xu Jiaxing, orang yang duduk di depan dua raja iblis itu. Lalu dia dengan semangat melanjutkan tentang hal ini, “Dia sangat tampan. Kalian semua pasti tahu Song-ge, kan?”

Semua orang mengangguk seperti ayam yang mematuk nasi, dan ada beberapa anak ayam kecil yang tersipu saat mendengar kata “Song-ge“.

Xu Jiaxing sangat puas dengan tanggapan itu: “Murid pindahan baru itu tidak kalah jauh dengan Song-ge kita, dan dia sudah dibedakan menjadi seorang Alpha dewasa. Dia tampak sedikit lebih tinggi daripada Song-ge. Kalian lihatlah, bukankah dia pria yang sangat tampan?”

Nada bicaranya penuh kebanggaan, seperti saat dia memuji ayahnya.

Xu Jiaxing dan Jian Songyi memiliki hubungan yang baik, jika dia bisa mengatakan hal seperti itu, berarti kemungkinan besar yang dikatakannya benar.

Semua orang mulai berbicara dengan suara rendah.

Tiba-tiba terdengar sebuah suara, “Hei, semua sekolah kalian pasti langsung merekomendasikan NFLS, jadi kalian bahkan tidak tahu siapa itu Bo Huai, dan kalian justru membicarakannya disini. Biarkan aku memberi tahu kalian, ketika Bo Huai berada di sekolah menengah pertama, dia adalah bos dan lelaki paling tampan, dan dia selalu menjadi peringkat pertama di kelas. Jika bukan karena dia dipindahkan ke Kota Bei, orang dengan peringkat teratas ujian masuk sekolah menengah atas bukanlah Jian Songyi.”

“…..”

“Bukankah ini skenario permainan milik Song-ge kita?”

“Kalau begitu, bukankah Song-ge bertemu lawannya?”

“Sangat menarik!”

“Pertempuran yang akan menentukan siapa yang akan berada di puncak!”

“Ayo, ayo, pasang taruhannya, kali ini kita akan mengetahui siapa yang akan berada di peringkat pertama.”

“Itu pasti Song-ge ku. Tiga bungkus stick pedas3 Latio, cemilan populer di China. Ini semacam camilan yang murah, pedas, dan asin

“Sebagai seorang dari Sekolah Menengah Pertama, aku percaya dengan legenda Tuan Bo aku bertaruh 6 bungkus!”

“Aku juga ikut, aku juga ikut! Song-ge, lima bungkus!”

“…..”

“Aku bertaruh pada Jian Songyi. Jika dia bukan si peringkat pertama, aku akan mentraktir semua orang di kelasnya untuk minum teh susu.”

Suaranya sangat kecil dan dia tampak malu-malu, di sekeliling kelompok orang dengan suara nyaring. Tapi sejauh ini, itu adalah taruhan paling gila.

Semua orang mencari siapa orang kaya itu, dan mereka melihat gadis kecil dengan wajah bulat dan mata bulat.

Xu Jiaxing mengangkat alisnya, “Lin Yuanyuan jangan bertindak impulsif. Aku akan memberitahumu, sejauh informasi yang kuperoleh, Tuan Bo memiliki sedikit keunggulan dari Song-ge ketika mengerjakan soal ujian.”

“Aku … aku tidak impulsif, aku hanya percaya pada Jian Songyi.”

Gadis kecil itu tersipu setelah mengatakannya, lalu dia memesan 2 piring makanan secara acak dan berlari ke sudut.

Tidak mengherankan bagi semua orang bahwa pengagum Jian Songyi yang seperti ini sangat banyak hingga memenuhi pegunungan dan daratan.

Hanya ada pemuda jangkung yang baru saja keluar dari kantin sambil membawa kotak makan siang melirik secara tidak sengaja ke arah sudut. Lalu memegang payung hitam, dan berjalan perlahan menuju hujan.


Ketika Bo Huai kembali ke kelas, Jian Songyi sedang berbicara dengan seorang Omega.

Jian Songyi memiringkan kursinya dengan malas, dengan yogurt kotak tergantung di mulutnya, sebuah sandwich dan nasi kepal ada di depannya. Omega yang duduk di bangku milik Xu Jiaxing membantunya membuka kertas pembungkus plastik dari makanan itu.

Omega itu membisikkan sesuatu pada Jian Songyi, tapi Bo Huai tidak bisa mendengarnya dengan jelas, tapi tiba-tiba dia melihat bibir Jian Songyi terangkat, alisnya naik, dan matanya yang gelap seperti menunjukkan senyum yang mempesona. Bagian bawah matanya tampak sangat jelas dan cerah, sepertinya dia mengingat memori yang indah di kedalaman pikirannya.

Harus Bo Huai akui bahwa Jian Songyi kecil adalah anak yang tampan dengan bibir merah dan gigi putih. Dia sangat cerah dan sombong, tidak sadar diri dan agresif.

Bo Huai berjalan ke kursinya, meletakkan kotak makan siang di laci mejanya dengan santai, gerakannya sangat alami dan cepat, seolah tidak terjadi apapun.

Bo Huai bisa melihat wajah omega itu dengan jelas setelah dia duduk. Dan omega itu adalah orang yang akan membela Jian Songyi kemarin.

Kalau tidak salah dia adalah Zhou Luo.

Omega itu ramping, putih dan lembut. Dia tampaknya adalah orang yang baik hati, sangat cocok untuk tipe seperti Tuan Muda Jian Songyi.

Bo Huai hanya melihatnya sekilas, dan tidak mengatakan apapun. Dia mengeluarkan buku latihan fisikanya yang baru dan mulai mengerjakannya.

Ujung pulpennya bergemerisik di atas kertas. Buku-buku jarinya agak memutih karena caranya memegang pulpen itu.

Setelah Bo Huai masuk, Zhuo Luo merasa suhu yang ada di sekelilingnya turun secara tiba-tiba. Dia dengan cepat meremas bungkus plastik makanan tadi, dan melihat Bo Huai diam-diam.

Dia benar-benar sungguh tampan. Matanya, hidungnya, mulutnya, dan tahi lalat kecil di bawah matanya bahkan tangannya pun sangat menawan.

Dia sangat dingin, temperamennya juga dingin, aromanya juga dingin, matanya pun juga dingin.

Bukan jenis kesejukan yang menyenangkan, tapi seperti pria dingin dari sebuah gunung es. Sangat berbeda.

Semacam rasa ketidakpedulian yang sangat tinggi.

Memikirkan apa yang dikatakan oleh Luo Qifeng tentang pria itu ketika berumur empat belas tahun, Zhuo Luo merasa lebih kagum padanya. Dia mendorong sandwich dan nasi kepal yang sudah dibuka ke depan Jian Songyi, lalu berkata, “Song-ge, lanjutkan saja makanmu, aku akan kembali untuk menghafal sejarah dulu.”

Dia langsung lari setelah selesai berbicara.

Jian Songyi meletakkan kotak yogurt yang ada di mulutnya dan perlahan melirik ke arah Bo Huai, dan berkata, “Lihatlah dirimu, kamu sangat menakutkan. Lihat bagaimana ketakutannya anak itu.”

Bo Huai meliriknya, “Apa kamu tidak takut?”

Jian Song mengangkat alisnya dengan saksama: “Aku akan takut padamu? Kamu bercanda. Nak, kamu terlalu naif, apa kamu tidak berpikir siapa Song-ge mu ini?”

Bo Huai tidak pernah memperhatikan Jian Songyi yang selalu mengoceh. Tapi, hari ini dia tidak tahu apa yang terjadi dengannya, dia merasa tertarik lalu meletakkan pulpennya. Dia berbalik, meletakkan tangan kirinya di bagian belakang kursi Jian Songyi, mendekat, dan tersenyum padanya.

“Nak, percayalah, kamu akan takut.”

Dia memiliki mata phoenix yang panjang, matanya juga cerah. Senyumnya seperti rubah jantan, tahi lalatnya di bawah matanya begitu indah, sebuah kekejaman yang mempesona.

Jian Songyi terpana oleh senyumannya. Dia tidak fokus dan kehilangan keseimbangannya. Kursinya yang miring langsung jatuh ke belakang. Melihat orang itu akan jatuh, tangan Bo Huai yang ada pada sandaran kursinya dengan cepat memeluk dan menangkapnya.

Awalnya itu hanya naluri Bo Huai untuk menstabilkan tubuh Jian Songyi. Tapi pada akhirnya, dia tidak tahu apa yang terjadi. Namun kelihatannya seperti sosok Jian Songyi yang relatif halus dipeluk oleh Bo Huai.

…….

Kursi itu jatuh ke lantai dengan bunyi dentuman.

Pintu kelas dibuka.

Botol air mineral yang dipegang oleh Xu Jiaxing jatuh ke tanah.

Lalu dia langsung menutup pintu kelas.

………


KONTRIBUTOR

yunda_7

memenia guard_

Keiyuki17

tunamayoo

This Post Has One Comment

  1. yuuta

    Huai cemburu kah karena banyak yg deket sama Songyi??
    gua sih klo jadi songyi di kayak gituin bakal salting juga

Leave a Reply